Keluarga Vasilliev

Sementara itu, Nikolai mulai terlihat Bergerak menuju lantai atas untuk menjalankan rencananya. Ia masih berbincang bersama seorang wanita, anak kedua dari Oldav Vasilliev. Sepertinya wanita itu tertarik pada Nikolai, dilihat dari raut wajahnya yang terus berubah-ubah setiap Nikolai menatapnya.

Hal tidak penting itu tak dihiraukan Anna, karna mau bagaimanapun, Nikolai sudah punya seorang kekasih yang ia simpan dirumahnya saat ini. Tapi yang membuat ia kesal saat ini adalah, kenapa ia harus diseret ke tempat seperti ini? Memikirkan bagaimana ia dipaksa ikut, makin membuat ia naik darah.

*

*

*

Sebelum Nikolai hampir hilang dari pandangan Anna, ia terlebih dahulu menoleh lalu tersenyum miring. Entah apa maksudnya, tapi pria itu terlihat begitu puas dengan keadaannya saat ini.

"Haish.. Apa sih."

Setelah pria asing itu pergi, ia kedatangan pria asing lainnya yang lagi-lagi mengajaknya bersulang. Tapi kali ini ia kedatangan anak pertama Oldav, yang bernama Dominic Sergeyevich Vasilliev.

Ia berucap sambil menawarkan satu gelas anggur pada Anna, "Nona, mari bersulang." Ia angkat gelas itu sambil menyungging senyum tipis.

Tapi Anna lagi-lagi menolak. Ia memang tak suka alkohol dan aromanya saja sudah sangat ia hindari.

"Saya tidak minum alkohol."

Tolakan Anna membuat Dominic makin dibuat penasaran tentangnya. Siapa sebenarnya gadis ini, dan dari keluarga kaya mana ia hidup? Ia langsung membuang satu gelas di tangannya ke lantai, sampai keluar bunyi 'prang'. Sepertinya tuan muda tertua Oldav cukup temperamental.

"Aku tidak suka ditolak, nona." Ia mendekat sambil memegang dagu Anna, lalu di susul wajahnya yang mengerut jengkel.

Sementara itu, Anna langsung menekan nomor satu-satunya dari ponsel yang Nikolai berikan. Berharap pria brengsek itu mau membawanya pergi bersamanya. Ia tak tahan terus di ganggu, dan ditawari minuman terus menerus.

Di lantai atas, Nikolai sadar ponselnya berdering dan melihat siapa penelepon. Lalu ia dapati nomor yang ia berikan pada Anna beberapa waktu lalu.

"Hm? Apa dia merengek lagi?" Ia dengan enggan mengangkat panggilan itu, padahal jelas-jelas saat ini ia sedang mencari sebuah petunjuk penting tentang senjata bercode; AT-59.

"Ada ap--" Ia terhenti, kala mendengar suara seorang pria yang sangat familiar di telinganya, "Dominic?" Dengan cepat ia kembali turun untuk melihat, apa yang pria itu lakukan pada Anna, sampai membuat Anna harus menghubunginya.

"Nah, ayo minum~"

"Tuan, lepaskan saya!"

Ternyata Dominic terus menempelkan gelas berisi alkohol itu pada mulut Anna, sampai gadis itu mengerut kesulitan. Tubuhnya melengkung ke belakang, menolak dekat dengan tubuh Dominic. Apa yang kini Nikolai saksikan, benar-benar membuat ia naik darah.

Tanpa pikir panjang, Nikolai mendekat lalu menarik pinggang Anna untuk mendekat ke pelukannya. Matanya dingin, terasa semakin dingin saat ia menatap tajam Dominic. Hanya dengan tatapan itu, ia langsung tau betapa marahnya Nikolai saat ini.

"Hei, kau tertarik juga?" Konyol. Pertanyaan itu tak pantas ia lontarkan pada Nikolai begitu saja. Ia pikir, Nikolai juga tertarik pada gadis yang terus sendirian ini, padahal jelas-jelas ia yang membawanya.

"Tertarik? Dia milikku. Aku hanya mengambilnya kembali, apa itu salah?" Ia mengangkat satu alisnya sambil tersenyum miring. Disusul cengkramannya semakin kuat, yang kini tengah memegang pundak Anna. Sepertinya ia kesal dengan kecerobohan gadis ini yang mengganggu rencananya.

"Milikmu? Apa kau yang membawanya?" Dominic lalu menyimpan satu tangannya di bawah dagu sambil memiringkan wajah, menelisik Anna dan Nikolai yang terlihat sangat akrab.

"Iya, aku yang membawanya."

"Lain kali jangan membiarkannya sendirian di aula besar seperti ini, atau seseorang akan mencurinya darimu." Ucap Dominic sambil berlalu. Begitu sombong wajahnya, sampai membuat Nikolai kesal setengah mati.

"Ayo ikut." Ia lalu menarik pergelangan Anna untuk ikut bersamanya. Sepertinya memang keputusan yang salah untuk menyimpan Anna di aula sendirian.

*

*

*

Ia kembali masuk ke ruang yang tadi ia tinggalkan untuk melihat Anna. Ruangan Itu bukan ruang kerja atau ruang umum yang dapat dikunjungi para tamu, melainkan sebuah kamar. Ruang interiornya cukup luas. Ditengahnya ada tempat tidur melingkar yang cukup besar untuk menampung sepuluh orang. Sebuah lukisan besar diatasnya memamerkan sosok gadis bermata gelap, yang tampak hidup. Selera orang kaya yang mewah benar-benar tidak dapat dipahami.

Kamar itu bahkan memiliki kamar mandi yang luas. Itu adalah struktur yang mengungkapkan niat untuk melakukan tindakan secara sembrono.

"Kau.. Kenapa malah membawaku kesini? Jangan-jangan.." Anna langsung beringsut mundur, setelah pikirannya sampai pada sesuatu yang buruk.

Sementara itu, Nikolai malah tersenyum miring, seakan apa yang Anna khawatirkan memang benar. Betapa tak tahu malunya tampang pria jangkung itu.

"Kau khawatir aku akan menidurimu di kamar mewah ini?" Nikolai berjalan melewati Anna dan menuju ke tempat tidur. Dia duduk dengan tenang dan mengamati Anna dengan cermat. Seolah-olah dia sedang memeriksa barang dagangan yang dipajang di etalase toko. Cara matanya menjelajahinya dari ujung kepala sampai ujung kaki sungguh tak menyenangkan.

"Nona, sungguh berani pikiranmu sampai pada kesimpulan yang kotor seperti itu." Ia menahan tangannya diantara dagu dan lutut, sambil sedikit memiringkan wajahnya.

"A-apa--"

"Yah, tidak heran. Anak kedua dari Oldav saja begitu mati-matian berusaha untuk bisa tidur denganku. Jadi kau.. Aku maklumi keinginanmu, tapi kita tidak bisa melakukannya disini karna ini kamar orang lain, jadi tolong bersabar." Nikolai menyela sambil kembali bangun dari duduknya.

"Tidak sama sekali, oke?! Berhenti bertingkah mesum seperti itu!" Anna memekik kesal, sampai seseorang yang berjaga diluar mendengarnya dan mulai curiga.

Mereka dengan cepat mengetuk pintu, berharap yang di dalam adalah pemilik kamar tersebut, yaitu Oldav. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Hal itu tentu membuat mereka semakin curiga dan yakin, bahwa di dalam sana ada orang asing yang tengah menyusup.

Brakk

Dengan cepat mereka mendobrak pintu, tapi tak ada satupun orang di dalamnya. Disana hanya ada kemewahan yang terus memanjakan mata, karna cahaya lampu yang membuat semua benda terlihat menyilaukan.

Tak menyerah sampai sana, mereka terus menggeledah setiap inci dari ruangan, tapi memang tak mereka dapati siapapun di kamar itu. Mereka lalu kembali ke luar untuk berjaga di pintu masuk kamar.

Bagaimana Nikolai bisa masuk ke dalam, saat semua penjagaan begitu ketat?

Dia menjalin kerja sama dengan anak kedua Oldav, yaitu Victoria Zevanya Vasilliev. Jika dia berhasil mendapat senjata bercode itu, maka Victoria bisa tidur dengannya. Sungguh kerja sama yang tak masuk akal.

Dengan kerja sama itu, Victoria mengalihkan para penjaga untuk membiarkan Nikolai masuk ke dalam kamar ayahnya. Tapi kerja sama itu tak bertahan lama, karna dia melihat Nikolai masuk bersama seorang gadis asing yang membut ia cemburu.

Karna itu, penjaga kembali ke kamar Oldav dan meneruskan pekerjaannya, karna tak di alihkan oleh Victoria lagi. Sepertinya semua anak dari Oldav memiliki temperament yang sangat buruk.

Terpopuler

Comments

Eci Rahmayati

Eci Rahmayati

lanjut

2024-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!