Pulang

"Apa maksud anda, tuan?"

Nikolai mendesir pelan, lalu kembali berbalik. "Jangan dipikirkan." Setelahnya ia kembali melangkah pergi menuju mansion.

Sementara itu, Anna masih termangu tak mengerti tapi sangat ingin mengetahui maksud ucapan tersebut. Sebelumnya ia tak pernah mendengar Nikolai berbicara lembut seperti itu, biasanya suara parau pria itu begitu dingin.

Ia memutuskan untuk melupakan apa yang ia dengar, karna yakin itu hal yang tidak terlalu penting. Apalagi Nikolai sudah punya pasangan, tak sepantasnya Anna sedekat itu dengannya.

...***...

Di malam hari, Nikolai tiba-tiba keluar dari kediaman Baranov dengan mobil. Ia terlihat begitu rapih seakan berniat menghadiri sebuah acara besar.

Semua pelayan sudah tau kemana ia akan pergi, karna itu hal yang biasa bagi mereka. Melihat Nikolai pulang dengan banyaknya da-rah di baju, dan beberapa di mobil sudah jadi pemandangan yang normal.

"Ayah, kemana tuan Nikolai pergi?" Tanya Anna setengah berbisik.

Sergey terdiam, seakan berpura-pura tak mendengar pertanyaan yang dilontarkan anaknya. Ia malah sibuk mencuci cangkul dan sepatunya di halaman belakang.

"Ayah?" Anna mulai meninggikan nada bicaranya, berharap sang ayah mendengarnya kali ini.

"Ayo pulang." Bukannya menjawab, Sergey malah mengajak Anna pulang sambil berjalan cepat.

Tingkah aneh sang ayah membuat Anna bingung. Apa yang ia sembunyikan dari anaknya sampai terus menolak bicara seperti itu?

"Ayaahh..." Anna setia mengekori Sergey, sampai mereka tiba di rumah.

Sergey masuk lebih dulu, lalu mulai duduk dan bersandar di sofa. "Hufft.. Anna, kenapa kamu begitu penasaran pada Nikolai? Sudah ayah bilang, ia pria yang sangat berbahaya."

"Aku hanya bertanya kemana dia akan pergi." Balas Anna sambil ikut duduk di samping ayahnya.

"Dia pergi berpesta."

Jawaban Sergey memang meyakinkan, tapi kenapa raut wajahnya begitu murung dan terlihat lesu? Apa karna ia kelelahan, atau ada yang tak bisa ia jelaskan?

"Yah, tidak aneh dia pergi berpesta. Itu hal yang normal bagi orang kaya, benarkan?" Anna menatap Sergey dengan mata biru polosnya, diiringi senyum percaya diri.

Melihat betapa polos anaknya, Sergey sontak terkekeh gemas. Bisa-bisnya gadis berusia 21 tahun itu sepolos ini. "Iya nak, apalagi tuan Nikolai seorang pengusaha muda, jadi ia pasti banyak mendapat undangan dari orang-orang terpandang."

"Kalau begitu, aku mau mandi dan tidur." Anna beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar.

Gadis itu hanya penasaran, ia pikir mungkin Nikolai berniat kembali ke amerika. Tapi ternyata ia hanya menghadiri sebuah acara.

...***...

Di tengah malam, tepatnya pukul 2 dini hari, Anna terbangun karna ada suara seseorang yang mengetuk kaca kamarnya.

"Siapa disana?" Tak berani membuka, Anna hanya mengeluarkan sedikit suara untuk mendapat jawaban dari luar.

"Jika kau penasaran, setidaknya buka kaca sialan ini." Ketus seorang pria yang suaranya sudah sangat familiar di telinga Anna.

"T-tuan Nikolai?!"

Ia memekik terkejut, lalu dengan cepat berlari untuk membukakan jendela kamarnya. Saat ia buka, ia dapati sosok Nikolai dengan kemeja putih dan celana hitam yang berantakan. Kemeja itu tak berdasi, dan kancing atasnya terbuka. Lalu dasi dan jas, ia simpan di pundaknya yang kokoh.

"K-kenapa tuan ada disini?!"

Nikolai hanya mendesir sambil garuk-garuk kepala, kesal dengan keadaannya saat ini.

"Si Damian sialan itu, tak membiarkan aku masuk mansion. Dia sengaja mengunci semua pintu dan menyuruhku tidur di mobil." Keluhnya sambil terus mendesir pelan.

"L-lalu kenapa tuan datang kerumahku?" Anna merengut bingung. Kenapa tidak tidur di mobil saja, dan malah datang ke rumah seorang pelayan.

Sementara itu, Nikolai malah menatap malas Anna yang tak peka. "Aku tak suka tidur di dalam mobil. Kakiku sering kesemutan, dan leherku sering sakit jika tanpa bantal."

Tak begitu mengerti apa kemauan Nikolai, Anna hanya terdiam sambil menatap sekitar. Ia takut tiba-tiba ada seseorang yang melihat kedatangan Nikolai, si tuan muda yang amat terjaga itu kini malah berada di samping rumah seorang pengurus kebun.

"Mau saya pinjamkan bantal dan selimut?"

Mendengar tawaran Anna yang begitu tak masuk akal, seketika membuat Nikolai membelalak. Apa itu kesimpulan Anna dari tadi? Apa seorang pria seperti Nikolai datang jauh-jauh ke dalam hutan hanya untuk meminjam sebuah bantal dan selimut?

"Hei, jangan bermain-main denganku. Apa otakmu bermasalah?! Untuk apa aku kemari hanya untuk meminjam hal seperti itu?!" Bentak Nikolai pelan.

Ia lalu melempar jas dan dasinya ke dalam kamar Anna, lalu ia melipat tangan kemejanya tinggi-tinggi. "Tuan?" Anna makin dibuat bingung dengan kelakuan Nikolai.

"Minggir dari sana."

Anna dengan patuh menjauh dari jendela, lalu Nikolai mulai memanjat. Tak butuh waktu lama, pria itu kini berada di dalam kamar Anna.

Ia lalu menutup kaca dan gorden, sebelum ia mulai berbaring di atas ranjang kecil milik Anna. "Kamar ini sangat kecil, apa ini kamar 7 kurcaci yang tinggal dalam hutan?" Gumamnya sambil terpejam lemas.

"Inikan salah satu rumah yang dibangun atas perintah tuan Baranov." Saut Anna. Tak berani mendekat, apalagi mengusir karna mau bagaimanapun, Nikolai adalah tuan muda yang harus ia hormati.

"Cih, apa kau tak sesak tinggal di kamar sekecil ini?" Nikolai kembali bangun, lalu mulai membuka kemejanya karna gerah.

Begitu santai, seakan tak ada siapapun yang melihat. Padahal jelas-jelas ada Anna yang masih setia berdiri di dekat jendela. "T-Tuan? Apa yang tuan lakukan?!" Ia mulai menutup mata.

"Hm?" Nikolai menoleh, lalu ia dapati pantulan wajahnya dalam cermin. Kini ia begitu berantakan, lalu beberapa noda di punggung membuat ia kembali menggeram.

"Cih." Ia mendecih kasar, lalu kembali berbaring di ranjang Anna tanpa peduli dengan pemiliknya.

"Kenapa jadi seperti ini? Apa aku panggil ayah?" Anna bergumam sambil menggigit kuku jempolnya untuk membantu berpikir.

Ia lalu memutuskan untuk keluar kamar dan segera memberitahu sang ayah, tentang kedatangan Nikolai yang tiba-tiba. Tapi saat tangannya memegang handle pintu, tangan lain malah ikut menekan.

"Kau berani?"

Itu tangan kekar Nikolai. Ia menahan Anna untuk tak memberitahukan Sergey tentang dirinya yang kini berada di kamar Anna.

Hanya tangan yang Nikolai pegang, tapi sekujur tubuh Anna terasa membeku tak bisa bergerak. Begitu besar aura mengintimidasi dari suara dan cengkraman Nikolai, yang membuat gadis itu gemetar.

"Tetap disini bersamaku. Aku hanya berniat tidur sampai jam 4, dan setelah itu aku akan kembali ke dalam mobil." Pinta Nikolai setengah berbisik di atas kepala Anna.

"Kau mengerti? Aku tak berniat membu-nuhmu saat kau tidur. Jadi tidur saja dengan tenang." Tambahnya sambil kembali melepas tangan Anna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!