Kediaman Oldav

"Saya harap anda mengerti tuan. Anna satu-satunya yang saya punya di dunia ini." Sergey menunduk, meminta pengertian Nikolai untuk tidak terus memaksanya.

"Tapi aku hanya akan meminjamnya untuk malam ini saja." Tapi Nikolai masih saja kukuh dengan pendiriannya.

Begitu arogan dan tak mau kalah. Ia masih berharap Sergey bisa mengizinkannya membawa Anna, karna memang itu yang penting saat ini.

Tapi tentu sang ayah tak akan pernah mau, anaknya dibawa oleh seorang pria psycho yang sudah sangat ia kenal. Tentang kepribadiannya, temperamental, angkuh dan manipulatif.

"Saya menolak sekali lagi."

Sergey memutuskan untuk segera pergi karna sudah sangat muak dengan paksaan Nikolai. Ia lalu menyeret sang anak untuk ikut dengannya.

"Paman Sergey!" Nikolai memekik tak terima. Bisa-bisanya Sergey memperlakukan ia seperti pada pekerja lainnya, padahal ia seorang tuan muda, Tuan muda!

"Sialann!!"

Terpaksa Nikolai menyerah. Ia memutuskan untuk pergi sendiri dan menyelesaikan masalahnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

...***...

Tepat jam 8 malam, saat waktu keberangkatannya, ia berpapasan dengan Anna yang baru keluar dari perpustakaan. Gadis itu berniat langsung pulang, tapi di jalan pulang, ia malah harus berhadapan terlebih dahulu dengan tuan muda arogan.

"Ayo ikut denganku." Ajak Nikolai sambil berjalan mendekat.

Tentu Anna menolak. Ia terus beringsut mundur, sebelum kembali berlari ke belakang.

"Anna!"

Tak ada sahutan, Anna malah terus berlari layaknya seekor kelinci yang melihat binatang buas hendak memangsa. Hal itu tentu membuat Nikolai jengkel. Sikap ayah dan anak sama saja.

Tapi dia berpikir untuk membuat sedikit permainan bersama Anna sebelum pergi. Ia ikut berlari mengejar gadis itu yang kini masuk kembali ke dalam perpustakaan.

Begitu lucu, bukannya berlari pulang dan bersembunyi dalam kamar, ia malah kembali ke perpustakaan dan bersembunyi di balik buku.

Sementara itu, Nikolai mulai masuk ke dalam perpustakaan sambil melihat sekeliling, berusaha mendapatkan Anna dan sedikit menggodanya.

"Aku akan menyeretmu untuk ikut bersamaku."

Deg

Anna langsung terdiam gugup. Ia bahkan tak berani menarik napas, karna takut Nikolai tau keberadaanya. Jantungnya kini berdegup sangat cepat, diiringi tubuh yang gemetar hebat. Ia yakin, sesuatu yang akan Nikolai lakukan itu bukan hal baik.

"Masih berani sembunyi?"

Langkah demi langkah dari sepatu Nikolai semakin membuat ia gemetar takut. Suara hentakan sepatunya saja terasa begitu mengancam, seperti sebuah film pembu-nuhan.

"Ya tuhan, aku benar-benar takut." Matanya yang memancarkan kelembutan dan keindahan sebuah laut yang tenang kini terpejam dengan gemetar.

"Aku mendapatkanmu, kelinci." Suara parau itu tiba-tiba terdengar begitu pelan di telinga Anna. Saat ia menoleh, alangkah terkejutnya ia mendapati Nikolai kini berdiri tepat di belakangnya.

"Ahhh!!"

Seperti jump scare dalam film horor, mengejutkan sekaligus menakutkan. Anna langsung beringsut mundur sampai dia menabrak jendela. Disusul Nikolai, dia meraih bingkai jendela dengan kedua tangan dan secara terbuka menjebak Anna. Rasanya seperti tembok besar dan kokoh menghalangi jalannya.

Gigi Anna bergemelatuk, dan disaat yang sama bibir Nikolai membentuk senyuman lebar. Dia jelas merencanakan sesuatu, dan itu bukan sesuatu yang baik. Karna tubuh mereka berdekatan, dia tidak bisa menendangnya. Jika lebih dekat, ia akan menggigit pangkal hidungnya, tapi itu sulit.

Semakin Anna berontak, maka semakin Nikolai beringsut mendekat. Anna dengan gugup mendorong dagu Nikolai menjauh, tapi alih-alih menjauh, Nikolai malah mendobrak dorongan itu dengan dorongan yang luar biasa.

Anna menutup mata rapat-rapat sambil mengerutkan keningnya. Arus aneh mengalir diantara kedua orang yang begitu dekat. Lagi-lagi pria itu berbisik pelan, "Tidurlah denganku."

"....!"

Satu kalimat yang penuh makna itu terlontar begitu saja, sampai membuat Anna tertegun. Brengsek. Begitu tak sopan dan tak punya malu. Napas Anna yang berat karna usahanya untuk menjauhkan Nikolai, semakin berat karna alasan yang berbeda. Matanya yang menatap tajam ke arah Nikolai dengan maksud seolah-olah menca-bik-ca-biknya berkedip dengan gemetar.

"..ha"

Semakin tak tahu malu tingkahnya. Ia mencium bagian samping leher Anna, lalu perlahan menghirup aromanya. Seiring berjalannya waktu, Nikolai seakan melupakan niat awalnya dengan Anna.

Anna dengan sekuat tenaga menjauhkan wajah Nikolai, tapi semakin sering hal ini terjadi, Nikolai semakin mendekatkan tubuhnya dan tak membiarkan Anna meronta. Ia kembali terjebak antara pria ini dan jendela.

Perlahan mulut panas Nikolai naik ke bagian dagu, lalu perlahan mendekat ke bagian mulut.

"Khhk!!" Anna dengan cepat menggigit bibirnya, untuk menolak datangnya bibir Nikola. Tubuh bagian atasnya terkoyak sedikit demi sedikit, kepalanya terus mendongak.

Nikolai meremas dagu Anna dengan erat lalu memeluknya, sehingga dia melakukan kontak mata dengannya. Nikolai menjilat bibirnya sambil menatap ke arah Anna yang mengerutkan kening kesusahan.

Setelah beberapa menit, tiba-tiba terdengar suara dari ponsel Nikolai. Ia perlahan bangkit dan mengangkat telponnya. Dia tak langsung menjawabnya, memeriksa siapa penelepon. Bahkan saat dia menjawab telpon, dia tak menyapa dan hanya mendengarkan orang itu dalam diam. Saat itu, dia menatap Anna kembali, lalu menyeretnya untuk ikut bersamanya.

"Lepaskan aku!"

Anna terus menepis, tapi cengkraman Nikolai malah semakin kuat. Semua makian tertanam dalam kepala Anna, tapi ia tak berani langsung melontarkannya.

Ia lalu dipaksa masuk ke dalam mobil, dan dibawa keluar area mansion.

"B-brengsek! Turunkan aku!" Akhirnya satu makian tumpah begitu saja, dan membuat Nikolai terkekeh geli.

Tak pernah sekalipun ia mendengar kata kasar itu keluar dari mulut manis Anna. Sepertinya gadis itu begitu marah hari ini.

"Aku akan membawamu jalan-jalan."

Nikolai malah menanggapinya dengan santai, seakan apa yang Anna katakan itu sebuah lelucon yang menggelikan.

Anna lalu dibawa ke sebuah toko baju, dan mencari gaun yang cocok di tubuhnya. Setelah ia dapati gaun itu, ia lalu membawanya ke tempat make up untuk menata wajah yang kacau dan rambut yang terlihat berantakan.

Beberapa saat kemudian, Anna keluar dari tempat itu dengan riasan cantik di wajah dan rambutnya. Begitu cantik sampai membuat Nikolai termangu. Ia terus menatap Anna, padahal barusan ia sibuk dengan ponselnya.

"Cantik."

Mendengar pujian itu, Anna malah mendilak sambil memalingkan wajah, kesal karna merasa dirinya kini sedang diculik.

...***...

Mereka tiba di kediaman Oldav. Di gerbang mansion, mereka diharuskan menunjukkan surat undangan sebelum dipersilahkan masuk. Nikolai menunjukkan surat itu, lalu dengan penuh hormat beberapa pria yang berjaga tersebut menunduk, menyambut kedatangannya.

"Aku harus mencari sesuatu, jadi kau tetaplah diam di lantai satu dan beri aku informasi." Bisik Nikolai sambil memberikan sebuah ponsel pada Anna.

"Aku tidak mau!" Tolak Anna keras.

Sepertinya ia masih risih dengan apa yang terjadi saat di perpustakaan. Tapi tingkahnya saat ini malah membuat Nikolai semakin bersemangat.

"Jangan-jangan, kau tak tahu caranya menggunakan ponsel?" Ledek Nikolai pelan.

Mendengar hal itu, Anna langsung terdiam malu. Ia memang tak tahu dan tak pernah menggunakannya.

"Ambil ini. Kau hanya perlu menekan nomor itu dan beri aku informasi, setiap ada yang naik ke lantai atas."

Nikolai lalu menyimpan ponsel itu di tangan Anna, sebelum akhirnya mereka berpisah. Kini hanya tersisa Anna di lantai satu, sambil celingak-celinguk ia merasa telah di manfaatkan oleh Nikolai.

Sementara itu, Nikolai tak langsung naik ke lantai atas, tapi melakukan beberapa obrolan dengan Oldav dan beberapa rekannya.

"Hi nona, siapa namamu?" Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri Anna yang masih bingung harus melakukan apa.

"Anna Vyacheslavovna." Jawabnya.

"Namamu sangat cantik, sama seperti wajahmu."

Pria itu lalu mengambil dua gelas anggur yang di bawa seorang pelayan. Setelahnya, ia kembali menatap Anna lalu memberikan satu gelas minuman itu padanya.

"Aku tidak minum alkohol." Tolak Anna sambil beringsut mundur. Ia lalu melirik Nikolai, berharap pria itu mau menjauhkannya dari pria asing ini.

Tapi apa yang diharapkan dari pria brengsek? Dia malah asik dengan obrolannya, tanpa peduli pada Anna yang masih gugup seorang diri. Ditinggalkan begitu saja di ruangan yang luas dan terang, siapa yang tidak akut, apalagi itu pertama kali baginya.

"Oh maaf. Sepertinya aku harus meminum dua gelas ini seorang diri?" Pria itu kembali menyahut.

"Ya, silahkan."

"Ngomong-ngomong, dengan siapa kamu kemari?"

"Tu--, Ekhem!" Anna berdehem sebelum melanjutkan. "Saya kemari bersama tuan Nikolai."

Mendengar nama Nikolai, sontak Pria itu membola terkejut. Karna Nikolai sendiri tak pernah membawa rekan selain Damian. Apalagi Anna seorang wanita, sungguh moment yang sangat langka.

"Maksudmu, Nikolai Ivanovich Baranov?" Ia kembali memastikan.

"Iya."

"Kau datang dengan psycho Rusia?"

"Iya."

Setiap Anna mengangguk, pria itu terus terheran-heran. Pasalnya, bagaimana bisa gadis ini tidak takut, dan malah datang menjadi rekannya saat ini. Padahal setiap ada pesta, beberapa orang tak berani mengobrol dengannya, karna tahu apa kebiasaan buruknya.

Dia sering mengajak setiap orang yang membuatnya kesal bermain Russian Roulette.

Tapi anehnya, setiap mereka bermain Russian Roulette bersamanya, dia selalu mendapat keberuntungan. Entah dia pria yang licik atau memang dia seorang pria yang sangat luar biasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!