"Kalau tidak salah, dua bulan lagi harusnya dia pulang." Tambah Sergey
Setelah mendengar hal itu, Anna mulai antusias untuk melihat sosok pria muda yang sudah bisa mengembangkan senjata. Bukankah itu luar biasa?
"Ayo simpan tasmu di rumah, kita harus kembali bekerja."
"Baik ayah."
Anna terpaksa mengangkat kaki yang tengah tenggelam dalam kesejukan air ditengah hutan. Ia lalu beranjak sambil menepuk-nepuk rok sepanjang mata kakinya.
...***...
Anna mulai membantu pekerjaan sang ayah, dari tanam menanam dan memetik buah-buahan. Kadang dia harus langsung membawa buah itu masuk Mansion, untuk diberikan langsung pada pelayan dapur.
"Anna, bantu bibi Zasha mengambil rumput disini!" Pinta Zasha dari sebrang halaman.
"Baik bibi!"
...***...
2 bulan kemudian..
Semua pelayan diharuskan mempersiapkan kedatangan tuan muda kedua, yaitu Nikolai. Nyonya Barley dan Tuan Baranov benar-benar mengawasi bagaimana pelayan dapur membuat makanan untuk anaknya.
Apalagi Nikolai seorang pria yang suka pilih-pilih makanan. Tidak suka rasa yang terlalu manis, terlalu asin dan gurih. dan sesuatu yang sangat dia benci yaitu kacang, keju, dan yogurt.
Benar-benar ribet.
Untungnya Chef keluarga Baranov adalah Chef pilihan yang diambil dari Italia dan beberapa dari Rusia.
Anna berpartisipasi dalam penyambutan tersebut. Ia membantu merangkai bunga kesukaan Nikolai yang akan di simpan di kamar dan ruang tamu.
*
*
*
Selang beberapa jam bersiap, akhirnya mobil sport hitam legam mulai masuk halaman. Tak terlihat sosok di dalamnya, tapi mereka menunduk.
"Anna, menunduklah." Titah Sergey. Alih-alih menunduk Anna malah melongo, melihat betapa bagus dan kerennya mobil itu.
"Anna.."
Sergey menundukkan paksa kepala sang anak yang malah mendongak.
Setelah mobil itu berhenti di halaman yang sudah rapih dan siap diinjak oleh sepatu mahal Nikolai yang di rancang dengan penuh kesempurnaan, pria itu lalu membuka pintu mobilnya. Sosok pria mapan dalam mobil perlahan turun.
"Sial, panas sekali."
Satu kalimat yang keluar dengan nada dingin dan berat sontak membuat Anna tertegun. Apa ini suara pria berkacamata tebal dan sering membawa buku 1000 halaman? Gumamnya dalam hati.
"Sayang, bagaimana kabarmu?"
Nyonya Barley mendekat dengan cepat untuk menyambut anak kebanggaannya. Tak lupa pelukan dan beberapa kecupan di dahi yang membuat Nikolai sedikit risih.
"Mom, aku baik."
Dia lalu melirik pelayan yang tengah menunduk, dan matanya langsung tertuju pada rambut pirang yang bercahaya karena pantulan matahari.
Dia merengut penasaran. Siapa gadis itu? Apa dia pekerja baru?
Rambut yang mencolok diikat dengan sebuah pita berwarna biru, namun masih sedikit berkibaran karena angin yang datang dari berbagai arah secara beruntun. Pemandangan tersebut terasa semakin indah, saat Nikolai sadar pemilik rambut itu memiliki kulit seputih salju di lihat dari bagian lehernya.
"Apa perubahan yang kau bawa, Nikolai?" Tanya Tuan Baranov yang seketika menyadarkan lamunan Nikolai.
"Aku menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar untuk investasi jangka panjang. Dan aku mengembangkan senjata baru dengan senapan yang Papa buat setahun lalu."
Masalah pekerjaan, Nikolai memang paling di percaya oleh Baranov karena sikapnya yang tegas dan kompeten. Bukan hanya itu, Nikolai juga sering mendapat ajakan bekerja sama dari beberapa negara selain Rusia. Seperti Korea, Amerika, Germany dan Inggris. Kegeniusannya dalam menciptakan sebuah senjata berbahaya membuat dia dikenal seluruh dunia dengan sebutan yang dia sandang saat ini. Psycho Rusia. Tentu sang ayah bangga, mendapati seorang anak yang begitu berapi-api dan sangat di takuti.
Sebenarnya bukan hanya karena adanya Maksimillian dia begitu di takuti. Melainkan karena dirinya yang memang berhati batu dan sangat kejam. Tak segan menghilangkan nyawa manusia seperti hal nya berburu hewan.
Beberapa fakta lain tentangnya banyak di sembunyikan oleh Rusia. Mereka menjaga sebagian banyak hal penting tentang Nikolai agar tidak bocor ke seluruh dunia.
"Kau memang yang terbaik, kebanggaanku."
Keduanya saling melempar tawa kecil. Terlihat Baranov yang memang sangat bangga dengan anak keduanya, sampai dia lupa ada Damian yang dari tadi menahan rasa kesal.
"Ayo masuk."
Barley menarik tangan Nikolai dan membawa pria itu masuk ke dalam Mansion. Setelah tuan dan nyonya itu menghilang di balik pintu besar mansion, para pelayan langsung mendongak pegal.
"Ayah, padahal aku ingin melihat tuan muda itu."
Saat Anna mengeluh, bibirnya melengkung turun dengan mata yang menyipit muram. Saat itu, Sergey menanggapinya dengan sedikit senyuman.
"Tenang, dia akan tinggal disini untuk waktu yang lama. Kamu bisa bertemu dengannya di lain waktu."
...***...
Keesokan harinya, seperti biasa Anna memetik, menanam, menyiram dan mengambil rumput liar di ladang.
Saat pekerjaannya selesai, dia memutuskan untuk merendam kakinya di telaga seorang diri. Namun sesampainya dia di telaga, ada seorang pria yang tengah bersantai sambil membaca buku di teras.
Dia pikir itu pasti tuan muda Damian yang dia lihat bersama Sergey saat pertama kali. Wajahnya tertutup buku, tapi keyakinan masih dia pegang kuat.
Dia lalu mulai merendam kakinya. Saat hal itu terjadi, roknya naik dan memperlihatkan betapa putih dan mulusnya kaki Anna.
"Kalo tidak ada tuan Damian, aku pasti akan berendam."
Saat asik mengayun kaki dalam air, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sesuatu berukuran besar dan berwarna hitam dalam air. Dia pikir itu mungkin seekor buaya?
"Aahhh!!"
Jeritan Anna yang menggema seketika mengganggu fokus pria yang tengah bersantai sambil membaca buku itu. Dan ternyata dia bukan Damian, melainkan Nikolai. Dia mengangkat tubuh bagian atasnya dan dengan enggan melihat ke seberang telaga. Saat mata itu terbuka, wajahnya langsung di sambut oleh cahaya matahari yang memantul dan membuat pandangannya silau.
"B-buaya?!"
Ketakutan Anna masih berlanjut. Dia lalu mengangkat roknya tinggi-tinggi untuk bisa mempermudahnya melarikan diri. Namun anehnya buaya itu tidak bergerak.
"... Hm? Pemandangan erotis macam apa ini?"
Nikolai berseringai sambil mengamati tingkah Anna yang masih mengira itu buaya. Matanya yang pekat bersinar seperti seekor singa yang menemukan mangsa. Cara dia memperhatikan tubuh Anna yang cukup terbuka sungguh aneh. Rok Anna yang sudah terangkah tinggi-tinggi membuat Nikolai tenggelam dalam keindahan kulit putih bersih gadis itu.
"Wow.. Girl Tarzan?"
Saat Anna sadar yang dia takuti ternyata hanya sebuah batu, dia kembali menurunkan roknya lalu berjongkok menatap batu dalam air tersebut.
"Haish.. Bikin panik saja."
Dia menghela nafas lega sebelum kembali mencelupkan kakinya ke dalam air. Saat dia duduk kembali, dia sadar ada seorang pria yang menatapnya di teras Baranov.
Pria itu tidak sama dengan Damian. Dia memiliki rambut berwarna hitam, dengan mata yang juga hitam bersih. Wajahnya tampan, sepertinya lebih tampan dari Damian.
"Siapa dia?"
Anna memperhatikan pria itu dalam diam. Pandangan acuh tak acuh terjadi di antara keduanya. Bahkan untuk berpikir bahwa pria itu adalah tuan muda kedua yang tak lain adalah Nikolai, pikiran Anna tidak sampai pada fakta tersebut.
Karena dalam pikirannya, sosok Nikolai masihlah seorang kutu buku dengan kacamata tebalnya.
Pria itu lalu kembali masuk ke dalam mansion. Dia yang kini hanya mengenakan celana dan tengah telanjang dada tak mungkin seorang anak pelayan. Pikir Anna.
"Sudahlah, aku mau pulang dan mandi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Yunita Widiastuti
☘️☘️
2024-05-16
0