10

Dingin dan gelap dari arah samping mereka berdua. Udara mesin ruangan, tercium segar pada hidung milik mereka.

Tanpa bersuara selain gerakan West yang terbangun sendirinya dari lantai tempat ia pingsan.

Pegal seutuhnya pada diri remaja anak laki-laki, yang bersama dengan satu remaja perempuan sebaya dengannya.

Tidak ada kasur, atau fasilitas kenyamanan. Ini hanyalah lantai kosong yang ditempati dua anak, yang terbangun dari obat bius.

Kepalanya sakit serta pusing. Pemilik mata coklat, menjadi berkedut. Tubuhnya sakit semua, karena diletakkan begitu saja dari petugas tadi. Napas stabil naik-turun, seiring diafragma pernafasan.

"Selamat malam, West."

Tidak ada tubuh seseorang yang memanggilnya. West lebih bingung menghadapi dimana sumber suara berasal.

Hologram wanita muncul pada dua anak remaja, langsung.

"Malam, West." Wanita bercempol rapi, tersenyum kepadanya. Dua tangan disisipkan ke belakang. "Maafkan atas kelancangan petugas-petugas kami, yang membawamu ke tempat ini."

"Bukankah ini aula penerimaan lantai satu?"

"Yap, kamu benar sekali, West. Ingatanmu masih kuat untuk mengingat segalanya. Begitu juga dengan kekuatan yang kamu miliki, West."

Eme terbangun selama Mrs. Grow  berbicara berdua dengan West Bromwich, langsung.

West berjongkok saat Eme bangun kebingungan, seperti dirinya. Dia tidak berani memegang pundaknya, walaupun teman barunya. "Hei, kau baik-baik saja?"

"Kita ada dimana?" Eme merenggut kening.

Tampang wajah West ikut mengkerut tegang, segera. "Aula penerimaan lantai satu. Kutanya sekali lagi, kau baik-baik saja?"

Eme berdiri sempoyongan, sebelum menjawab pertanyaan dari West. Eme secara tak sengaja, memegang tangan West untuk membantunya berdiri.

"Mengapa kita ada disini, West?"

Pertanyaan Eme membuat West menjadi teringat kembali tujuan awal setelah dibangunnya dua anak yang tertidur pulas.

"Maafkan kami, West dan Eme. Kalian berdua telah melanggar protokol keamanan ini. Kami harus melakukan seperti ini untuk pengendalian anak-anak disini."

West yang tadinya melihat kondisi Eme, segera berdiri dan menyimak yang dikatakan Mrs. Grow melalui wujud layar hologram. 

Eme juga melihat hologram.

"Kami ingin memberikan yang terbaik untuk ketenangan tempat ini. Jadi, kami mohon untuk kalian berdua agar selalu respect kepada setiap peraturan dan tindakan kalian berdua."

West menjadi paham bahwa ada alasan diberikan suntik bius karena sifatnya yang cenderung lebih ke arah penasaran pada apa pun dan siapa pun.

"Apa kalian berdua bisa menahan semua ini, selanjutnya? Tidak akan ada lagi perkelahian dengan anak-anak lainnya. Apa kalian sanggup?"

West menunduk kepalanya. Pertanyaan yang membuat anak remaja yang masih kecil, harus meredam sifat-sifat penasaran untuk hari terakhir.

Eme berbicara langsung, tanpa dia pikirkan terlebih dahulu.  "Kami sanggup."

"Baiklah, itu saja. Kalian berdua bisa kembali ke kamar masing-masing. Selamat malam."

Mrs.Grow menghilang bersama hologram tadi.

Kini tersisa suara-suara senyap dan sepi, yang menyelimuti lantai satu. Kami berdua tidak tau mau berkata apa lagi.

West berjalan penuh kekosongan dalam penglihatannya. Jalannya menunduk, tidak mau diajak bicara.

Tersisa Eme sendirian, berdiri di tengah-tengah lantai bulat. Wajahnya murung, mengendur. Senyum indah mendadak hilang bagai ditelan kelamnya malam.

Hologram wanita menyala lagi, tanpa berdirinya West Bromwich tadi.

"Mrs. Grow?"

"Berhati-hatilah dalam latihan-mu, Eme." Mrs. Grow tersenyum.

Eme mengangguk paham, yang ia tau. Disusul layar tadi menghilang dan Eme telah pergi dari sana.

Setiba kami berdua berjalan menuju kamar kami, Eme harus mengikuti West dari belakang, dan berjauhan.

Lorong-lorong besar lantai satu dan lantai diatas kepala kami, seutuhnya sangat sepi. Lampu panjang itulah menemani kami berdua.

"Kau pergilah tidur." West sebentar memutar kepala ragu dan bicara dengan Eme, "yap."

Pintu kamar 09 menutup anak laki-laki tadi, untuk masuk ke kamarnya. Membatas dirinya untuk melihat Eme untuk terakhir kali berdiri sendiri di luar kamar.

Tubuh West dihempaskan menuju kasur empuk. Seragam hitam dan sepatu tadi, belum juga dilepaskan. Mata berat tidak sanggup ditahan lagi pada dirinya.

"Jangan bicara lagi." Bibir bergerak malas. West berbicara aneh ketika matanya menutup.

Malam semakin larut. Begitu juga dengan para petugas, beriringan menjaga setiap lantai, secara diam-diam, sepanjang malam.

Luar tower, pengganas daging sudah berkeliaran dimana-mana. Mereka tersebar tanpa henti, untuk mencari sisa-sisa manusia yang masih hidup.

Dalam ruangan berkantor, berdiri dua manusia. Bukan wujud hologram seperti yang biasanya berbicara dengan tiga puluh anak-anak, melainkan benar-benar wujud manusia seutuhnya.

"Madam yakin, dengan anak-anak ini seutuhnya?" laki-laki pemegang layar tablet ukuran sedang, berdiri disamping satu wanita bercempol.

"Benar. Saya percaya kepada anak-anak muda disini. Kita harus mempercayakan bahwa mereka akan segera menemukan wilayah secepatnya."

Satu jari menempel pada meja milik wanita tadi. Bergerak cepat tanpa menunggu, menunjukkan hologram sebuah wilayah lima kota.

Kota Lumber, kota stroter, kota Dispath, kota Healers, dan kota Greny, telah tersusun di sana, bersamaan data-data informasi yang tertera.

"Madam yakin dengan rencana ini? Kita sudah kehilangan pewaris untuk mengurusi rencana ini beberapa tahun-tahun yang lalu. Mr.Aaron akan membongkar semuanya dan membawa anak-anak ini."

"Saya paham akan kegelisahan mu, Mr.Lumb. Tetapi kita harus mempercayakan semuanya kepada anak-anak disini. Kita tidak bisa bertindak gegabah untuk mengorbankan lebih banyak anak-anak di luar sana."

Wanita bercempol berdiri mendorong kursi kantor. Bergerak menuju jendela, langsung menghadap area luar padang tandus.

"Saya sudah berjanji kepada lima walikota di setiap luar tempat ini, bahwa kita kirimkan anak-anak yang sudah dipilih. Kita juga tidak bisa seenaknya mengambil semua anak-anak muda dari lima kota untuk saling membunuh dan dibunuh."

Pria yang diajak berbicara, mengelus kening bergaris-garis. Bersamaan tablet tadi, ikut diletakkan begitu saja.

"Lebih banyak manusia yang akan menjadi penggigit daging, dan kita akan kekurangan populasi anak-anak muda."

Mereka saling terdiam. Emosi diturunkan paksa selama wanita bercempol, dapat menahan.

Mr. Lumb melepaskan kacamata miliknya. Dia berdiri menghampiri wanita tadi.

"Ada satu anak remaja, untuk saat ini menarik perhatian bagi saya. Anak itu memiliki semuanya yang kita butuhkan untuk sekarang."

"Siapa madam?"

"West Bromwich, berasal dari kota Greny."

"Jadi, apa rencana selanjutnya, madam?"

"Kita akan menguji anak itu."

"Bagaimana caranya, madam?"

Pin pengenal perak, telah terpasang pada merah baju putih milik wanita bercempol rapi. "Mrs. Grow."

"Saya tau, siapa yang harus dipercayakan untuk menguji dan mengawasi anak ini."

Mrs. Grow tersenyum kepada satu asisten pribadinya.

Lirikan mata serta kepalanya, langsung menyorot ke arah meja yang sudah dinyalakan hologram tadi. Seluruh wilayah dan lima kota tadi, berubah sendiri.

Kemunculan satu remaja perempuan, ada di kedua matanya. Mr.Lumb mengikuti yang dilihat.

Alis hitam dipertemukan datar, disertai bulu mata lembut, ada padanya. Rambut putih, seperti kedua orang tuanya.

Erton Smith, lima belas tahun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!