Di usir

"Kak, ayo pulang." ucap Hana mengajak Adam, setelah membayarkan semua upah para pekerja.

"Baiklah, ayok." jawab Adam, keduanya masuk ke mobil.

"Sepertinya dinding rumah bagian bawah sudah lapuk dan harus segera diganti." ucap Adam masih belum memutar stir mobilnya

"Iya, Aku akan menabung untuk biaya renovasi rumah ku."

"Aku akan membantu mu mewujudkannya" ucap Adam tersenyum sambil mengusap kepala Hana.

Hana tersenyum mendengar ucapan Adam.

"Bagaimana perasaan mu sekarang?" tanya Adam

"Aku bahagia dan bersyukur bisa datang kerumah ini, terimakasih untuk semuanya kak." ucap Hana tersenyum centil membuat dada Adam bergetar,

Adam menyentuh kedua belah pipi Hana membuat pipi itu merona. Sentuhan Adam membuat Hana panas dan salah tingkah. Hana segera memalingkan pandangannya, untuk menormalkan debaran jantungnya.

Begitu juga dengan Adam, ia segera melepas kedua tangannya dan memegang setir mobil untuk menormalkan rasa yang menggebu di hatinya. mereka berada dalam suasana canggung.

setelah sedikit tenang Adam memutar stir dan melaju dengan kencang. tidak ada percakapan diantara mereka selama dalam perjalanan pulang, Hana terus menoleh kebagian kiri sedangkan Adam sesekali mencuri pandang dan lebih banyak fokus mengemudi.

Mereka sampai di Desa Pak cik ketika Azan Maghrib sebentar lagi akan dikumandangkan. waktu tempuh perjalanan pulang mereka lebih cepat dari awal keberangkatan tadi.

"Maaf untuk tindakan ku yang tadi memegang wajah mu tanpa izin." ucap Adam saat mereka sampai didepan rumah Pak cik Hana.

"Aku juga minta maaf karna tadi bersikap centil. terimakasih tumpangannya." ucap Hana merasa kecewa dengan sikap Adam yang minta maaf karena menyentuh pipi nya.

Hana keluar dari mobil dan segera berjalan memasuki halaman rumah pak cik.

"Bahkan setelah menyentuh pipi ku dia minta maaf, pasangan yang saling mencintai tidak akan minta maaf karena hal ini. Dia benar-benar hanya ingin menjadi kakak ku. Oh hati,. Berhentilah berdebar dan berharap cinta dari kak Adam. Tolong, kuat lah hati." ucap Hana didalam hatinya dan terus berjalan tanpa menoleh kebelakang.

Adam melanjutkan perjalanannya menuju rumah pak Yahya, memarkirkan mobilnya ditempat semula dan segera masuk kedalam rumah pak Yahya.

"Akhirnya kau pulang juga Hana." ucap Pak cik yang telah menunggu kedatangan Hana setelah pulang kerja sedari tadi.

Hana terkejut mendengar suara pak cik yang terdengar marah. Hana memberanikan diri menatap pak cik yang berada diruang tamu sedang berdiri menatapnya.

"Kenapa kau bisa se-kasar itu kepada Vera? Dia saudara mu satu satunya. Aku Ayahnya tidak pernah menyakiti fisiknya. Kau! Kau aku tampung dirumah ini kenapa tega berbuat kasar kepadanya." ucap Pak cik dengan nada marah.

Hana tau maksud pembicaraan pak cik, Vera telah mengadu kepada Ayahnya.

"Vera yang salah pak cik, dia merampas kartu nama yang aku berikan kepada Bibi dan tidak mengembalikannya kepada ku setelah aku memintanya dengan cara baik-baik." jawab Hana membela dirinya.

"Vera memang salah diawal nya, tapi perbuatan mu yang bermain fisik dengan menjambak rambutnya, setelah dia minta ampun itu yang tidak bisa aku terima dan aku menyesal telah menampung mu dirumah ini." ucap Pak cik membuat Hana terluka.

"Jika kau masih ingin tinggal dirumah ini menyembah lah, minta maaf kepada Vera." ucap pak cik membuat Hana semakin terluka.

Vera keluar dari kamarnya dan berdiri tidak jauh dari Ayahnya. Ia menatap Hana yang juga menatapnya.

"Aku tidak akan menyembah untuk meminta maaf, karena aku tidak sepenuhnya salah." jawab Hana dengan tatapan tajam menatap Vera.

"Tidak aku sangka kau sekeras ini, apa kau merasa hebat setelah mendapat pekerjaan? Kalau begitu tunjukkan kehebatan mu, pergilah dari rumah ini. Hidupi dirimu sendiri." ucap pak cik menatap Hana tajam.

"Baiklah aku akan keluar dari rumah ini dan tidak akan menyembah untuk meminta maaf, karna aku tidak salah sepenuhnya." jawab Hana

"Jika kau tidak mengikuti perintah ku, aku tidak akan pernah mau menikahkan mu dan merestui pernikahan mu. ingat Hana, aku wali sah mu satu-satunya. pernikahan mu tidak akan sah jika aku tidak merestuinya " ucap pak cik mengancam Hana

"Minta maaf sekarang dan segera angkat barang mu dari rumah ini." ucap pak cik kembali menekan Hana

Hana diam sejenak memikirkan ucapan Pak ciknya. Ia tidak menyangka pak cik akan semarah ini bahkan tidak adil dalam menyelesaikan masalah. Hana melihat sekeliling ruangan mencari keberadaan Bibi. ia tidak menemukan keberadaan Bibi diruang itu.

"Bibi seharusnya berada disini untuk membela ku. Kemana Bibi? Kenapa Aku diperlakukan seperti ini. Mereka tidak pernah adil dalam menyikapi permasalahan ku dan Vera. bukankah lidah lebih tajam dari pedang. Tidak tahu kah mereka betapa Vera melukai hati ku selama ini?" ucap Hana di hatinya.

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi Hana, cepat berlutut dan meminta maaf." ucap Pak cik kembali mengulang perkataannya.

Hana berjalan dengan lambat menuju tempat Vera berdiri.

"Baiklah aku akan meminta maaf, dengan syarat pak cik harus mengingat janji pak cik untuk merestui ku menikah dengan laki-laki pilihan ku." ucap Hana berhenti melangkah dengan posisi sejajar dengan pak cik nya dengan pandangan berlawanan arah. Hana terus menatap Vera yang berada tidak jauh dari Ayahnya.

"Aku akan menepati janji ku." jawab pak cik tanpa menoleh kearah Hana

Hana melanjutkan langkahnya menuju Vera yang sedikit takut jika Hana tiba-tiba menghajarnya.

"Vera, aku minta maaf atas kejadian tadi siang ." ucap Hana dengan terus menurunkan badannya untuk menyembah Vera.

Vera tersenyum melihat Hana yang sudah sujud di ujung jari kaki nya. Vera merasa bahagia karena berhasil membalas perlakuan kasar Hana.

Vera menurunkan badannya dan menarik rambut Hana, membuat Hana menjadi setengah duduk dan kesakitan karena Vera menarik rambutnya dengan kuat.

"Kau akan jadi gembel setelah keluar dari rumah ini. selamat untuk kehancuran hidup mu." ucap Vera dengan suara pelan namun terdengar jelas oleh Hana. Vera melepaskan tangannya dari rambut Hana.

"Aku memaafkan mu, silahkan kemasi barang mu dan pergi dari rumah ini." ucap Vera tersenyum mengejek Hana dengan suara yang dapat didengar oleh Ayah nya juga.

Hana segera berdiri dan pergi kekamar Bibi untuk mengambil semua barangnya.

"Maaf Hana, Bibi tidak bisa membela mu. Vera bilang sampai malam ini kepalanya masih sakit karena kau menarik rambutnya sangat kuat. Hati-hati lah hidup diluar sana. Ini uang untuk mu." ucap Bibi sambil menyodorkan uang lima ratus ribu kepada Hana.

"Aku tidak membutuhkannya." ucap Hana yang telah selesai mengemas barang nya.

"Terimakasih atas jasa baik Bibi dan Pak cik selama dua tahun ini. Terimakasih untuk semuanya." ucap Hana dan pergi meninggalkan Bibi yang menangis sedih semenjak melihat Hana berkemas dan pergi meninggalkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!