tetangga

"Kau mau kemana Vera?" tanya Hana pagi ini

"Apa kau tidak lihat kalau aku memakai seragam sekolah, ya pasti kesekolah la." jawab Vera judes

"Tidak bisakah kau izin Sekolah? Bibi masih sakit."

"Aku bukan kau yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada sekolah. acara perpisahan sekolah sangat penting bagi ku. Bunda sudah minum obat, jadi tidak ada alasan ku untuk tidak pergi kesekolah." jawab Vera yang sudah siap dan segera berlalu dari hadapan Hana

"Ya Allah, kau keterlaluan sekali Vera, sehari pun kau tidak pernah libur sekolah untuk merawat ibu mu yang sedang sakit, makannya juga tidak kau urus dengan baik." ucap Hana didalam hati nya karena percuma mengeluarkan suara Vera telah keluar dari rumah.

********

Tadi malam saat Hana dan pak cik datang Bibi langsung menangis haru. Bibi bilang jika ia belum makan karena Vera tidak bisa membuatkannya nasi lembek, Hana merasa prihatin dengan kondisi Bibi yang sakit dan kelaparan. Beruntung tadi Hana dan pak cik singgah di toko untuk belanja roti dan buah-buahan. roti itu dibuka Hana dan di berikan ke tangan Bibi, Bibi langsung memakan roti itu untuk mengisi perutnya yang kosong, setelah itu Hana bergegas menuju dapur untuk memasak nasi lembek yang bisa dimakan Bibi.

Setelah nasi masak Bibi makan sedikit demi sedikit agar perutnya mampu menerima dan mengolah makanan yang masuk.

"Terimakasih Hana, Bibi bersyukur kamu bisa pulang. Vera hanya terus memaksa bibi untuk makan apa yang dia beli, dia tidak berusaha untuk membuat makanan apa yang bibi mau. bibi rasa, kami gagal mendidiknya menjadi anak yang berbakti. Setiap pagi dia membelikan bibi sarapan lontong, setelah itu dia berangkat sekolah. Dia juga tidak pernah duduk disini dan memijit ku." ucap bibi malam itu

Saat Hana sedang memijit kakinya.

Pak cik sudah tidur diruang tengah dan Vera tidur di kamarnya.

"Itulah kesalahan bibi dari dulu, tidak pernah mengajak Vera bekerja di dapur. Bibi hanya terus memanggilku dan meminta bantuan ku untuk urusan dapur dan rumah ini. disaat aku lelah bibi masih saja memanggil ku. Jika saja Bibi adil, mengajak ku dan Vera bekerja didapur dan mengurus rumah ini, aku yakin Vera bisa mengurus bibi dengan baik. Semoga bibi bisa memperbaiki semuanya setelah sembuh nanti." ucap Hana didalam hatinya.

*******

Pak cik sudah berangkat ketempat kerja tadi pagi. Vera juga sudah berangkat kesekolah. Tinggallah Hana dan Bibi dirumah pagi ini. Hana kembali menyibukkan diri didapur, ia merebus air dan membuat bubur untuk bibi.

"Bibi, ayo kita mandi dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk bibi mandi " ucap Hana menghampiri bibi dikamar setelah menyelesaikan urusan dapur.

"Baiklah, tolong bantu bibi kekamar mandi." ucap Bibi

Hana mengangguk dan membantu bibi kekamar mandi dengan cara dipapah. air mandi telah Hana siapkan di baskom besar, peralatan mandi juga sudah ada disana.

"Tunggulah diluar, bibi bisa mandi sendiri." ucap bibi dengan suara pelan.

"Baiklah, aku akan menunggu disini. Jika bibi sudah siap panggil aku." ucap Hana sambil menutup pintu kamar mandi

lumayan lama menunggu, Bibi akhirnya selesai mandi, ia tampak lebih segar setelah mandi walaupun bibirnya masih pucat.

Hana kembali memapah Bibi kekamar untuk memakai pakaian dan membantu Bibi mengeringkan rambutnya. selesai berpakaian Hana mengajak Bibi untuk duduk diteras belakang, berjemur matahari pagi sambil makan bubur, bibi harus rajin makan dengan porsi sedikit namun sering untuk menghilangkan rasa sakit perutnya. Bibi menderita sakit Maag yang harus ditangani dengan serius.

Hana mencari sapu halaman dan mulai menyapu halaman yang sudah banyak sampah dedaunan dan ranting. Setelah semua terkumpul Hana mengambil korek api untuk membakarnya.

***** dirumah pak Yahya***

"Apa rencana mau setelah mengetahui Hana tinggal disebelah ini?" tanya pak Yahya

"Saya ingin tahu kenapa disurat lamaran ini, Hana membuat nomor hp yang sama dengan nomor seseorang yang saya kenal. apakah Hana mengenal orang yang saya kenal ini, atau ini memang nomor milik Hana karena pengguna yang dulu sudah tidak menggunakan nomor ini " jawab Adam menjelaskan.

"Kenapa tidak ditelpon saja untuk memastikannya." jawab istri pak Yahya

"Saya tidak mau berurusan dengan pemilik nomor yang lama buk. Saya juga tidak ingin melibatkan orang-orang terdekat untuk ikut campur urusan pribadi saya." jawab Adam

"Apa yang bisa kami bantu?" tanya pak Yahya

"Saya ingin mendengar jawaban dari Hana, bagaimana ia memiliki nomor hp ini, bisakah bapak atau ibu mewakili pertanyaan saya untuk Hana?" pinta Adam.

"Biar ibu yang menanyakan nya sama Hana, ibu yakin Hana pasti mau cerita." jawab Istri pak Yahya.

"Baiklah kalau begitu saya akan membuat catatan beberapa pertanyaan, saya harap ibuk bisa menanyakannya kepada Hana dan saya bisa mendengar langsung jawaban Hana." ucap Adam

"Baiklah, nanti saya ajak Hana ngobrol diteras belakang, kamu bisa mendengarkan pembicaraan kami dari dalam rumah." jawab Istri pak Yahya.

"Memang benar kata pepatah Tak Kenal maka tak Sayang, cara mu mengenal Hana boleh juga. Semoga kalian berjodoh" ucap Pak Yahya mendoakan, membuat Adam tersenyum mendengar ucapannya.

Asap pembakaran daun dan ranting Hana masuk ke rumah Pak Yahya, membuat mereka batuk dan Harus membuka pintu dan jendela agar asap bisa keluar dari rumah.

"Siapa yang bakar sampah sepagi ini?" tanya Adam

"Entah la, biar ibuk cek kebelakang dulu." jawab Istri pak Yahya yang langsung melangkah menuju halaman belakang. Pak Yahya dan Adam ikut menyusul.

Adam melihat halaman belakang rumah pak Yahya yang bersih dan lumayan panjang kebelakang, tidak ada pagar pembatas lahan dibagian belakang tanah Pak Yahya.

Sorot mata Adam tertuju pada keberadaan Hana dihalaman belakang, Ia bersyukur ternyata Hana memang benar tetangga pak Yahya.

Istri pak Yahya menghampiri buk Lili yang duduk diteras belakang.

"Alhamdulillah sepertinya kamu sudah ada angsuran Li." ucap istri pak Yahya menghampiri Bibi dan ikut duduk disebelah Bibi.

"Iya buk, Alhamdulillah perut saya sudah tidak sakit lagi. Rasanya juga sudah mulai ada tenaga." jawab Lili

"Syukurlah, Kapan pulang Hana?" tanya istri pak Yahya melihat Hana ditempat pembakaran sampah

"Tadi malam buk." jawab Hana selesai dari mengurus sampah dan api telah menyala.

"Maaf ya buk kalau asap nya menggangu ibuk." ucap Hana saat telah sampai ditempat Bibi dan istri pak Yahya duduk.

"Gak papa, namanya juga asap mana bisa kita kendalikan." Jawab istri pak Yahya.

Pak Yahya memanggil istrinya, takut istrinya menanyakan apa yang ingin didengar Adam, sementara Adam tidak bisa mendengar percakapan mereka. Istri pak Yahya paham kenapa suaminya memanggil, ia pamit kepada Lili dan Hana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!