Umi

Hana melihat Marbot Mushola sedang menyapu teras mushola.

"Assalamualaikum pak, masih ingat saya?" tanya Hana

Petugas Marbot itu menghentikan aktivitas nya dan melihat kearah Hana.

mereka bicara dengan jarak 1 meter.

"Oh kamu, ya ingat lah. yang tadinya saya kira tamu ternyata pekerja kebersihan." jawab bapak itu bercanda

"Bapak bisa aja, yang penting dapat kerja dan gajinya halal pak." ucap Hana membalas guyonan bapak itu.

"Iya, tapi kamu itu tidak cocok jadi petugas bersih toilet, kamu itu cocoknya jadi petugas kasir atau nyonya besar pemilik rumah makan ini." ucap bapak itu membuat Hana tertawa lepas.

Adam yang berada tidak jauh dari mushola mendengar suara tawa Hana yang enak untuk didengar. tampa disadari Adam, ia ikut tertawa kecil mendengar Hana tertawa.

"Aduh pak, ternyata bapak lucu ya." ucap Hana sambil memegang perutnya

"Hana kamu sudah kembali, ucapan ku benarkan, tidak sulit mencari rumah kos, sekarang kamu bantu bagian cuci piring dulu. Setelah selesai temui saya di kantor." ucap Ihsan yang tiba-tiba datang, membuat Hana tidak sempat menyampaikan maksudnya menemui Marbot Mushola.

"Iya pak " jawab Hana segera pergi kebagian pencucian. Begitu banyak piring yang belum dicuci membuat Hana sedikit putus asa.

"Maaf apa tidak ada petugas yang mencuci piring kotor ini?" tanya Hana pada salah satu karyawan perempuan yang kebetulan lewat.

"Ada, kamu siapa?" tanya wanita itu

"Aku Hana, aku karyawan baru, aku baru bekerja hari ini. dimana petugas yang mencuci piring ini?" tanya Hana

"Aku tidak tahu, tanya sama pak Ihsan saja." jawab wanita itu dan segera pergi dari hadapan Hana.

jawaban wanita itu membuat Hana lemas.

"Gini amat jadi karyawan baru." batin Hana

Hana segera mencuci piring, tumpukan piring kotor yang tadinya sangat banyak kini sudah hampir rampung dibersihkan, Hana merasa capek, ia menyandarkan punggungnya Kedinding dan menutup mata, berharap rasa lelah yang menghampirinya bisa berkurang. tanpa disadari ternyata Hana ketiduran, tidur yang sangat dalam karena kecapean.

Hana tidak mendengar seruan azan Maghrib yang dikumandangkan oleh pak Abdul. Selesai sholat Maghrib karyawan bagian dapur bersiap untuk pulang, mereka makan malam bersama terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang.

Budi mencari-cari keberadaan Hana diruang makan, Ia merasa heran karena tidak melihat keberadaan Hana.

"Pak Ihsan, apa Hana pulang cepat hari ini?" tanya Budi pada Ihsan yang sedang menikmati minuman hangat.

Ihsan teringat tadi sore ia menyuruh Hana untuk mencuci piring.

tanpa menjawab pertanyaan Budi Ihsan bangkit dari tempat duduknya, ia segera pergi meninggalkan Budi yang masih menunggu jawaban dari nya.

Ihsan pergi keruang pencucian piring, ia menemukan Hana yang tersandar didinding.

"Hana,.. Hana,. Hey, bangun." ucap Ihsan namun tidak mendapat respon dari Hana.

Ihsan menempelkan telapak tangannya di kening Hana, suhu badan Hana terasa normal. Kemudian Ihsan memiringkan telunjuknya di bawah lubang hidung Hana, ia merasakan hembusan napas Hana.

"Dasar wanita Aneh, bisa-bisanya tidur disini." ucap Ihsan merasa lega ternyata Hana baik-baik saja dan sedang tidur pulas.

Ihsan merasa kasihan melihat Hana yang tidur ditempat pencucian piring, Ihsan mengangkat tubuh Hana dan membawanya keruang kerja.

"Hay,. Kenapa kamu mengendong wanita ini, kenapa dia?" tanya Adam yang heran melihat Ihsan tiba-tiba membawa seorang wanita keruang kerja dan menempatkan Hana diruang istirahatnya.

"Dia, dia karyawan baru kan?" ucap Adam setelah melihat wajah Hana yang sudah dibaringkan oleh Ihsan ditempat tidur.

"Iya, dia Hana." jawab Ihsan sambil menatap Hana yang terlihat masih menikmati tidurnya

"Wah ada kemajuan nih, Ihsan seorang pemuda Sholeh, hari ini tangan dan dadanya telah ternoda oleh seorang wanita bernama Hana. Swet swet." ucap Adam menggoda Ihsan

"Enak aja bilang ternoda, tangan aku justru lagi dapat pahala karna menolong seorang karyawan yang kelelahan." jawab Ihsan.

"tumben banget pengertian dan perhatian, tapi bagus juga sih, umur mu udah 24 tahun sudah seharusnya membiayai hidup seorang wanita." ucap Adam.

"Maksud mu?" tanya Ihsan

"Nikah bro, udah tua masih aja gak peka." jawab Adam

"Enak aja bilang tua," jawab Ihsan sambil menonjok bahu Adam pelan.

"Apa yang kalian bicarakan sehingga tidak mendengar Umi datang " terdengar suara seorang wanita yang mereka kenal.

Keduanya sontak berbalik badan melihat ke pintu masuk kamar pribadi mereka. Keduanya reflek merapatkan badan agar Umi Adam tidak melihat keberadaan Hana yang tidur ditempat tidur.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaan Umi." Ucap Umi Adam yang terus maju kearah mereka yang tampak makin gelisah.

"Umi, Maaf kami tidak tahu jika Umi datang." ucap Adam maju kearah Umi bermaksud menutup pandangan Umi nya agar tidak melihat Hana.

"Ya ampun, astaghfirullah,. Apa yang kalian lakukan, kalian apa kan anak gadis orang! Astaghfirullah, ya Allah ampuni dosa ku yang tidak bisa mendidik anak dengan baik." ucap Umi Adam histeris dan menerobos Adam untuk melihat wanita yang berada diatas kasur anaknya.

Umi melihat pakaian Hana masih melekat di badannya, kerudung yang dipakai Hana juga masih menutup kepalanya, tidak ada tanda-tanda jika mereka baru saja melakukan perbuatan buruk kepada Hana.

"Katakan kepada Umi, kenapa wanita ini bisa sampai dikamar kalian?" ucap Umi dengan wajah tegang menahan amarah.

Ihsan dan Adam saling pandang, Adam memberi isyarat agar Ihsan yang menjawab karna dia yang membawa Hana masuk kekamar pribadi mereka.

"Begini Umi, Dia adalah karyawan baru disini, sebenarnya tidak ada lowongan untuknya disini tapi dia direkomendasikan oleh Orang tua Rani, dia baru datang tadi pagi dan saya menyuruhnya membersihkan toilet, kemudian sore ini saya menyuruhnya mencuci piring. Mungkin karena kelelahan dia tertidur ditempat cuci piring. Karena kasihan saya membawanya kesini, agar dia tidur lebih nyaman." jawab Ihsan dengan nada sedikit terbata-bata karena takut dimarahi Umi.

Umi memijit pelipis nya, Umi merasa shock melihat kelakuan kedua putranya.

"Kenapa kamu tidak menaruhnya di mushola? Kenapa harus dikamar pribadi?" tanya Umi masih menahan emosi

"Itu karna di mushola sedang ramai dan aku tidak mau ada yang melihat aku menggendongnya." jawab Ihsan masih dengan nada terbata-bata.

"Tetap saja apa yang kamu lakukan itu salah Ihsan! Kamu juga Adam, kenapa malah memperbolehkan Ihsan membawa perempuan kekamar kalian. Apa kalian berencana mengambil kesucian wanita ini?" tanya Umi geram.

"Maaf Umi kami tidak berfikir begitu." ucap Adam

"tepatnya belum terfikir, karena Umi datang lebih awal." jawab Umi melototi kedua anaknya.

Ihsan merupakan anak angkat Umi, Ihsan mereka asuh saat bayi karena dari pernikahan Umi dan Abi yang sudah memasuki usia lima tahun belum juga dikaruniai seorang anak. Saat Ihsan berumur tiga bulan. barulah Umi hamil dan Ihsan dikembalikan kepada orang tuanya, Umi terus membiayai keperluan Ihsan, karena orang tua Ihsan berasal dari keluarga kurang mampu.

Ayah Ihsan juga mereka beri pekerjaan tetap, sehingga Ihsan dan keluarganya tidak lagi merasakan kehidupan yang sulit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!