Janji Tuan Muda Brev

Tiba-tiba wajah Tuan Muda Brev langsung berubah menjadi sedih. Pemuda itu menundukkan kepalanya di hadapan Nona Muda Lusy.

"Apa yang terjadi? Mengapa wajahmu langsung berubah menjadi sedih?" Tanya Nona Muda Lusy.

Pemuda itu tak menjawab pertanyaan dari kakaknya, sang Nenek pun merasa khawatir pada Nona Elise dan menghampiri keduanya untuk lebih dekat lagi.

"Mengapa kau tak menjawabnya?" Tanya Nona Muda Lusy, dia menyuruh adiknya itu untuk segera menceritakan apa yang telah terjadi pada Nona Elise.

"Maafkan Saya, Kak." Ucap Tuan Muda Brev yang masih menundukkan kepalanya.

"Duduklah, beritahu Saya apa yang terjadi pada Nona Elise." Perintah Nona Muda Lusy Beryssworth.

Tuan Muda Brev langsung duduk di sebelah Nona Lusy dan mulai menceritakan semuanya yang dia lihat tentang Nona Elise.

Bruak!

Dengan kasar, Nona Muda Lusy Beryssworth memukul meja tersebut dan membuat gelas yang berisikan teh hangat itu langsung pecah. Mata gadis itu menatap tajam ke arah depan dengan napas yang berat.

Sang Nenek dan Tuan Muda Brev pun terkejut melihat reaksi dari Nona Muda Lusy terhadap apa yang terjadi pada Nona Elise.

"Iblis itu...," Nona Muda Lusy mencengkram erat taplak meja tersebut.

"Iblis siapa?" Tanya sang Nenek.

"Iblis yang membawa Nona Elise adalah Iblis Damballa, Nek." Jawab Tuan Muda Brev.

"Iblis itu sangat kuat untuk sang Nona melawannya sendirian," gumam sang Nenek dengan yakin.

"Apa Nenek mengetahui tentang Iblis Damballa?" Tanya Tuan Muda Brev.

Nenek langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya pertanda dirinya tak mengetahui tentang Iblis Damballa.

"Ternyata meksipun hanya setengah pecahan jiwanya saja, Iblis itu masih cukup kuat." Ucap sang Nenek di dalam hatinya.

"Lalu bagaimana keadaan dari Ibu?" Tnya Nona Muda Lusy.

"Saat ini keadaan Ibu sudah membaik, hanya saja bahu kirinya masih hancur." Jawab Tuan Muda Brev dengan jujur dan begitu polosnya.

"Dia takkan mampu mengembalikan bahunya seperti semula sebelum Iblis Damballa kembali ke kediaman." Ucap Nona Muda Lusy Beryssworth.

"Mengapa seperti itu?" Tanya Tuan Muda Brev yang masih belum mengerti.

Nona Muda Lusy langsung mencengkram kerah baju pemuda itu dengan erat hingga wajah mereka saling berdekatan.

"Apa Ibu melakukan hal kasar padamu?" Tanya Nona Muda Lusy.

Tuan Muda Brev langsung menggelengkan kepalanya.

"Kau tahu? Ibu adalah bagian dari pengikut bangsa Iblis, Dik. Dia pemuja Iblis Damballa." Ucap Nona Elise dengan tatapan tajamnya. Aura sihir milik Erika Toda menerobos keluar dari tubuh gadis itu.

"Tenangkan diri Anda, Nona." Ucap sang Nenek yang dapat merasakan aura kemarahan dari gadis tersebut.

Tuan Muda Brev membelalakkan matanya mendengar ucapan dari sang Kakak tentang ibu mereka. Di wilayah Kerajaan Palas, suatu larangan bagi siapapun untuk memuja bangsa Iblis manapun.

"Jadi jika Ibu meminta informasi tentang Nona Elise darimu, jangan kau beritahu apapun mengenainya. Jika kau melanggar, Kakak akan membunuh mu!" Ancam Nona Muda Lusy Beryssworth yang kini menarik lebih kuat kerah baju Tuan Muda Brev. Beberapa detik kemudian setelah tubuh Tuan Muda Brev gemetar, gadis itu barulah melepaskan cengkeramannya dan pergi meninggalkan mereka.

Dalam perasaan takut dan terkejut melihat keseriusan dari mata sang Kakak, Tuan Muda Brev mengusap keringat yang muncul di wajahnya.

"Kau cukup diam dan jangan membocorkan informasi apapun mengenai gadis itu, Nak. Karena bagaimanapun juga, pengikut bangsa Iblis itu adalah orang jahat." Jelas sang Nenek.

"Saya sekarang mengerti, Nek. Ibu juga tidak pernah menginginkan kehadiran Saya di kediamannya." Sahut Tuan Muda Brev, dia mulai menyadari bahwa dia hanyalah anak yang tak di inginkan.

"Dia bahkan tidak menginginkan kehadiran dirimu di hidupnya." Sela tiba-tiba Nona Muda Lusy Beryssworth yang bersandar di pintu ruangan itu. Ternyata dirinya masih belum benar-benar pergi jauh dari ruangan tersebut.

Deg!

Jantung Tuan Muda Brev seakan berhenti mendadak mendengar ucapan dari sang Kakak. Tubuhnya terasa lemas, pikirannya sudah sangat kacau saat ini.

"Jangan berkecil hati. Ibu juga tak menginginkan kehadiran anak-anak nya di kehidupan beliau. Ibu bahkan berniat menjadikan Kakak dan mendiang Kak Lucky sebagai tumbal persembahan pada Iblis Damballa." Ucap Nona Muda Lusy Beryssworth.

Gadis itu berjalan menghampiri Tuan Muda Brev yang hanya diam dengan air mata berlinang di kedua pipinya.

"Kita memang hanya sebatas antara Kakak dan Adik tiri, tapi Kakak berjanji akan melindungi mu sampai akhir hidup ini." Ucap Nona Muda Lusy Beryssworth.

"Jadi, patuhi semua ucapan dari kakakmu dan jangan membantah." Lanjut Nona Muda Lusy yang menegaskan ucapannya pada sang Tuan Muda.

"Berjanjilah pada Kakak, kau harus tumbuh dan berkembang menjadi hebat untuk membasmi kejahatan yang ada di muka bumi ini." Ucap Nona Muda Lusy Beryssworth dengan tatapan tajamnya.

"Saya, Brev. Berjanji untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat agar dapat melindungi Kakak beserta orang lain yang membutuhkan perlindungan. Saya berjanji untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat agar dapat membasmi para pengikut bangsa Iblis yang membuat kesesatan di tempat tinggal para manusia." Ucap janji Tuan Muda Brev yang begitu lantang.

Jeduarrr...

Terdengar suara petir yang menyambar di atas atap rumah kayu tersebut. Kilatan cahaya dari petir itu dapat menerangi rumah kayu itu seperti siang hari dalam beberapa detik.

"Janjimu sudah di dengar oleh para malaikat," gumam Nona Muda Lusy Beryssworth yang melihat ke arah atap rumah kayu itu.

"Apapun yang terjadi, kita harus saling melindungi." Sahut Tuan Muda Brev dengan tatapan tajamnya.

Sang nenek yang melihat hal itu begitu bangga pada pemuda yang dia didik dari bayi itu. Diam-diam, dia tersenyum bangga melihat dua orang Kakak Adik yang begitu kompak.

"Terimakasih Tuhan. Kau telah memberikan anugerah terindah seperti mereka." Ucap sang Nenek yang masih tersenyum.

Nenek itu berjalan menghampiri keduanya dan langsung memeluknya dengan sangat erat.

"Nenek bangga pada dirimu yang telah menjadi seorang pemuda hebat. Kalian berdua harus tetap saling membantu dalam keadaan apapun." Ucap sang Nenek.

"Baik, Nek." Sahut Nona Muda Lusy dan Tuan Muda Brev secara bersamaan.

"Malam semakin larut, kalian istirahatlah. Besok Nenek harus pergi ke kebun untuk memanen ubi dan beberapa buah-buahan segar kemudian di jual ke pasar." Ucap sang Nenek.

Kedua anak muda itu bergegas menuju kamar masing-masing. Kini tinggallah nenek itu sendirian yang duduk di sebuah kursi.

"Siapa Nona Elise itu? Mengapa Nona Muda Lusy begitu mengkhawatirkannya?" Sang Nenek mulai bertanya-tanya tentang identitas dari gadis itu.

"Ahh, biarkan. Saya tidak akan ikut campur lagi dalam dunia sihir apapun kecuali cucuku dalam bahaya," gumam dirinya yang tak ingin terlibat dalam dunia sihir lagi.

Dia segera merebahkan tubuhnya di atas sebuah kursi kayu panjang karena kamar yang biasa ia tempati saat ini sedang di gunakan oleh sang Nona Muda.

Di dalam kamar, Nona Muda Lusy sedang duduk di atas tempat tidurnya dan memadatkan energi sihir milik jiwa Erika Toda.

"Semoga saja Nyonya Agatha Esther dapat menjawab telepati dariku," gumam jiwa milik Erika Toda.

Gadis itu mulai memejamkan matanya dan membaca sebuah mantra sihir kuno.

Terpopuler

Comments

Firefox piw

Firefox piw

halloo

2024-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!