Ritual mengembalikan nyawa Tuan Muda Elvio

Tubuh Nona Elise belum dapat menyesuaikan kekuatan sihir yang begitu besar hingga membuat jiwa Penyihir Legendaris Agatha Esther yang ada di dalam tubuh gadis itu sedikit sulit untuk mengontrol kekuatannya.

"Hufff. Sepertinya kita harus berlatih sedikit untuk membiasakan tubuh ini dengan sebuah sihir-sihir hebat lainnya." Ucap Nona Elise dengan pelan pada dirinya.

"Semoga saja kehidupan Saya saat ini jauh lebih baik dari kehidupan di masa lalu." Lanjut Nona Elise.

Gadis itu mengepal kuat kedua tangannya setelah mengingat pengkhianat yang dilakukan kekasihnya di masa lalu. Dirinya harus meregang nyawa di tangan kekasihnya itu akibat sang kekasih yang terlalu egois untuk mendapatkan keabadian hidup dan meminta bantuan dari para bangsa Iblis.

"Putri ku...." Panggil seseorang.

Nona Elise segera menolah kebelakang melihat Nyonya Irvy sudah sadarkan diri. Wanita itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dan bersandar di dinding kursi kayu itu.

"Apa Anda terkena serangan dari pria tadi?" Tanya Nona Elise dengan wajah polosnya.

Wanita itu hanya menggeleng lalu tersenyum pada Nona Elise kemudian berdiri dan langsung memeluknya.

Nona Elise hanya diam mematung ketika Nyonya Irvy memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Gadis itu tak tahu apa yang harus dia lakukan selain mengusap-usap punggung wanita yang sedang memeluknya.

"Kau masih hidup putri ku." Bisik Nyonya Irvy di didekat telinga Nona Elise.

Nyonya Irvy melepaskan pelukannya, dia meneliti dengan detail tubuh Nona Elise untuk memastikan luka yang ada di perut putri nya itu.

"Bagaimana bisa luka di perut mu telah hilang, Elise?" Tanya Nyonya Irvy dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.

"Anak mu ini sangat hebat sekarang," senyum Nona Elise yang terlihat begitu manis.

Nyonya Irvy tersenyum dengan mengusap rambut Nona Elise dengan bahagia.

"Kau dan Ibu hanyalah manusia biasa tanpa memiliki bakat sihir dari lahir. Lalu kau sekarang dapat menjadi hebat dalam hitungan detik saja, itu sangat mustahil." Ucap Nyonya Irvy yang sangat masuk akal, dia bahkan langsung mengerutkan dahinya.

"Haha. Ibu tidak pernah tahu jika putri mu ini selalu mempelajari berbagai sihir yang ada hingga kini waktunya sudah tiba, maka Saya akan menunjukkan nya pada semua orang." Elak Nona Elise pada Nyonya Irvy.

Nyonya Irvy hanya tersenyum paksa, terlihat dari wajah wanita itu bahwa dia belum dapat mengerti bagaimana bisa Nona Elise menjadi hebat dalam waktu hitungan detik saja. Meksipun Nona Elise telah membuat alasan yang kuat, namun tetap saja Nyonya Irvy belum dapat mempercayai ucapan dari putrinya itu.

Nyonya Irvy menoleh, dia melihat putranya sudah tak bernyawa lagi dengan luka yang menganga di dada kiri pemuda itu. Wanita itu melangkah pelan menghampiri Tuan Muda Elvio dengan air mata yang bercucuran membasahi kedua pipinya.

Tangisan wanita itu langsung pecah ketika dirinya terduduk di hadapan jasad Tuan Muda Elvio.

"Elvio...." Penggil Nyonya Irvy dalam tangisan nya.

Melihat hal itu, Nona Elise menelan ludahnya dengan susah payah. Dia berjalan mendekati keduanya kemudian memadatkan energi sihirnya di tangan kirinya.

Shhhhrr

Tubuh Tuan Muda Elvio membeku dengan sihir es milik Nona Elise. Hal itu tentu membuat Nyonya Irvy terkejut dan langsung berhenti menangis menatap wajah Nona Elise.

"Saya harus membekukan tubuhnya sebelum dirinya menjadi kaku dengan sendirinya." Ucap Nona Elise pada Nyonya Irvy.

"Siapa Anda sebenernya?" Tanya Nyonya Irvy dengan penuh kecurigaan yang tersirat pada kedua mata wanita itu.

"Apakah Anda sudah tak mengakui Saya sebagai anak Anda lagi?" Tanya balik Nona Elise, wajah sedihnya pun dia tampakkan setelah mendengar pertanyaan dari Nyonya Irvy.

"Dari mana kau dapat menguasai sihir elemen es itu, Elise? Ayah mu saja hanyalah seorang penyihir elemen api biasa." Ucap Nyonya Irvy.

"Lalu dimana Ayah saat ini? Mengapa dia tak ada ketika keluarganya di siksa oleh pria kejam itu." Sahut Nona Elise.

"Bukankah kau sudah mengetahui bahwa Ayah mu, Granturismo telah meninggalkan kita sejak dua tahun lalu?" Tanya Nyonya Irvy.

Jiwa dari Nyonya Agatha Esther terdiam mematung. Dirinya sedikit terkejut jika ayah dari tubuh yang sedang dia tempati ini adalah seorang gadis biasa yang di tinggalkan oleh ayahnya sendiri.

"Kemana Ayah pergi?" Tanya Penyihir Legendaris Agatha Esther , dia harus segera mengetahui informasi dari keluarga Nona Elise.

Nyonya Irvy hanya diam dan tak menjawab pertanyaan dari Nona Elise. Wanita itu mencengkram kedua pahanya dengan kuat seperti sedang menahan dendam di dalam hatinya.

"Hmm. Baiklah jika Ibu tak ingin menjawabnya, Saya hanya sedikit lupa pada Ayah." Ucap Nona Elise supaya tak membuat Nyonya Irvy curiga lebih jauh lagi tentang identitas dirinya sebagai reinkarnasi dari Penyihir Legendaris.

Nona Elise memperhatikan setiap sudut ruangan rumah kayu itu dengan teliti. Dia memejamkan matanya lalu mengucapkan sebuah mantra sihir kuno selama beberapa detik.

Tiba-tiba muncul sebuah perisai berwarna putih yang mengelilingi rumah Nyonya Irvy saat ini. Nyonya Agatha Esther segera mengubah perisai putih itu menjadi transparan dan tak dapat terlihat oleh manusia biasa bahkan penyihir tingkat rendah.

"Menjauh lah, Ibu." Ucap Nona Elise pada Nyonya Irvy yang masih duduk diam di depan jasad Tuan Muda Elvio.

Nyonya Irvy berdiri, dia menghampiri Nona Elise dengan wajah yang sangat pasrah.

"Putri ku, Elise." Ucap Nyonya Irvy.

Nona Elise hanya diam memperhatikan apa yang akan Nyonya Irvy lakukan padanya.

"Ibu sudah kehilangan kakak mu, Elvio. Ibu mohon padamu untuk tak meninggalkan Ibu sendiri disini." Ucap Nyonya Irvy dengan tatapan memohon.

"Ibu.... Elise tak akan pernah meninggalkan Ibu sendirian." Sahut Nona Elise dengan tulus.

"Ibu tak perlu khawatir, Saya akan mencoba untuk mengembalikan nyawa milik Kakak." Lanjut Nona Elise, dia mencoba untuk menyakinkan Nyonya Irvy.

"Jangan ngawur, Nak. Kau bukan Tuhan yang dapat mengembalikan nyawa seseorang." Sahut Nyonya Irvy atas ucapan Nona Elise barusan.

"Saya memang bukan Tuhan, Ibu. Tapi Saya akan mencobanya dengan kemampuan yang Saya miliki saat ini." Jelas Nona Elise, dia langsung berjalan mendekati jasad Tuan Muda Elvio.

Nyonya Irvy hanya diam dan tak menghalangi apa yang akan putrinya itu lakukan pada Tuan Muda Elvio.

Nona Elise mencoba untuk membuat sebuah kertas mantra dari darah Tuan Muda Elvio yang sudah agak mengering di lantai. Beberapa menit kemudian, darah yang ada di lantai telah berubah menjadi sebuah pola sihir kuno bukan lagi menjadi kertas mantra.

Melihat percobaannya berhasil, Nyonya Agatha Esther tersenyum tipis. Dengan segera, dia menggoreskan jari telunjuknya lalu di oleskan pada pola sihir tersebut. Gadis itu kemudian membaca sebuah mantra kuno yang tak dapat di mengerti oleh Nyonya Irvy.

"Wahai Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Saya Elise, mencoba untuk menarik kembali jiwa dari Tuan Muda Elvio yang belum saatnya untuk pergi meninggalkan tubuhnya. Dengan izin-Mu dan para Malaikat, kembalikan lah jiwa milik Tuan Muda Elvio." Ucap Nona Elise.

Pola sihir itu kemudian memancarkan sebuah cahaya berwarna putih yang melebur pola sihir yang berwarna merah itu.

Es yang menyelimuti tubuh Tuan Muda Elvio langsung pecah dan mengenai beberapa bagian wajah Nona Elise.

"Sihir es ku membalik hingga mengenai diriku sendiri," gumam Nona Elise dengan mengusap darah yang keluar dari wajahnya akibat tertancap dari pecahan sihir es miliknya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!