Tuan Muda Elvio melihat Nona Elise tengah bersandar di pintu masuk kediamannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
Wushhh! Shap!
Pedang merah milik Nona Elise yang tadinya menancap di tubuh Nyonya Cesy kini telah melesat dan kembali tepat pada genggaman tangan gadis itu.
Lagi-lagi, Tuan Muda Elvio terkejut melihat kehebatan dari adiknya itu.
"Masuklah, di luar sangat berbahaya!" Perintah Nona Elise pada Tuan Muda Elvio.
Setelah menyuruh Tuan Muda Elvio masuk, pedang merah milik Nona Elise langsung menghilang begitu saja. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam ruangan.
Tanpa berbasa-basi lagi, Tuan Muda Elvio langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.
Pemuda itu meletakkan tiga buah ikan laut segar di atas arang, kemudian membakar ikan tersebut menggunakan sihir api miliknya yang keluar dari tangannya.
Api yang muncul dari tangan Tuan Muda Elvio sangat kecil hingga membuat Nona Elise menggelengkan kepalanya melihat api tersebut.
"Mau sampai kapan ikan itu akan matang?" Tanya Nona Elise.
Mendengar ucapan itu, Tuan Muda Elvio hanya melirik datar pada sang adik.
"Kau bertanya atau mengejek diriku?" Tanya Tuan Muda Elvio dengan datar.
"Haha. Kurasa dua-dua nya," Nona Elise langsung terkekeh mendengar pertanyaan dari kakaknya.
Tuan Muda Elvio langsung memasang wajah sedihnya mendengar ucapan dari Nona Elise.
"Cup-cup. Jangan berkecil hati seperti itu." Ucap Nona Elise yang melihat wajah Tuan Muda Elvio begitu menyedihkan.
"Mari ku bantu." Lanjut Nona Elise.
Nona Elise mendekatkan tangan kanannya pada tangan Tuan Muda Elvio yang masih mengeluarkan api kecilnya. Gadis itu mengalirkan energi sihir miliknya pada tangan Tuan Muda Elvio. Pemuda itu hanya memperhatikan apa yang sedang dilakukan adiknya padanya. Terasa sebuah aliran energi yang kuat masuk ke dalam nadi Tuan Muda Elvio.
Perlahan-lahan api yang di keluarkan pemuda itu mulai membesar. Melihat itu, mata Tuan Muda Elvio nampak berbinar-binar.
"Terimakasih adikku yang baik hati dan juga sangat cantik." Puji Tuan Muda Elvio dengan tersenyum manis.
"Jangan berlebihan." Sahut Nona Elise dengan tatapan datarnya.
Kemudian mereka berdua langsung tertawa sambil membakar ikan tersebut. Nyonya Irvy memperhatikan putra dan putrinya itu dengan tersenyum bahagia.
"Hanya kalian berdua yang aku miliki saat ini." Ucap Nyonya Irvy di dalam hatinya.
"Tetaplah bersama dan saling melindungi satu sama lain." Lanjut wanita itu berbicara di dalam hatinya.
Kini ikan bakar itu telah matang, ketiga orang itu tengah asik menyantapnya dengan senyuman gembira pada wajah masing-masing.
Tak terasa malam semakin larut, tubuh Tuan Liam Hemsworth kini telah di tempelkan beberapa kertas mantra di setiap bagian tubuhnya. Siapa lagi jika bukan pria berjubah hitam itu pelakunya.
Pria itu membaca sebuah mantra aneh yang terdengar begitu menyeramkan. Perlahan-lahan, tubuh Tuan Liam Hemsworth di selimuti oleh bayangan hitam yang membungkusnya.
"Bertahanlah sampai bulan purnama datang dan istri mu membawakan Saya tiga gadis cantik untuk di jadikan sebagai persembahan." Ucap pria itu dengan pelan yang memandangi tubuh Tuan Liam Hemsworth.
Setelah urusannya selesai, pria itu langsung melenggang pergi meninggalkan ruang kesehatan Tuan Liam Hemsworth. Ketika pria itu baru saja keluar, dirinya berpapasan dengan Nona Muda Lusy Beryssworth yang hendak melintas di depan ruang kesehatan Ayah nya.
Mata merah milik pria berjubah hitam itu saling bertemu dengan mata hitam milik Nona Muda Lusy Beryssworth. Keduanya saling menatap sekilas saat berpapasan saja, kemudian Nona Muda Lusy langsung memalingkan wajahnya.
"Gadis itu sangat cocok di jadikan sebagai tumbal persembahan," gumam pria tersebut yang memandangi punggung gadis itu yang telah jauh.
Tak terasa, pagi pun telah tiba. Sinar matahari mulai masuk ke dalam rumah Nyonya Irvy melalui celah-celah yanga ada, mulai dari celah yang besar hingga yang kecil.
Nona Elise perlahan membuka matanya, dia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku. Gadis itu menoleh, tak ada Ibu nya di samping dirinya.
"Kemana Ibu pergi?" Tanya Nona Elise pada dirinya sendiri.
Gadis itu merubah posisinya yang semula tidur menjadi duduk. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, Nona Elise berjalan menuju kamar mandinya yang ada di pojok ruang kamar nya.
Lima belas menit kemudian, gadis cantik itu telah selesai mandi dengan menggunakan sebuah gaun berwarna hitam yang terlihat sangat biasa saja dan sangat jauh dari kata mewah.
Nona Elise berjalan keluar meninggalkan kamarnya, namun gadis itu tak menemukan siapapun anggota keluarganya.
"Kemana perginya Ibu dan Kakak?" Tanya Nona Elise, dia bahkan terlihat celingukan mencari keberadaan Nyonya Irvy dan Tuan Muda Elvio.
Gadis itu berjalan keluar rumah, terlihat tetangganya yang sedang melakukan berbagai aktivitas melirik tak suka pada dirinya.
"Apa-apaan mereka itu! Apakah mata mereka ingin Saya congkel," gerutu kesal Nona Elise melihat tatapan dari para tetangganya.
Gadis itu berjalan dengan mendengus kesal meninggalkan rumah nya. Dia melihat-lihat area di sekitar yang terasa begitu asing bagi jiwa Agatha Esther
"Jujur saja, Saya tidak mengetahui daerah ini. Bagaimana jika Saya tersesat?" Ucap Nona Elise pada dirinya, namun dia tetap terus berjalan mengikuti jalanan yang ada.
Kini Nona Elise telah sampai di sebuah area yang cukup ramai dengan banyaknya orang yang sedang menjual berbagai macam yang ada, melakukan transaksi jual beli hingga sedikit kegaduhan yang di sebabkan oleh para preman pasar itu pada beberapa pedagang yang tak ingin membayar pajak.
"Sepertinya ini adalah pasar," gumam Nona Elise sedang memperhatikan segala aktivitas yang mereka lakukan.
Nona Elise merogoh kantong yang ada di gaun hitam miliknya. Tak ada uang.
"Apa yang akan Saya lakukan tanpa memiliki uang disini?" Tanya Nona Elise.
Wushh... Set!
Terdapat seorang gadis cantik yang berlari dan hampir menabrak Nona Elise yang tengah berdiri di pinggir jalan, huntung saja Nona Elise langsung menghindar dan tak tertabrak oleh gadis itu.
Karena merasa dirinya hampir mencelakai orang lain, gadis itu berhenti dengan nafas yang terengah-engah menghampiri Nona Elise.
"Maaf, Nona. Saya tadi sedang terburu-buru hingga hampir mencelakai Anda." Ucap gadis itu, dia mencoba untuk mengatur sedikit nafasnya.
Gadis itu sampai membungkukkan tubuhnya sebanyak tiga kali di hadapan Nona Elise karena merasa bersalah, di tambah lagi Nona Elise hanya diam menatap tajam pada dirinya.
Kini keduanya saling bertatapan, gadis itu sampai-sampai memiringkan kepalanya ke kanan melihat aura kecantikan yang terpancar dari wajah Nona Elise.
"Sangat cantik." Bantin gadis itu yang terus memandangi wajah cantik milik Nona Elise.
"Siapa Anda?" Tanya gadis itu.
"Elise." Sahut Nona Elise dengan singkat.
"Dari bangsawan mana Anda, Nona? Mengapa baru kali ini Saya melihat Anda?" Tanya gadis itu keheranan.
"Namun mengapa Saya merasa tak asing pada aura sihir milik Anda." Lanjut gadis itu, dia bahkan mengerutkan dahinya sedang berpikir keras.
Nona Elise juga nampak ikut mengerutkan keningnya, dia juga merasakan aura sihir dari gadis yang hampir menabrak nya itu tak asing baginya.
"Erika Toda?" Ucap Nona Elise.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments