Misi Iblis Damballa

Nona Elise benar-benar murka, energi sihir api nya keluar dan menyelimuti tubuh gadis itu.

"Kau memang hebat! Dapat menguasai jurus asli dari api neraka." Puji Iblis Damballa.

Shhh...

Nona Elise menyerang Iblis Damballa menggunakan sihir api miliknya yang menyebabkan pintu Goa itu terbakar.

Tubuh iblis itu tak terbakar sama sekali, dia tetap tegak berdiri tanpa merasakan panas sedikitpun.

"Saya dapat merasakan aura api neraka," senyum Iblis Damballa pada Nona Elise.

Nona Elise benar-benar muak pada Iblis Damballa yang selalu saja menganggap dirinya sebagai putrinya.

"Saya bukanlah putri Anda!" Ucap Nona Elise.

Nona Elise mengeluarkan pedang merahnya dan langsung menodongkan pada leher iblis tersebut.

"Wow, kau cukup berani." Ucap santai Iblis Damballa.

Iblis Damballa menghempaskan pedang merah milik gadis itu hingga menyebabkan goresan yang cukup dalam pada tangan sang Iblis. Hanya beberapa detik saja, luka di tangan Iblis Damballa telah sembuh tanpa menyisakan sedikitpun bekas luka.

"Regenerasi Anda sangat cepat." Ucap pelan Nona Elise.

"Segala bangsa Iblis memiliki regenerasi yang sangat cepat, bahkan hanya hitungan detik saja." Sahut Iblis Damballa.

"Baiklah kalau begitu," gumam Nona Elise yang menyimpan pedang merah miliknya.

"Sangat sulit melawan seorang Iblis di tubuh gadis ini." Batin Agatha Esther pada tubuh Nona Elise.

"Semoga saja kali ini berhasil dan Saya dapat kembali ke tempat semula." Lanjut Agatha Esther di dalam hatinya.

Gadis itu memadatkan energi sihir es miliknya yang membuat api di pintu Goa itu ikut membeku. Kaki Iblis Damballa tak dapat bergerak, terlihat sedikit kepanikan pada wajah sang Iblis.

"Sial! Kaki ku membeku!" Umpat kesal Iblis Damballa di dalam hatinya.

Nona Elise menciptakan sebuah pedang es yang berwarna biru muda, pedang itu terlihat begitu cantik dan memukau. Cantik dan mematikan.

Tanpa berlama-lama, Nona Elise menghunuskan pedang es miliknya pada bahu Iblis Damballa.

"Lumayan sakit juga." Ucap Iblis Damballa ketika Nona Elise telah menancapkan pedang es nya.

Nona Elise nampak menyeringai menatap wajah dari Iblis tersebut. Gadis itu mencabut pedang es miliknya dan meninggalkan luka yang besar pada bahu sang Iblis.

Beberapa menit kemudian, Iblis Damballa masih menunggu regenerasi pada luka di tubuhnya.

"Mengapa tubuh saya tidak ber regenerasi?" Tanya Iblis Damballa dengan panik.

"Saya telah memutus aliran regenerasi pada tubuh Anda." Jawab Nona Elise dengan tersenyum puas melihat kepanikan dari Iblis tersebut.

"Ba-bagaimana bisa? Kau...," mata Iblis Damballa melotot tak mempercayai ucapan dari gadis itu.

"Tidak mungkin, gadis manusia seperti mu dapat memutuskan aliran regenerasi tubuh seorang Iblis." Ucap Iblis Damballa yang tak dapat menerima kenyataan.

"Ingin mencobanya lagi?" Tanya Nona Elise dengan tatapan tajam.

Iblis Damballa sontak langsung menggelengkan kepalanya dan kakinya pun kini ikut gemetar.

"Saya perlu menghancurkan titik energi sihir pada tubuh Anda," gumam Nona Elise sambil mengusap ujung pedangnya menggunakan jemarinya.

Nona Elise melukai sedikit jarinya dan menempelkan pistolnya ke dalam tenda sebuah kertas mantra pada gagang pedang miliknya.

"Bersiaplah untuk mati Damballa!" Teriak Nona Elise.

Nona Elise mengarahkan pedang biru nya pada tengah-tengah perut sang Iblis. Buru-buru, Iblis Damballa membuat perisai pelindung untuk melindungi dirinya.

Krak! Jleb!

"Arghkk...," Iblis Damballa memuntahkan seteguk cairan berwarna hitam pekat.

Luka di pusarnya begitu besar, tubuhnya terasa sedikit lemas dan aliran energi sihirnya pun ikut terhenti.

"Meskipun kau hanyalah pecahan jiwa dari Iblis Damballa, jika kau di biarkan tetap hidup maka akan ada banyak manusia di dunia ini mengalami kesesatan hidup." Ucap Nona Elise.

"Mengapa kau tega membunuh ayah mu sendiri?" Tanya Iblis Damballa dengan wajah yang begitu sedih.

Blashh!

Nona Elise menebaskan pedang es nya pada leher sang Iblis. Kepala itu langsung terjatuh ke lantai dari Goa tersebut.

"Norah, Ayah selalu menyayangimu." Ucap si kepala Iblis Damballa yang telah terputus dari tubuhnya.

Tubuh Iblis itu kini mulai membeku lantaran sihir es milik Nona Elise mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Saya tidak perduli! Misi Saya adalah melenyapkan para bangsa Iblis yang menggangu ketenangan hidup manusia." Ucap Nona Elise dengan nada dingin.

Nona Elise menarik rambut dari kepala itu dan mengangkatnya hingga kini mereka saling berhadapan.

"Dimna wujud asli Anda?" Tanya Nona Elise.

Kepala Iblis Damballa tersenyum, dia menatap lekat pada wajah cantik Nona Elise.

"Ada di gunung es yang paling tinggi itu." Jawab kepala Iblis Damballa.

Nona Elise menatap ke luar Goa, terlihat sebuah gunung es yang paling tinggi di antara gunung-gunung lainnya.

"Mengapa putri Anda tak mencari keberadaan dirimu?" Tanya Nona Elise yang masih menatap gunung es jauh di sana.

"Tolong, Nona. Saya datang ke dunia ini bukan untuk membuat kerusakan pada dunia tempat tinggal manusia, Saya hanya datang untuk mencari putri ku dan membawanya kembali ke neraka." Ucap kepala Iblis.

"Anda kira Saya mempercayai ucapan bangsa Iblis?" Tanya Nona Elise dengan mata melotot.

"Saya benar-benar hanya untuk mencari putriku. Setelah mendapatkan dirinya kembali, maka Saya akan kembali bersamanya." Jelas kepala Iblis Damballa.

"Mengapa Anda tak datang sendiri dan menyelamatkan wujud asli mu?" Tanya Nona Elise.

"Saya telah mencobanya beberapa kali, namun gunung es itu telah di pasang sebuah perisai pelindung hingga diriku tak sanggup memecahkannya." Jawab jujur si kepala Iblis.

Nona Elise mengerutkan dahinya, bagaimana bisa Iblis hebat sepertinya tak dapat memecahkan sebuah perisai pelindung.

"Jika Anda tak mempercayainya, silahkan Nona datang sendiri untuk melihatnya." Ucap kepala Iblis Damballa.

"Saya tidak sudi mencampuri urusan bangsa Iblis!" Bentak Nona Elise.

Gadis itu menghempaskan kepala Iblis Damballa di dekat kaki dari setengah jiwa milik iblis itu sendiri yang saat ini masih membeku.

Nona Elise menjentikkan jari kiri nya dan muncullah api hitam yang membakar setengah jiwa Iblis Damballa.

Beberapa menit kemudian, tubuh iblis itu telah hangus menjadi debu. Pedang es milik Nona Elise menghilang di sertai melelehnya salju di permukaan pintu masuk Goa.

Gadis itu berdiri menatap tajam pada gunung es yang paling tinggi jauh di depan sana.

"Siapa yang telah membatasi area gunung es itu?" Tanya Nona Elise pada dirinya sendiri.

"Pasti bukan seorang manusia biasa," gumam Nona Elise yang menebak-nebak si pelaku.

"Mengapa saya tertarik untuk mengunjunginya." Ucap Nona Elise di dalam hatinya.

Gadis itu melangkah hingga berada di ujung pintu masuk Goa tersebut. Dia menoleh kebawah, begitu tinggi baginya untuk melompat kebawah sana.

"Semoga saja tubuh manusia ini mampu bertahan di tempat dingin seperti ini." Ucap jiwa Agatha Esther.

Tanpa berpikir lama-lama, gadis itu melompat turun tanpa menggunakan alat perlindungan apapun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!