Bagus memulai perjalanan menuju ke empat titik dimana ia akan menemui empat orang yang akan turun tangan untuk melawan makhluk-makhluk jahat yang kini tengah menjerat Dahlia. Keempat orang inilah yang menjadi kemungkinan terbesar untuk menyelamatkan putri bapak. Dirahasiakannya misi ini membuatnya harus pergi seorang diri. Tidak jadi persoalan bagi Bagus karena sebagai seorang ajudan tentu saja ia memiliki bekal yang mumpuni. Apalagi kepribadiannya yang baik dalam hal agama dan pengalamannya baru-baru ini sebagai ajudan sekaligus supir bapak yang telah mengasah mentalnya untuk menghadapi hal semacam ini. Bagus mengingat betul pesan-pesan dari Ki Blinger tentang misi yang harus diembannya ini. Ia tidak ingin dalam kegentingan ini melakukan kesalahan konyol yang bisa berakibat fatal. Yang pertama adalah dimana letak keempat titik itu yang nantinya di sanalah ia akan mendapatkan rincian dari siapa saja keempat orang yang dimaksud dan dimana mereka tepatnya berada dari orang yang tahu. Bagus telah menghafal di luar kepala titik-titik yang sudah ditandai di peta oleh Ki Blinger. Petunjuk yang kedua adalah bahwasanya orang-orang yang sedang ia cari adalah orang-orang dengan usia yang masih relatif muda bukannya orang-orang yang sudah tua.
TITIK PERTAMA
Titik pertama yang Bagus tuju adalah Cisarua. Sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Ketika sudah memasuki Cisarua Bagus memberhentikan dan memarkir mobilnya di pinggir jalan. Ia berpikir apa langkah selanjutnya? Apakah ia cukup menunggu saja kemudian akan datang orang yang sudah dimaksudkan oleh Ki Blinger. Dengan hanya berbekal peta yang diberikan tanda titik saja tentu Bagus bingung harus pergi kemana dan bertanya kepada siapa. Bagus memilih untuk makan dulu di sebuah warung makan yang berada di pinggir jalan yang bisa ia lihat dari posisinya dimana ia memarkir mobilnya sekarang. Ia berpikir setelah mengisi tenaga pasti ia bisa mendapatkan ide-ide segar kemudian melanjutkan pencariannya. Nasi uduk dengan lauk ikan bandeng menjadi pilihan Bagus di waktu yang tepat untuk bersantap siang itu.
“Mohon maaf kang. Kalau boleh bertanya apakah ini akang Bagus dari Jakarta?”, tanya si pemilik warung.
“Ia benar mang. Nama saya Bagus dan saya dari Jakarta”, jawab Bagus.
“Kalau begitu mah saya ada pesan buat kang Bagus”, kata si pemilik warung.
Pemilik warung itu mengaku sebagai salah satu kaki tangannya Ki Blinger. Ia menyampaikan pesan kepada Bagus kemana ia harus pergi dan siapa yang harus ia temui. Hingga nantinya dia akan tahu siapa dan dimana orang yang sedang dicarinya itu.
Tentu Bagus mulanya berat untuk percaya begitu saja. Tapi memang inilah tugas yang diembannya sekarang. Ia pun mengingat kata-kata bapak bahwa banyak hal-hal aneh yang akan dijumpainya sepanjang perjalanan melebihi setan joget yang pernah menghadang perjalanan pulangnya dengan bapak. Bagus pun tiba di sebuah desa yang tidak jauh dari pusat kota. Dengan mudah ia menemukan sebuah rumah yang telah dimaksudkan dimana ia akan bertemu dengan orang yang telah dimaksud. Di luar dugaan ketika Bagus menyampaikan maksud dan tujuaannya untuk mencari orang pintar. Ia mendapat sambutan yang kurang mengenakkan. Bagus mendapat satu tamparan yang cukup telak tepat di pipi kirinya dari sang empunya rumah.
“Jika yang kamu maksud itu anak saya. Ini saya kasih alamatnya sekarang. Dia sedang berada di sana. Lekas pergi dari hadapanku!”, usir sang empunya rumah dengan kasar.
Memang benar apa kata pemilik warung. Di tempat tadi Bagus hanya akan bertemu dengan orang yang akan memberikannya informasi terkait siapa dan dimana orang yang sedang ia cari. Meskipun caranya benar-benar mengejutkan. Keanehan berlanjut ketika Bagus akan meninggalkan Cisarua melewati jalan yang sama dimana ia datang ke sana. Warung tempatnya tadi makan siang sudah tidak ada. Di pinggir jalan itu yang ada bukanlah sebuah warung makan melainkan sebuah lahan kosong yang nampak tidak terurus. Bagus juga teringat ketika tadi makan di sana hanya ia seorang diri sebagai pengunjung tanpa ada orang lainnya. Ia pun mulai menyadari bahwasanya ia harus membiasakan diri dengan hal-hal semacam ini dan hal-hal yang diluar nalar lainnya dimana perjalanannya masih panjang.
TITIK KEDUA
Bagus tidak bisa memilih sesuka hati kemana tempat yang ingin ditujunya. Titik-titik di peta pemberian Ki Blinger turut disertai dengan tanda penghubung dimana awal dimulainya hingga dimana titik akhir pencariannya. Bagus diwajibkan menerima dengan lapang. Garis tanda penghubung antara titik satu dengan titik yang lain tidaklah mengurutkan kepada lokasi yang terdekat dari satu titik ke titik yang lain. Tapi garis penghubung yang harus Bagus ikuti ialah mengitari peta.
Lokasi yang kedua adalah Kabupaten Pati di Jawa Tengah. Dari Cisarua ke Pati merupakan perjalanan yang panjang dan melelahkan. Persiapan fisik dan terutama mental benar-benar telah Bagus persiapkan. Untungnya tidak ada kejadian-kejadian aneh atau penampakkan seram selama di perjalanan.
Memasuki Pati yang kotanya lebih besar dan luas dari Cisarua Bagus lebih bingung lagi. Sekarang kemana ia harus melangkah. Apakah ia harus mencari rumah makan lagi sama seperti ketika di Cisarua? Apalagi ia sampai di Pati pada waktu malam hari. Lamunan Bagus buyar ketika ada seorang pengendara motor yang menegurnya. Bagus berpikir lampu telah hijau. Nyatanya lampu masih merah.
“Mas Bagus?”, tanya pengendara motor itu.
“Iya mas”, jawab Bagus.
“Ikuti saya ya mas. Saya antar ke tempat Pak Sumo”, pinta orang asing itu kepada Bagus.
“Njenengan siapa?”, Bagus sedikit bingung.
Lantas pengendara sepeda motor itu mendekatkan kepalanya ke jendela mobil yang terbuka.
“Saya suruhannya Ki Blinger.”
Begitu lampu telah hijau Bagus mengikuti pengendara motor itu di belakangnya. Tidak sampai 10 menit Bagus telah tiba di sebuah rumah gedong yang terlihat sangat megah. Setiba disana pengendara motor yang tadi menjadi pemandu Bagus langsung pergi begitu saja. Kini Bagus sendirian di depan rumah yang mempunyai plang besar bertuliskan “PAK SUMO PARANORMAL NO.1.”
Tanpa berlama-lama Bagus pun lantas masuk ke dalam rumah untuk segera melaksanakan amanah yang sedang diembannya. Ternyata Pak Sumo adalah salah satu kenalan baik dari Ki Blinger yang juga merupakan rekan satu profesi. Pak Sumo pun jelas sudah tahu apa maksud dan tujuan dari Bagus. Sambutan yang hangat dari tuan rumah berbanding terbalik dengan apa yang ia dapatkan ketika berkunjung ke rumah di titik yang pertama. Orang yang dimaksudkan dari pencarian Bagus ternyata adalah anak laki-laki dari Pak Sumo sendiri. Tapi sama halnya dengan di titik pertama Bagus pun tidak bisa langsung bisa bertemu dengan orang yang dimaksudkan. Anak Pak Sumo sedang kuliah di Yogyakarta. Itu artinya Bagus harus menemui dan menjemput anak Pak Sumo di sana.
Ada sebuah pesan dari Pak Sumo yang membuat Bagus lega menjalani misinya kali ini. Teman Ki Blinger itu berkata jika empat orang yang dimaksudkan itu sudah tahu dan mengerti bahwasanya akan ada sebuah tugas untuk mereka dan akan ada orang yang akan menjemput dan membawa mereka. Fakta itu meringankan beban pikiran Bagus dari keruwetan pencariannya. Tapi Pak Sumo juga menekankan supaya ia tetap mengikuti arah jalur yang telah dituliskan di peta. Itu artinya ia harus menyelesaikan putarannya sebelum menjemput orang pertama dari titik satu dan juga menjemput anak Pak Sumo yang sedang berada di Yogyakarta.
TITIK KETIGA
Satu-satunya syarat yang memberatkan Bagus dalam tugasnya kali ini adalah syarat mutlak bahwasanya perjalanan pencarian di keempat titik-titik itu harus dilaluinya menggunakan jalur darat atau dengan mengendarai mobil. Bagus berpikir apabila ia bisa melakukan perjalanan dengan naik pesawat pastilah waktunya lebih cepat dan mengurangi rasa penatnya. Tapi apa pun itu Bagus hanyalah seorang petugas yang sedang menjalankan misinya tanpa diharuskan banyak berimprovisasi. Apalagi tentang syarat yang bersifat mutlak.
Garis petunjuk di peta itu mengarahkan laju selanjutnya ke ujung timur Pulau Jawa. Setelah dari Pati Bagus menuju ke Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur. Setelah di dua titik sebelumnya ia harus berangan-angan bagaimana untuk sampai di tempat yang dituju hingga sebuah kejanggalan muncul untuk menuntunnya, tidak dengan titik ketiga ini dimana ia telah mendapat petunjuk yang sangat gamblang sebelumnya oleh Pak Sumo. Seorang guru di Sekolah Dasar yang terletak di sebuah pelosok desa. Mungkin ini rintangan satu-satunya di pencariannya kali ini. Harus memasuki pelosok desa terpencil yang medannya masih amatlah sulit untuk dilalui.
Pagi itu Bagus sudah berada di Tegaldlimo sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Perjalanan selanjutnya ia lanjutkan bersama dengan tukang ojek untuk mengantarkannya ke desa yang dimaksud. Membutuhkan waktu satu jam lebih untuk sampai di desa yang letaknya masih berbatasan dengan alas-alas itu.
Sesampainya disebuah SD yang dimaksud Bagus merasa sangat lega karena dipencariannya kali ini ia langsung bertemu dengan orang yang dimaksud. Seorang guru olahraga yang masih muda. Bagus sempat mengira bahwa orang yang akan ditemuinya adalah seorang guru Pendidikan Agama. Sesuai dengan pernyataan dari Pak Sumo bahwasanya masing-masing orang sudah tahu apa maksud dan tujuan akan kedatangannya. Setelah Bagus menyampaikan apa yang dimaksudkannya guru olahraga yang bernama Ridwan itu pun lantas mengiyakan dan menyanggupi apa yang sudah dijelaskan oleh utusan bapak ini. Saat itu juga Ridwan langsung ikut dalam perjalanan Bagus selanjutnya untuk menjemput ketiga orang lainnya dan berangkat ke kediaman bapak di Jakarta. Jika ada sebuah kesalahan yang dilakukan Bagus di hari itu adalah kenapa dia hanya menyewa satu tukang ojek saja. Perjalanan 1 jam lebih dari pelosok desa kembali ke kecamatan Tegaldlimo pun dilalui dengan berboncengan tiga orang.
TITIK KEEMPAT
Titik yang keempat atau yang terakhir adalah Wonosari. Sebuah Kabupaten yang terletak di sebelah selatan Yogyakarta. Itulah tanda titik yang ditunjukkan oleh peta dari Ki Blinger. Tapi perjalanan pencarian kali ini Ridwanlah yang menjadi pemandunya. Bagus hanya fokus menyetir saja.
Ridwan meminta Bagus untuk menuju ke Cebongan.
“Bukannya dia tinggalnya di Wonosari Wan?”, tanya Bagus ke Ridwan.
“Iya mas memang dia rumahnya di Wonosari. Tapi dia sudah lama tidak berada di sana”, jawab Ridwan.
Bagus mulai dibuat kagum dengan kelebihan Ridwan yang bisa mengetahui dimana lokasi orang terakhir yang sedang mereka cari.
“Oh... sekarang dia tinggalnya di Cebongan. Alamat lengkapnya mana Wan?”, lanjut Bagus.
“Bukan mas. Sekarang dia sedang berada di Jakarta”, jawaban Ridwan mengejutkan Bagus.
“Lalu kita ke Cebongan mau menemui siapa Wan?”, bingung Bagus.
“Biar nanti aku jelaskan mas. Kita sekarang ke lapas”, jawab Ridwan.
Sesampainya di lapas Cebongan mereka menemui salah satu penghuni lapas. Tentu saja dengan adanya Bagus proses bertemu dengan tahanan yang dimaksudkan Ridwan tidaklah sulit. Ridwan dan juga Bagus bertemu dengan seorang pemuda penghuni lapas bernama Guntur. Ia adalah orang yang juga beralamat di Wonosari satu desa dengan orang yang sedang mereka cari dan juga merupakan teman karibnya. Bagus hanya mendampingi Ridwan yang melayangkan berbagai pertanyaan ke Guntur layaknya sebuah proses investigasi. Di situ Bagus juga mengetahui kelebihan Ridwan lainnya yang bisa dengan mahir membuat sebuah sketsa wajah.
Selesai pertemuan dengan Guntur Bagus dan Ridwan melanjutkan perjalanan mereka. Di dalam perjalanan Ridwan menjelaskan kenapa mereka harus pergi ke Cebongan dan menemui salah satu penghuninya. Guntur adalah sahabat dari orang terakhir yang sedang mereka cari. Meski Ridwan sudah tahu lokasi dimana dia sekarang berada. Tapi orang itu sulit untuk ditembus oleh mata batin Ridwan. Sehingga ia meminta temannya itu untuk mendeskripsikan bagaimana rupa dari sahabatnya itu. Dan informasi lain yang cukup mengejutkan bagi Bagus adalah bahwasanya orang yang sedang mereka cari untuk dimintai bantuannya ini juga sedang dalam pencarian oleh pihak yang berwajib alias buron. Itulah mengapa sekarang orang keempat ini sedang dalam pelarian dan bersembunyi di Jakarta. Ridwan pun memberikan sketsa wajahnya kepada Bagus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments