Dahlia putri semata wayang bapak. Malang benar nasib yang kini tengah dialaminya. Wanita lugu berwajah sendu yang dulu menjadi incaran banyak pria. Haris putra dari sahabat bapak dan juga salah satu koleganya di kantor yang berhasil memenangkan hati perempuan bermata sayu berwatak lembut itu. Kehadiran Dahlia adalah pelengkap kebahagiaan bagi bapak. Bapak memang tergolong telat dalam menikah. Beliau baru menikah ketika usianya sudah melewati kepala tiga. Jarak anatara bapak dan Dahlia pun semakin jauh lantaran baru setelah empat tahun menikah bapak dan juga istrinya dikaruniai seorang buah hati. Bapak begitu mencintai keluarganya. Istri dan anak semata wayangnya. Begitu juga orang-orang yang telah tinggal dan bekerja bersama bapak. Mereka semua sudahlah seperti keluarga mengasihi dan menyayangi satu dengan yang lainnya.
Dahlia kini tumbang. Masih menjadi tanda tanya siapa dan mengapa Dahlia? Siapa yang tega berbuat semengerikan itu terhadapnya. Sebelumnya Dahlia adalah gadis kecil lugu yang dimana-mana selalu menebar senyum ramah kepada siapa saja dan dimana saja dia berjumpa dengan orang lain. Mengapa serangan ini sampai hati menjadikannya sebagai sasaran. Dahlia hanya seorang perempuan yang sedang menikmati masa-masa bahagianya bersama dengan suaminya yang sangat ia cintai. Kesedihan menaungi semua penghuni rumah dan juga orang-orang yang turut mengetahui keadaan Dahlia. Mengapa harus dia?
Setelah tiga hari dalam ketidaksadaran tubuhnya mulai mengurus. Wajahnya benar-benar pucat layaknya orang yang sudah meninggal. Tidak ada sama sekali tanda-tanda kehidupan di diri Dahlia kecuali bahwa ia masih bernafas. Sesekali nafasnya terdengar seperti mendesis. Desisan itu beberapa kali terdengar sedikit lebih kencang ketika sudah memasuki waktu di atas jam duabelas malam. Bapak memerintahkan untuk setidaknya ada tiga orang yang selalu berada di kamar menjaga Dahlia. Bapak juga melarang orang untuk tertidur secara bersamaan ketika menjaga putrinya itu. Ia tidak ingin ada hal-hal yang luput dari apa yang sedang dialami putri semata wayangnya. Tubuh Dahlia tidak menentu. Terkadang ia bisa begitu dingin. Tapi di suatu waktu ia bisa terlihat begitu gerah dengan mengeluarkan keringat dingin dari tubuhnya. Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengompres tubuh Dahlia atau pun menyelimutinya.
Semenjak kejadian yang menimpa Dahlia ibu yang biasanya cerewet berubah menjadi sangat pendiam. Kini ia menjadi sosok yang enggan untuk diajak berbicara bahkan sama bapak sekalipun. Ia berusaha untuk selalu berada di kamar di samping putrinya. Kejadian-kejadian janggal pun mulai terjadi sejak peristiwa yang dialami oleh Dahlia. Hampir semua penghuni rumah mengalami gangguan-gangguan dari sosok yang tak kasat mata.
Haris suami Dahlia sering terlihat berada di sekitaran sumur di dekat dapur. Ia tampak mondar-mandir di sana. Tidak mengenal waktu. Terkadang dia bisa ditemukan di sana di kala pagi, sore hari bahkan di tengah malam. Bapak menaruh curiga terhadap Haris. Ketika bapak memergokinya dari kejauhan Haris selalu langsung berlalu menghindar sebelum bapak sempat bertanya kepadanya. Bapak menyuruh Pak Jan dan juga mbok Salmi untuk mengawasi tingkah aneh Haris yang selalu terlihat mondar-mandir di area sumur dengan perasaan cemas. Pernah suatu kali Lastri memergoki Haris yang sedang berada di bibir sumur dengan kepala yang ia arahkan ke dalam sumur. Ketika Lastri menanyai apa yang sedang dilakukannya Haris hanya menatap Lastri dengan tatapan tajam kemudian berlalu pergi begitu saja.
Pak Jan yang ketika itu mendapat jatah untuk bergantian menjaga pos jaga malam dikagetkan dengan suara motor yang hendak keluar area rumah. Terlihat olehnya itu adalah Haris dengan mengendarai motor kesayangannya.
“Mau kemana mas malam-malam begini keluar rumah? Ini jam satu pagi lho mas,” tanya Pak Jan dengan ramah kepada Haris.
Haris pun yang posisinya duduk di diatas motor membelakangi Pak Jan menjawab teguran yang ditujukkan kepadanya.
“Mau mencari istri saya Pak”, jawab Haris dengan suara lirih memelas.
“Lho kan mbak Dahlia sedang di kamarnya”, sahut Pak Jan.
“Itu bukan Dahlia!”, bentak Haris.
Pak Jan kaget dengan jawaban Haris yang disampaikannya dengan kasar dan membentak. Pak Jan pun ditambah kaget lagi ketika Haris menoleh kepadanya. Muka rata. Itulah yang dijumpainya saat itu.
Untung bagi Pak Jan ternyata itu cuma sebuah mimpi belaka. Meskipun hanya mimpi ketika terbangun Pak Jan sudah berpeluh keringat. Terdengar suara langkah kaki orang berlari ke arah pos jaga. Itu adalah Haris yang berlari menuju pos jaga. Sampai di pos jaga Haris langsung membuka pintu sepenuhnya.
“Dahlia... Dahlia... Dahlia...!”, Haris meneriakkan nama isterinya tepat di depan Pak Jan yang sedang duduk di kursinya.
Untuk kedua kalinya di malam itu Pak Jan terbangun dari mimpi buruk yang berhasil membuatnya tegang dan juga bercucuran keringat. Setelahnya Pak Jan memutuskan untuk tetap terjaga.
Di malam itu ada Ibu, Mbok Salmi dan juga Lastri yang berada di dalam kamar Dahlia. Untuk pertama kalinya Dahlia melakukan gerakan setelah sebelumnya hanya terbujur lemas. Beberapa saat sebelum adzan subuh berkumandang tubuh yang terbaring itu bangkit ke posisi duduk kemudian Dahlia berteriak sangat kencang. Hanya terjadi beberapa detik saja lalu tubuh kurus Dahlia kembali terkoyak lemas roboh terbaring di ranjang. Kembali kosong dengan hanya menyisakan sisa-sisa nafasnya.
Belum sama sekali titik terang ditemukan oleh bapak dan juga keluarga. Penghuni rumah dinas kembali dibuat geger. Haris ditemukan menggantung menggunakan tali kerekan timba air di sumur tempat dimana selama beberapa hari ini ia sering terlihat berperilaku mencurigakan. Belum selesai satu aib muncul lagi satu aib yang lain. Sama dengan peristiwa Dahlia meninggalnya Haris pun diperintahkan bapak untuk merahasiakannya. Pemakaman Haris pun hanya diurus dan dihadiri oleh kerabat terdekat saja. Kedua orangtua Haris sekaligus sahabat dari bapak pun murka dengan apa yang terjadi pada putra bungsu mereka. Mereka meyakini ini semua ada kaitannya dengan apa yang sedang terjadi dengan Dahlia yang juga menyebabkan anak kesayangan mereka meregang nyawa. Saat itu juga semua keluarga dari Haris angkat kaki dari rumah bapak dengan membawa segala amarah mereka. Persahabatan bapak dengan ayah dari Haris pun sepertinya tidak mampu menyelamatkan situasi mereka kali ini.
Setelah kejadian itu Pak Jan diperintahkan untuk menutup sumur terkutuk itu untuk sementara. Bapak tidak ingin hal-hal buruk lainnya mencelakai penghuni yang lain.
“Bapak...”, suara pelan dari seorang perempuan terdengar begitu sedih memanggil bapak yang sedang dalam lamunannya di kursi teras rumah malam itu.
“Pak... Ini aku Pak...”
“Bapak...”, suara panggilan itu diteruskan dengan suara isak tangis yang memilukan.
“Kowe sopo?” (Kamu siapa?) , tanya bapak kepada sosok perempuan bergaun putih yang kini sudah berada di hadapannya itu.
“Aku Dahlia Pak”
Bapak terkekeh mendengar pengakuan dari sosok perempuan tersebut.
“Anakku ambune ora amis koyo kowe. Kono lungo”, jawab bapak.
(Anakku baunya tidak amis seperti kamu. Sana pergi)
Sosok itu pergi menjauh dari bapak dengan menampakkan punggungnya yang berlubang dipenuhi darah dan belatung menjijikkan disertai bau anyir yang sangatlah menusuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments