Percakapan antara kakek dengan sang cucu di suatu pagi di hari minggu yang cerah.
“Mbah. Kata ibu dulu mbah itu orang sakti ya?”, tanya sang cucu kepada kakeknya.
“Lha iya. Orang satu desa. Jangankan satu desa satu karesidenan juga tahu bagaimana mbahmu ini dulu saktinya seperti apa”, jawab kakek dengan bangga.
“Katanya dulu mbah ya yang menemukan mbak Suci waktu masih bayi saat hilang diculik wewe?”, tanya sang cucu antusias.
“Suci siapa?”, tanya kakek bingung.
“Mbak Suci anaknya lek Nur mbah. Orang-orang pada bilang dulu mbah yang mengambil bayinya mbak Suci dari wewe di kebun bambu sisi utara”, terang sang cucu.
“Oalah kuwi (O itu). Ya iya. Aku bertarung dulu itu sama ratu wewe. Aku hampir mati. Untung mbahmu ini saktine poll”, jawab mbah Sam.
Cucu mbah Sam yang masih duduk di bangku sekolah dasar terkagum-kagum mendengar cerita dari kakeknya itu. Kini sepertinya ia menjadi senang berbicara dengan kakeknya. Si cucu ada rasa bangga punya kekek yang dikenali warga sebagai seorang jagoan yang sakti.
“Mbah kalau ceritanya Pak Dhe Akbar?”, tanya sang cucu.
“Akbar?”, mbah Sam berpikir.
“Itu lho mbah yang rumahnya di Wonosari”, terang sang cucu.
“Akbar”, jawab mbah Sam setelah berhasil mengingatnya.
“Dia itu bocahnya nekat. Angel tuturane (Susah dinasehati)”, jawab mbah Sam.
“Kalau Akbar ya dulu belajarnya sama aku”, lanjut mbah Sam.
“Katanya dulu sempat dikejar-kejar polisi mbah?”, tanya sang cucu lagi.
“Iya. Itu aku juga ikut. Lari ke sana kemari. Rasanya seperti mau mati. Kalau tidak ada aku pak dhemu itu sudah habis”, kata mbah Sam.
“Mbah ajari aku ngilmu ya?”, pinta cucu itu kepada kakeknya.
“Buat apa? Nanti hidupmu malah jadi susah. Aku saja sudah berhenti. Tidak usah yang aneh-aneh. Sana main sama teman-temanmu”, tegas mbah Sam.
“Ya sudah aku pergi main dulu”, pamit si cucu.
“Le”, mbah Sam memanggil cucunya yang sudah sampai di ambang pintu.
“Cerita tentang pak dhemu masih banyak. Ajak teman-temanmu. Nanti aku ceritani (ceritakan)”, kata mbah Sam.
“Yo (Ya)”, sahut sang cucu.
***
Bapak memilah-milah piringan hitam koleksinya yang kebanyakan berisi judul-judul klasik. Tidak ditemukannya tembang kegemarannya di antara ratusan vinyl yang berjajar rapi itu. Apa mungkin bapak lupa menaruhnya ketika terakhir kali ia memainkannya. Akhir-akhir ini hanya lantunan lagu itu yang kerap Bapak putar. Pria tua itu lalu duduk di kursi kesayangannya. Ia melihat jauh menerobos waktu untuk merenungi hidupnya. Namun tidaklah berjalan lancar dan hikmat seperti ketika diiringi oleh latar musik yang syahdu. Ia buyarkan lamunan itu dengan kembali mencari. Piringan hitam itu ternyata mengintip dibalik taplak meja. Apa dia kabur dan bersembunyi karena lelah sering dipakai?
Akhirnya Bapak bisa memutar nada-nada favoritnya itu. Bagi dirinya lagu ini adalah karya yang terbaik. Tema dan sajak yang begitu menyentuhnya dibalut dengan lantunan irama swing yang mendayu-dayu secara pas. Peristiwa-peristiwa itu muncul begitu jelas di pandangannya. Apa yang telah diperbuat olehnya dan apa yang sedang bersiap untuk datang sebagai ganjarannya.
Satu kehidupan adalah sebuah kisah bagi yang memiliki
Mereka terlahir hidup lalu akan mati untuk dibangkitkan kembali
Perjalanan waktu yang singkat belum nanti
Sebaiknya engkau tahu siapa yang akan
menemani
Apa yang dituai adalah hasil apa yang ditaburkan
Yang tercabut adalah yang tertanam
Yang ada adalah yang dituangkan
Yang dilakukan menjadi apa yang dirasakan
Kita adalah sendiri yang lalu bertemu
Temu itu pasti akan berpisah menjauh
Aku dan kau pasti akan mati
Kita semua yakin pasti mati
Bumi ini akan hangus
Semesta ini akan runtuh
Dan hanya satu yang benar utuh
Kita akan diberi pertanyaan yang harus dijawab
Kita akan mendapat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban
Karena tubuh kita yang akan menjelaskan
Dan hanya seorang diri yang harus bertanggungjawab
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments