Sebuah Rasa Yang Masih Tertinggal

Sebuah Rasa Yang Masih Tertinggal

Aku pergi mas, bukan karena cintaku hilang ...

''Kenapa dek, apa salah mas?'' ucap Anggara dengan Mata yang mulai memanas, menandakan cairan bening akan jatuh. Anggar yang duduk bersimpuh dengan tangan menutup wajah, gemetar, tak mampu menopang tubuhnya.

Kekasih yang selama 4 tahun menemaninya, menjadi satu-satunya wanita yang ia cintai selama ini. Tidak pernah sedikitpun menyakiti, bahkan mengkhianati, tidak pernah terpikirkan kata pisah. Tujuan satu dalam hidup, ingin menjadikan satu-satunya orang yang mengisi hati, sampai nafas terhenti. Hanya ingin dirinya, jiwanya, yang akan menemani sampai nanti raga terpisah dengan nyawa.

Namun tujuannya untuk bisa bersama wanita pujaannya itu terpatahkan malam ini, saat wanita cantik itu mengatakan kata perpisahan.

''Kurang jelas bicara Revita mas, Revita mau kita akhiri hubungan ini,'' tukasnya tegas dengan menahan air mata agar tidak keluar.

''Mas tanya alasannya.'' Memegang kuat tangan Revita dengan menatapnya tajam. Memindai gadis yang ada didepannya yang sedari tadi mengalihkan pandangannya untuk mencari alasan. Suara serak yang terdengar dari suara Anggar, menandakan begitu sesaknya di dada menahan sakit saat ini.

Revita pun membalikan wajahnya untuk menatap Anggar, ada rasa nyeri saat melihat kekasihnya itu sudah memerah matanya berkaca-kaca. Revita tau itu sakit, karena ia sendiri merasakan sakit yang luar biasa. Sebelum ketemu Anggar beberapa hari, sudah ia habiskan air matanya.

Dengan tegas ia menjawab dan memandang Anggara begitu dalam, ''Tidak ada kebahagiaan hubungan kita saat ini, Revita selalu buat sakit hati mas. Kita break, temukan impian kita dulu, suatu saat kita akan ketemu kembali kalau diberi kesempatan.''  Ia berdiri dan akan pergi meninggalkan Anggara yang masih duduk menunduk tak bisa berkata apapun untuk menjawab Revita. Anggar ingin sekali menyanggah nya namun sulit akan bicara karena begitu sesak di dadanya. ''Dan satu lagi mas, tolong jangan cari dan hubungi Revita.''  Air mata jatuh begitu saja tidak bisa dibendung, Revita pun lari pergi dengan tangis yang begitu pilu meninggalkan Anggara.

Didalam taksi online baru saja ia masuk tiba-tiba handphone nya berdering. Revita masih enggan untuk menjawab panggilan yang masuk pada handphone nya. Dirinya tau pasti mama nya menelpon untuk menanyakan, apakah sudah mengakhiri hubungannya.

Dua hari sebelum nya ...

Tok ... tok ...

''Iya sebentar.''

Saat pintu terbuka mata Revita langsung melotot tak percaya siapa yang datang ke kosannya sore itu. ''Mama!'' 

Tanpa disuruh mama Revita langsung masuk saja dalam kosannya, ia datang sendiri bersama sopirnya.

''Gimana Rev, sudah kau akhiri hubunganmu dengan Anggar? Mama nggak mau saat menjelang pernikahan mu nanti Anggar mengacaukan,'' todong nya langsung to the point' ke arah tujuannya ia ke ke kosannya Revita.

''Secepat itu kah ma?''

''Iya kenapa? Kau tak suka? Semakin cepat, semakin baik,'' sedikit meninggikan suaranya.

''Revita belum siap Ma!'' 

''Mama yang menyiapkan semua, bukan kamu,'' pungkas lebih tegas dan keras suaranya.

''Revita nggak bisa ngomong sama mas Anggara, Revita cinta dia.'' Ibanya sambil menangis dipangkuan mamanya.

''Revita tolong jangan buat mama sedih, kalau kamu nggak bisa bilang sama Anggara biar mama yang ngomong'' 

Revita langsung mendongakkan kepalanya menggelengkan kepalanya.

''Ya sudah, cepat selesaikan urusanmu itu. Mama mau langsung pamit, karena mau kerumah teman mama yang di Magelang.'' 

''tapi Ma!''

Tak ada jawaban dari wanita yang usianya memasuki 40 tahun itu, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan anaknya. Karena dia juga tak tega melihat Revita terus mengiba.

Kadang kita harus berkorban, bukan karena ingin dihargai atau dianggap. Namun karena rasa sayang kita yang besar kepada keluarga itu mengalahkan segalanya. Meski raga lelah, hati sakit, kadang capek ingin menyerah. Namun semesta menolak kalau kita lemah. Kita dikuatkan oleh keadaan, bukan karena kita kuat sesungguhnya. 

''Jika lebih sedih, akulah lebih sedih mas. Aku berubah bukan karena aku tak mencintaimu. Namun keluarga ku tidak menerimamu, aku tak mau kamu tersakiti lebih lagi mas setelah mendengar penolakan kedua orangtuaku. Cukup aku yang menyakitimu.'' Lirih Revita.

***

Anggara yang masih meratapi kisah cintanya yang ia jalani selama 4 tahun kandas malam ini juga. Ada amarah yang tidak bisa ia ungkapkan. Selama ini belum pernah Anggar menyakiti kekasihnya, namun malam ini tanpa alasan yang jelas Revita memutuskan sepihak tanpa menunggu jawaban yang keluar dari mulut Anggar.

Dengan badan lemas Anggara masuk kedalam mobil, ia menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil dan menangis sejadi-jadinya.  Bayangan dulu bersama kekasihnya terlintas begitu saja dibenaknya. Semangatnya adalah saat ia ketemu dirinya, sedihnya hilang saat ada Revita disampingnya. Sekarang seolah dunia runtuh bagi Anggar.

Setelah beberapa jam dirinya menangis, merasa matanya berkunang-kunang. Kepalanya begitu nyeri, dan begitu sesak di dada. Ia merogoh handphonenya, dan menghubungi seseorang untuk menjemputnya. Ia merasa tidak sanggup untuk bisa mengemudikan mobilnya dan pulang sendiri.

Temannya yang menjemput Anggar begitu kaget melihat kondisi Anggar yang sudah lemas, namun tidak pingsan tapi tidak bisa juga ditanya. Dengan cepat ia membawa Anggar ke kosannya. Karena selama mengenal Anggara bertahun-tahun baru kali ini Anggar begini.

Semua temannya bingung mau berbuat apa pada Anggar, karena ia sama sekali tidak bisa diajak bicara. Sedari tadi ia masih menutup matanya namun bukan tidur, karena ada air mata yang terus mengalir.

''Eh Nggar tolong dong jangan gini, lu kenapa sih bro?'' Ucap temannya dengan menggoncang badannya yang terbaring di kasur. Anggar pun tak merespon sedikitpun panggilan temannya.

''Gimana ini Kal?'' tanya Theo pada Hikal.

''Ya udah Yo, kita nginep sini aja tungguin Anggar'' 

''Menurutmu kenapa Anggar Kal?''

''Kayaknya dia mengalami shock berat deh Yo,''

###

Sedangkan di kosannya Revita pagi ini dijemput kedua orangtuanya. Selain akan melangsungkan pernikahannya, ia juga sudah selesai masa kuliahnya. Berat rasanya meninggalkan kota Jogja, banyak kenangan yang begitu indah untuk dilupakan. Sahabat, semua temannya yang selalu bersama selama ini, yang paling menyedihkan ia meninggalkan Anggara.

Revita pun sudah pamit kepada semua sahabat dan temannya bahwa ia akan pulang duluan ke solo. Revita lebih cepat menyelesaikan studinya, dari pada teman-temannya yang saat ini masih banyak yang sibuk dengan dosen skripsinya.

''Revita pergi mas, bukan karena tidak mencintaimu tapi Revita berkorban untuk keluarga yang Revita begitu cintai'' batinnya jauh menerawang jauh kehidupan nya yang akan datang, bakal hidup bersama orang yang asing baginya.

Mobil keluarga yang ditumpangi Revita melaju mulai meninggalkan kota Jogja. Di dalam mobil sedari tadi Revita melihat keluar jendela, mengingat tempat-tempat yang ia sering singgahi bersama teman-temannya. Terutama bersama Anggar, masih ingat betul tempat makanan favorit mereka berdua. Air mata tak bisa dibendung lagi, mengalir dengan sendirinya.

''Maafkan aku mas!'' Gumamnya lirih. 

***

Hari pernikahan pun tiba, hanya keluarga dan orang terdekat yang hadir. Itu permintaan Revita dengan syarat ia mau dijodohkan. Pihak suami menginginkan pesta mewah dan besar, namun ada penolakan secara halus dari Revita. Dengan dalih ia tidak mau terlalu menghambur uang dengan pesta mewah. Walau pihak laki-laki kecewa akhirnya menerima juga.

''Mas jangan pegang itu ... '' 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!