kesembuhan anggar

''Gak apa-apa Rev, ayo masuk aja.''

Tok ... tok ... tok

''Assalamualaikum.'' 

''Waalaikumsalam.'' 

Wanita baru baya melotot matanya seolah tidak percaya siapa yang datang. Seseorang yang selalu disebut-sebut namanya oleh anaknya sekarang ada didepannya.

''Ini Revita nak, bener ini nak Revita.'' 

''Injih Bu, Revita boleh ketemu mas Anggar?'' 

''Boleh nak, boleh, setiap hari namamu yang selalu dipanggil,'' ucap ibu Anggar yang langsung menuntun Revita masuk ke kamar Anggar.

Saat masuk ke kamar Anggar begitu kaget dan tidak percaya mendapati Anggar yang badanya agak kurusan. Benar apa yang dikatakan Diana, dan sekarang Revita melihatnya sendiri.

''Mas,'' Revita pun mendekat ke arah Anggar dan memegang pundak lelaki yang tidur miring memunggungi pintu itu.

Ibu Revita dan Diana pun menunggu diluar, ia membiarkan Revita dan Anggar berdua sendiri dikamar dengan pintu yang dibuka.

''Mas Anggar,'' ulang Revita memanggil kembali karena belum ada sahutan dari pemilik nama.

Saat membalikan badannya Anggar tak percaya bahwa orang yang ada didepannya adalah Revita. Setelah kata putus satu bulan yang lalu ia tak pernah lagi tau kabar Revita. Akses apapun ditutup oleh Revita, sosial media Bahkan nomor telpon pun diganti.

''Ini beneran Revita.'' 

Revita hanya senyum dan mengangguk, begitu pahit yang ia rasakan. Melihat orang yang dicintainya dalam keadaan seperti ini.

Anggar pun bangun dan memeluk Revita sambil menangis. Revita hanya diam dalam pelukan Anggara, ia tidak membalas pelukan itu ataupun menolaknya.

''Kenapa kamu tidak memberi alasan pada mas dek, kenapa kamu langsung pergi begitu saja. Apa salah mas, kalau mas selalu membuat kesal, membuat salah mas minta maaf. Mas janji akan memperbaiki semua, mas janji tidak akan bikin marah dan jengkel Revita lagi,'' ucap Anggar masih dengan memeluk Revita.

Merasa tak ada jawaban dari Revita, Anggara pun melepaskan pelukannya. Ia berganti menggenggam tangan Revita.

''Jangan nangis dek, mas nggak kenapa-kenapa.''  

Revita hanya tersenyum dalam tangisnya, ia tidak bisa bilang apa-apa selain sesak di dada.

Tiba-tiba dari arah pintu berdiri seorang laki-laki, namun Anggar dan Revita tidak menyadarinya. Dibelakang laki-laki itu sudah ada Diana dan ibunya Anggar.

''Sudah drama tangisnya?'' Tanya dengan nada dingin.

Keduanya pun menoleh melihat siapa Yang datang.

''Siapa dia dek?'' tanya Anggar pada Revita.

Revita masih belum menjawab pertanyaan Anggar,''siapa itu dek?'' Ulang Anggar. 

''Kamu nggak lihat dijari manis Revita menandakan apa,''  ucap suami Revita lagi lebih sinis.

Anggar pun melihat tangan yang sementara ada di genggamannya itu, ''Cincin!'  lirih Anggar, ia pun melepaskan tangan Revita.

''Silahkan keluar dari kamarku ...'' 

''Revita bisa jelasin mas,'' ucap Revita sambil memegangi tangan Anggar.

Anggar pun menepis tangan Revita, ia kembali tidur dan memunggungi mereka semua. Ia menenggelamkan dirinya di dalam selimut.

''Keluar dari kamarku sekarang juga, kalau ini yang ingin kau sampaikan tidak usah datang kemari. Kita sudah orang lain, aku sudah bukan siapa-siapa bukan. Kenapa kau menjengukku, anggap saja kau tidak pernah mengenalku,'' oceh Anggar dengan suara parau sambil tergugu menangis.

''Ayo dek kita pulang,'' ucap suami Revita sambil menarik Revita keluar.

''Tunggu mas,'' Revita melepaskan tangan suaminya.

''Mau apalagi? Aku ini suamimu.'' 

Revita tidak menghiraukan suaminya, ia balik menghadap Anggar.

''Mas, harus melanjutkan hidup mas Anggar, jangan seperti ini. Masalah Revita menikah, ini sudah pilihan Revita. Mas Anggar berhak memilih wanita yang lebih baik dari Revita. Tolong jangan begini mas, kasihan orang tua mas anggar,'' Ucap Revita.

Tidak ada jawaban apapun dari Anggar, hanya ada suara sesenggukan. Begitu ingin memeluk lelaki rapuh yang ada didepannya itu.

''Pasti sakit sekali mas hatimu!'' Batin Revita.

''Revita pamit mas, mas Anggar lekas pulih.'' 

Revita pun pulang, luka lebih dalam ia gores pada Anggara. Terlihat juga raut wajah kecewa dari ibu Anggar saat Revita hendak pamit. Namun tidak ada yang bisa disalahkan. Semua sudah garis dan rencana tuhan, kita hanya bisa menjalani nya dengan ikhlas dan lapang.

###

Beberapa bulan pun berlalu, Revita pun sudah pindah di jakarta bersama dengan suaminya. Ia juga tidak tau kabar Anggar sama sekali, bukan tidak mau untuk mencari kabar tentang Anggar.

Namun suami Revita begitu marah kalau soal anggar, Revita pun juga tau kalau sekarang dia sudah menjadi istri orang. Tidak mungkin ia masih terus mencari tau tentang Anggar. Revita cukup menggaungkan doa setiap hari untuk yang terbaik buat Anggar.

''Dulu aku sengaja membuatnya tidak tahan dengan sikapku. Aku keluarkan semua sifat buruk ku, namun ia bersabar dan selalu menerima ego dan marahku.

Ya, dialah pemenangnya, aku mendapatkan seseorang yang membuatku nyaman. Namun aku tidak bisa tinggal dengannya lebih lama lagi, terlalu singkat waktuku dengannya.'' Batin Revita. 

POV Anggar

Hari ini, detik ini Anggara Kusumo tidak lagi menangis karena cinta. Tutup semua lembaran cerita yang sudah usang, siap membuka lembaran baru. Aku sudah begitu lama menyiksa diri ini, meratapi segala kesedihan yang tiada ujung.

Wanita yang begitu ku cintai, wanita yang begitu amat ku sayangi. Memutuskan untuk menikahi orang lain, memutuskan rasa yang pernah ada. Aku sakit, aku tidak ikhlas menerima kenyataan dia hidup bahagia bersama orang lain.

Sementara diriku begitu menderita telah kehilangan sosok yang teramat aku cintai. Seolah dunia berhenti, seolah sudah tiada guna saya bernafas.  Berhari-hari hanya bayangan dia yang selalu ada, cerewet nya, manjanya, marahnya, aku mencintai itu semua. Tapi itu dulu, sekarang aku melupakan semua.

Revita Savina, entahlah! Aku memang sudah melupakan semua tentangmu, aku tidak pernah mengenal lagi nama Revita. Namun di relung hati terdalam seolah menolak aku melupakan mu.

Banyak teman, kerabat, semua datang memberi support padaku waktu itu. Tapi entah mengapa semua serasa tidak ada artinya bagiku. Hanya dia yang saya butuhkan waktu itu.

Empat tahun saya bersama, dan sekarang saya harus membiasakan diri tanpanya. Yah! Sakit dulu yang kurasa, tapi aku bisa melewati itu semua sekarang.

Aku mandi membersihkan diri, memakai baju yang bagus dan keluar kamar. Saat keluar dari kamar dan menuju ruang tengah, kulihat ibu dan ayah begitu sedih duduk diruang makan berdua.

Didepan mereka ada makanan namun tidak ada yang makan, kulihat ayah hanya mengaduk makanannya saja, dan kulihat ibu hanya melamun tanpa menyentuh makanan didepannya. Apakah aku akan mengorbankan orang tua ku hanya karena cinta.

Kebahagiaan mereka ada pada diriku, aku anak satu-satunya mereka. Tapi kini aku melukai nya.

''Revita, namamu indah seindah kenangan yang telah kau ukir bersamaku. Namun mulai saat ini, kau hanya kenangan,'' ucapnya lirih.

Aku pun berjalan mendekati mereka.

''Ibu!'' Panggilku.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!