NovelToon NovelToon

Sebuah Rasa Yang Masih Tertinggal

Aku pergi mas, bukan karena cintaku hilang ...

''Kenapa dek, apa salah mas?'' ucap Anggara dengan Mata yang mulai memanas, menandakan cairan bening akan jatuh. Anggar yang duduk bersimpuh dengan tangan menutup wajah, gemetar, tak mampu menopang tubuhnya.

Kekasih yang selama 4 tahun menemaninya, menjadi satu-satunya wanita yang ia cintai selama ini. Tidak pernah sedikitpun menyakiti, bahkan mengkhianati, tidak pernah terpikirkan kata pisah. Tujuan satu dalam hidup, ingin menjadikan satu-satunya orang yang mengisi hati, sampai nafas terhenti. Hanya ingin dirinya, jiwanya, yang akan menemani sampai nanti raga terpisah dengan nyawa.

Namun tujuannya untuk bisa bersama wanita pujaannya itu terpatahkan malam ini, saat wanita cantik itu mengatakan kata perpisahan.

''Kurang jelas bicara Revita mas, Revita mau kita akhiri hubungan ini,'' tukasnya tegas dengan menahan air mata agar tidak keluar.

''Mas tanya alasannya.'' Memegang kuat tangan Revita dengan menatapnya tajam. Memindai gadis yang ada didepannya yang sedari tadi mengalihkan pandangannya untuk mencari alasan. Suara serak yang terdengar dari suara Anggar, menandakan begitu sesaknya di dada menahan sakit saat ini.

Revita pun membalikan wajahnya untuk menatap Anggar, ada rasa nyeri saat melihat kekasihnya itu sudah memerah matanya berkaca-kaca. Revita tau itu sakit, karena ia sendiri merasakan sakit yang luar biasa. Sebelum ketemu Anggar beberapa hari, sudah ia habiskan air matanya.

Dengan tegas ia menjawab dan memandang Anggara begitu dalam, ''Tidak ada kebahagiaan hubungan kita saat ini, Revita selalu buat sakit hati mas. Kita break, temukan impian kita dulu, suatu saat kita akan ketemu kembali kalau diberi kesempatan.''  Ia berdiri dan akan pergi meninggalkan Anggara yang masih duduk menunduk tak bisa berkata apapun untuk menjawab Revita. Anggar ingin sekali menyanggah nya namun sulit akan bicara karena begitu sesak di dadanya. ''Dan satu lagi mas, tolong jangan cari dan hubungi Revita.''  Air mata jatuh begitu saja tidak bisa dibendung, Revita pun lari pergi dengan tangis yang begitu pilu meninggalkan Anggara.

Didalam taksi online baru saja ia masuk tiba-tiba handphone nya berdering. Revita masih enggan untuk menjawab panggilan yang masuk pada handphone nya. Dirinya tau pasti mama nya menelpon untuk menanyakan, apakah sudah mengakhiri hubungannya.

Dua hari sebelum nya ...

Tok ... tok ...

''Iya sebentar.''

Saat pintu terbuka mata Revita langsung melotot tak percaya siapa yang datang ke kosannya sore itu. ''Mama!'' 

Tanpa disuruh mama Revita langsung masuk saja dalam kosannya, ia datang sendiri bersama sopirnya.

''Gimana Rev, sudah kau akhiri hubunganmu dengan Anggar? Mama nggak mau saat menjelang pernikahan mu nanti Anggar mengacaukan,'' todong nya langsung to the point' ke arah tujuannya ia ke ke kosannya Revita.

''Secepat itu kah ma?''

''Iya kenapa? Kau tak suka? Semakin cepat, semakin baik,'' sedikit meninggikan suaranya.

''Revita belum siap Ma!'' 

''Mama yang menyiapkan semua, bukan kamu,'' pungkas lebih tegas dan keras suaranya.

''Revita nggak bisa ngomong sama mas Anggara, Revita cinta dia.'' Ibanya sambil menangis dipangkuan mamanya.

''Revita tolong jangan buat mama sedih, kalau kamu nggak bisa bilang sama Anggara biar mama yang ngomong'' 

Revita langsung mendongakkan kepalanya menggelengkan kepalanya.

''Ya sudah, cepat selesaikan urusanmu itu. Mama mau langsung pamit, karena mau kerumah teman mama yang di Magelang.'' 

''tapi Ma!''

Tak ada jawaban dari wanita yang usianya memasuki 40 tahun itu, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan anaknya. Karena dia juga tak tega melihat Revita terus mengiba.

Kadang kita harus berkorban, bukan karena ingin dihargai atau dianggap. Namun karena rasa sayang kita yang besar kepada keluarga itu mengalahkan segalanya. Meski raga lelah, hati sakit, kadang capek ingin menyerah. Namun semesta menolak kalau kita lemah. Kita dikuatkan oleh keadaan, bukan karena kita kuat sesungguhnya. 

''Jika lebih sedih, akulah lebih sedih mas. Aku berubah bukan karena aku tak mencintaimu. Namun keluarga ku tidak menerimamu, aku tak mau kamu tersakiti lebih lagi mas setelah mendengar penolakan kedua orangtuaku. Cukup aku yang menyakitimu.'' Lirih Revita.

***

Anggara yang masih meratapi kisah cintanya yang ia jalani selama 4 tahun kandas malam ini juga. Ada amarah yang tidak bisa ia ungkapkan. Selama ini belum pernah Anggar menyakiti kekasihnya, namun malam ini tanpa alasan yang jelas Revita memutuskan sepihak tanpa menunggu jawaban yang keluar dari mulut Anggar.

Dengan badan lemas Anggara masuk kedalam mobil, ia menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil dan menangis sejadi-jadinya.  Bayangan dulu bersama kekasihnya terlintas begitu saja dibenaknya. Semangatnya adalah saat ia ketemu dirinya, sedihnya hilang saat ada Revita disampingnya. Sekarang seolah dunia runtuh bagi Anggar.

Setelah beberapa jam dirinya menangis, merasa matanya berkunang-kunang. Kepalanya begitu nyeri, dan begitu sesak di dada. Ia merogoh handphonenya, dan menghubungi seseorang untuk menjemputnya. Ia merasa tidak sanggup untuk bisa mengemudikan mobilnya dan pulang sendiri.

Temannya yang menjemput Anggar begitu kaget melihat kondisi Anggar yang sudah lemas, namun tidak pingsan tapi tidak bisa juga ditanya. Dengan cepat ia membawa Anggar ke kosannya. Karena selama mengenal Anggara bertahun-tahun baru kali ini Anggar begini.

Semua temannya bingung mau berbuat apa pada Anggar, karena ia sama sekali tidak bisa diajak bicara. Sedari tadi ia masih menutup matanya namun bukan tidur, karena ada air mata yang terus mengalir.

''Eh Nggar tolong dong jangan gini, lu kenapa sih bro?'' Ucap temannya dengan menggoncang badannya yang terbaring di kasur. Anggar pun tak merespon sedikitpun panggilan temannya.

''Gimana ini Kal?'' tanya Theo pada Hikal.

''Ya udah Yo, kita nginep sini aja tungguin Anggar'' 

''Menurutmu kenapa Anggar Kal?''

''Kayaknya dia mengalami shock berat deh Yo,''

###

Sedangkan di kosannya Revita pagi ini dijemput kedua orangtuanya. Selain akan melangsungkan pernikahannya, ia juga sudah selesai masa kuliahnya. Berat rasanya meninggalkan kota Jogja, banyak kenangan yang begitu indah untuk dilupakan. Sahabat, semua temannya yang selalu bersama selama ini, yang paling menyedihkan ia meninggalkan Anggara.

Revita pun sudah pamit kepada semua sahabat dan temannya bahwa ia akan pulang duluan ke solo. Revita lebih cepat menyelesaikan studinya, dari pada teman-temannya yang saat ini masih banyak yang sibuk dengan dosen skripsinya.

''Revita pergi mas, bukan karena tidak mencintaimu tapi Revita berkorban untuk keluarga yang Revita begitu cintai'' batinnya jauh menerawang jauh kehidupan nya yang akan datang, bakal hidup bersama orang yang asing baginya.

Mobil keluarga yang ditumpangi Revita melaju mulai meninggalkan kota Jogja. Di dalam mobil sedari tadi Revita melihat keluar jendela, mengingat tempat-tempat yang ia sering singgahi bersama teman-temannya. Terutama bersama Anggar, masih ingat betul tempat makanan favorit mereka berdua. Air mata tak bisa dibendung lagi, mengalir dengan sendirinya.

''Maafkan aku mas!'' Gumamnya lirih. 

***

Hari pernikahan pun tiba, hanya keluarga dan orang terdekat yang hadir. Itu permintaan Revita dengan syarat ia mau dijodohkan. Pihak suami menginginkan pesta mewah dan besar, namun ada penolakan secara halus dari Revita. Dengan dalih ia tidak mau terlalu menghambur uang dengan pesta mewah. Walau pihak laki-laki kecewa akhirnya menerima juga.

''Mas jangan pegang itu ... '' 

Untuk visual tokoh follow Instagram: @n_ervayana

Jika ingin memiliki kisah yang ingin di novel kan bisa DM di Instagram 🙂

revita kerumah anggar

''Eh, iya maaf dek! Mas cuma mau bantuin buka kadonya,'' ucap suami Revita yang menjauhkan tangannya dari bungkusan yang tergeletak di meja.

''Nggak usah mas, Revita bawa beberapa aja ke atas biar Revita yang buka sendiri. Mas silahkan kalau mau mandi dulu,'' tukas Revita sambil berjalan kearahnya, karena kado yang ia bawa beberapa tadi ada didekat suaminya.

Ia tak mau bungkusan dari Diana tadi sampai dilihat oleh suaminya. Karena pesan Diana harus Revita yang buka bungkusan itu. Entah apa isinya, Revita juga tidak terlalu curiga. Karena Diana tidak mengatakan apapun, dan langsung pergi dengan dalih buru-buru.

Suami Revita pun langsung pergi mandi tanpa mempermasalahkan isi dari bungkusan itu. Yang ia pikir hanya bungkusan kado dari beberapa teman atau kerabat yang di undang, jadi tidak terlalu dipikirkan.

Seusai suami Revita masuk kamar mandi, Revita bergegas mencari bungkusan atas nama Diana. Sengaja Revita membawa beberapa kado agar suaminya tidak curiga. Digunting nya kertas yang membungkus kado tersebut, saat dibuka Revita tidak terlalu mempedulikan isinya. Ia fokus pada selembar amplop yang ada didalamnya. Saat dibuka dan membaca isi amplop itu air mata Revita mengalir tanpa disuruh.

'' ... Aku beberapa kali menghubungimu Rev, tapi nomormu tidak aktif. Entah apa sebabnya kita semua juga tidak tau kenapa kamu ninggalin mas Anggar dan menikah tanpa sepengetahuan kita semua. Sesuai janjiku aku tidak akan bilang siapapun kalau kamu sudah menikah, hanya satu pintaku, cepat atau lambat tetap kasih tau mas Anggar. Jangan sampai ia menunggumu Rev. Revita tetap sahabatku yang cantik dan baik, aku tidak akan marah padamu karena aku tidak berhak untuk itu. Walau aku kecewa tapi aku tau, pasti kamu punya alasan atas ini semua. Walau aku dulu begitu berharap kamu bisa bersama mas Anggar selamanya.''  Beberapa isi surat dari Diana yang mengabarkan soal Anggar.

Didalam surat yang ditulis Diana mengatakan bahwa Anggar drop atau sakit sudah hampir sebulan. Badannya kurus dan selalu mengurung diri didalam kamar. Anggar juga sudah pulang ke pemalang kerumah orangtuanya. Mendengar kabar itu Revita langsung lemas seolah hancur dunianya. Ia mengira Anggar akan menerima perpisahan ini, tak pernah mengira Anggar akan Sampek down seperti ini. Rasa bersalah bersarang terus menerus dipikiran Revita.

Dirinya juga sempat drop selama seminggu karena menerima kenyataan pahit ini. Ia tidak pernah cerita pada siapapun, hanya memendam sendiri masalah ini. Sehingga membuat tensinya langsung turun dan kepala nya pusing sehingga dirawat selama seminggu dirumah sakit.

Saat itu ia hanya mengirim pesan pada Diana soal hari pernikahan, karena Diana lah yang paling dekat dengannya dari beberapa teman Revita. Revita mengatakan untuk merahasiakan pernikahan nya pada siapapun.

Terdengar pintu kamar mandi dibuka, Revita pun langsung menyembunyikan lembaran surat yang digenggamnya. Revita juga langsung menenggelamkan badannya ke dalam selimut. Ia masih shock dan lemas mendengar kabar itu.

''Mau langsung tidur dek,'' sapa suaminya yang berdiri disampingnya dengan menggunakan handuk saja yang dililit diperutnya.

Revita yang melihat pemandangan itupun sontak langsung menutupi kepalanya dengan selimut. ''Iya mas, Revita sakit kepala,'' ucapnya masih menutup dirinya dalam selimut.

Suaminya yang melihat kelakuan Revita hanya tersenyum. Ia pun segera ganti baju dan segera menyusul Revita untuk tidur. Karena serangkaian acara selama dua hari ini begitu membuatnya lelah.

###

''Ma, Revita mau ketemu teman dulu ya sebelum pindah ke Jakarta,'' ucap Revita tiba-tiba.

''Untuk apa nak,'' sahut mamanya sambil me nyendokan nasi goreng di mulutnya.

''Urusan sedikit kok ma!''

Sedari tadi suami Revita yang diam saja akhirnya menyahut juga, ''Nanti biar saya temani Revita ma.''

Revita yang mendengar pernyataan suaminya pun melotot tak percaya.

''Revita biar sendiri mas,'' sahut Revita.

''Biar ditemani suami Rev, kan sekarang sudah bersuami,'' sahut pak Anton papa Revita.

Akhirnya selesai serapan pagi Revita pun siap-siap untuk pergi yang ditemani suaminya. Sebenarnya Revita takut suaminya marah kalau ia akan menemui laki-laki, tepatnya Anggar. Tapi Revita tidak mau selalu kepikiran terus nanti kalau sudah pindah dari sini. Merasa belum tenang kalau belum melihat keadaan Anggara.

''Sebenarnya mau kemana dek?'' Tanya suami Revita.

''Ke Pemalang mas,'' jawab Revita sedikit merasa tak enak.

''Apa penting?''  tanyanya dengan nada dingin.

''Sebenarnya Revita mau ketemu mas Anggar, dia sakit.''

''Ohh ... '' jawab suaminya cuek.

''Gak apa-apa kan mas?''  tanya Revita lagi.

''Tidak,''  jawabnya dingin sambil memainkan ponselnya.

Mereka pun berangkat ke Pemalang, sebenarnya rencana suami Revita sekalian nanti pulang ke Jakarta mampir. Tapi Revita menolak karena Diana mau ikut.

Ddrrrttttt... ddrrrttttt

Diana yang serapan terjingkat mendengar dering handphone nya di meja.

''Hallo!''

''Hallo na, udah siap? Revita udah jalan kesana.''

'' Udah Rev, aku tunggu ya.'' 

Diana pun menyudahi makannya dan mengambil tas dikamar nya. Saat menaiki tangga ia dikagetkan suara mamanya.

''Mau kemana sayang, buru-buru amat.'' 

''Mau ke pemalang Ma sama Revita, dia udah jalan kesini.''

''Nggak pulang malam kan?''

''Tidak ma, sore mungkin sudah sampai nanti.''

Revita pun sampai di rumah Diana, dan pamit kepada mama Revita. Mama Diana sedikit kaget melihat laki-laki yang bersama Revita. Karena ia memang tidak tau kalau Revita sudah menikah. Dan setau mama Diana Revita bukan sama laki-laki ini, melainkan sama laki-laki yang nama nya Anggar yang biasa diajak main kerumah Diana.

''Jangan kaget ma, itu suami Revita dia baru menikah seminggu yang lalu,'' bisik Diana pada mamanya sambil mencium punggung tangan mamanya.

Mama Revita melotot tak percaya mendengar apa kata anaknya barusan.

Revita pun pamit kepada mama Diana, ia janji akan balik sebelum malam.

...

Diana yang menaiki mobil Revita pun kaget setengah mati, ternyata di dalam ada suami Revita. Ia pikir Revita berangkat sendiri, ternyata bersama suami. Revita yang menyadari Diana nampak kaget, ia pun menjelaskan.

''Suamiku iku na, gak apa ya.'' 

''Eehh ... i ... iyaa Rev, gak apa-apa.'' 

Suami Revita tanpa bicara apapun pun langsung melajukan mobilnya.

''Dingin banget tuh cowo, kaya kulkas.'' batin Diana.

Revita pun tak banyak ngobrol sama Diana, tak ada ruang buat cerita apapun karena ada suami Revita. Mereka berdua memutus kan untuk tidur, karena perjalanan lumayan jauh.

Saat memasuki kota Pemalang suami Revita membangunkan Revita.

''Dek, bangun,'' sambil menggoncang bahu Revita.

''Udah sampai mas?''

''Ya belum, ini makanya nanya arahnya kemana.'' 

Revita pun menjelaskan dan menunjukan arah kerumah Anggar. Terus terang hati Revita sudah merasa deg-deg an. Antara takut dan tidak kuasa melihat keadaan Anggara. Apalagi masih ada cinta yang belum bergeser sedikitpun di hati Revita.

Setelah beberapa menit menunjukan arah, akhirnya sampai juga dirumah Anggar. Entah kenapa kaki Revita begitu berat untuk turun dari mobil.

''Mas tunggu disini ya, mau telpon dulu,'' ucap suami Revita.

''Ayo Rev, turun.'' ajak Diana.

Mereka pun turun tanpa suami Revita. Langkah kaki Revita terasa berat mau melangkah.

''Na, aku takut,''  ucap Revita sambil memegangi kuat tangan Diana.

.

.

.

kesembuhan anggar

''Gak apa-apa Rev, ayo masuk aja.''

Tok ... tok ... tok

''Assalamualaikum.'' 

''Waalaikumsalam.'' 

Wanita baru baya melotot matanya seolah tidak percaya siapa yang datang. Seseorang yang selalu disebut-sebut namanya oleh anaknya sekarang ada didepannya.

''Ini Revita nak, bener ini nak Revita.'' 

''Injih Bu, Revita boleh ketemu mas Anggar?'' 

''Boleh nak, boleh, setiap hari namamu yang selalu dipanggil,'' ucap ibu Anggar yang langsung menuntun Revita masuk ke kamar Anggar.

Saat masuk ke kamar Anggar begitu kaget dan tidak percaya mendapati Anggar yang badanya agak kurusan. Benar apa yang dikatakan Diana, dan sekarang Revita melihatnya sendiri.

''Mas,'' Revita pun mendekat ke arah Anggar dan memegang pundak lelaki yang tidur miring memunggungi pintu itu.

Ibu Revita dan Diana pun menunggu diluar, ia membiarkan Revita dan Anggar berdua sendiri dikamar dengan pintu yang dibuka.

''Mas Anggar,'' ulang Revita memanggil kembali karena belum ada sahutan dari pemilik nama.

Saat membalikan badannya Anggar tak percaya bahwa orang yang ada didepannya adalah Revita. Setelah kata putus satu bulan yang lalu ia tak pernah lagi tau kabar Revita. Akses apapun ditutup oleh Revita, sosial media Bahkan nomor telpon pun diganti.

''Ini beneran Revita.'' 

Revita hanya senyum dan mengangguk, begitu pahit yang ia rasakan. Melihat orang yang dicintainya dalam keadaan seperti ini.

Anggar pun bangun dan memeluk Revita sambil menangis. Revita hanya diam dalam pelukan Anggara, ia tidak membalas pelukan itu ataupun menolaknya.

''Kenapa kamu tidak memberi alasan pada mas dek, kenapa kamu langsung pergi begitu saja. Apa salah mas, kalau mas selalu membuat kesal, membuat salah mas minta maaf. Mas janji akan memperbaiki semua, mas janji tidak akan bikin marah dan jengkel Revita lagi,'' ucap Anggar masih dengan memeluk Revita.

Merasa tak ada jawaban dari Revita, Anggara pun melepaskan pelukannya. Ia berganti menggenggam tangan Revita.

''Jangan nangis dek, mas nggak kenapa-kenapa.''  

Revita hanya tersenyum dalam tangisnya, ia tidak bisa bilang apa-apa selain sesak di dada.

Tiba-tiba dari arah pintu berdiri seorang laki-laki, namun Anggar dan Revita tidak menyadarinya. Dibelakang laki-laki itu sudah ada Diana dan ibunya Anggar.

''Sudah drama tangisnya?'' Tanya dengan nada dingin.

Keduanya pun menoleh melihat siapa Yang datang.

''Siapa dia dek?'' tanya Anggar pada Revita.

Revita masih belum menjawab pertanyaan Anggar,''siapa itu dek?'' Ulang Anggar. 

''Kamu nggak lihat dijari manis Revita menandakan apa,''  ucap suami Revita lagi lebih sinis.

Anggar pun melihat tangan yang sementara ada di genggamannya itu, ''Cincin!'  lirih Anggar, ia pun melepaskan tangan Revita.

''Silahkan keluar dari kamarku ...'' 

''Revita bisa jelasin mas,'' ucap Revita sambil memegangi tangan Anggar.

Anggar pun menepis tangan Revita, ia kembali tidur dan memunggungi mereka semua. Ia menenggelamkan dirinya di dalam selimut.

''Keluar dari kamarku sekarang juga, kalau ini yang ingin kau sampaikan tidak usah datang kemari. Kita sudah orang lain, aku sudah bukan siapa-siapa bukan. Kenapa kau menjengukku, anggap saja kau tidak pernah mengenalku,'' oceh Anggar dengan suara parau sambil tergugu menangis.

''Ayo dek kita pulang,'' ucap suami Revita sambil menarik Revita keluar.

''Tunggu mas,'' Revita melepaskan tangan suaminya.

''Mau apalagi? Aku ini suamimu.'' 

Revita tidak menghiraukan suaminya, ia balik menghadap Anggar.

''Mas, harus melanjutkan hidup mas Anggar, jangan seperti ini. Masalah Revita menikah, ini sudah pilihan Revita. Mas Anggar berhak memilih wanita yang lebih baik dari Revita. Tolong jangan begini mas, kasihan orang tua mas anggar,'' Ucap Revita.

Tidak ada jawaban apapun dari Anggar, hanya ada suara sesenggukan. Begitu ingin memeluk lelaki rapuh yang ada didepannya itu.

''Pasti sakit sekali mas hatimu!'' Batin Revita.

''Revita pamit mas, mas Anggar lekas pulih.'' 

Revita pun pulang, luka lebih dalam ia gores pada Anggara. Terlihat juga raut wajah kecewa dari ibu Anggar saat Revita hendak pamit. Namun tidak ada yang bisa disalahkan. Semua sudah garis dan rencana tuhan, kita hanya bisa menjalani nya dengan ikhlas dan lapang.

###

Beberapa bulan pun berlalu, Revita pun sudah pindah di jakarta bersama dengan suaminya. Ia juga tidak tau kabar Anggar sama sekali, bukan tidak mau untuk mencari kabar tentang Anggar.

Namun suami Revita begitu marah kalau soal anggar, Revita pun juga tau kalau sekarang dia sudah menjadi istri orang. Tidak mungkin ia masih terus mencari tau tentang Anggar. Revita cukup menggaungkan doa setiap hari untuk yang terbaik buat Anggar.

''Dulu aku sengaja membuatnya tidak tahan dengan sikapku. Aku keluarkan semua sifat buruk ku, namun ia bersabar dan selalu menerima ego dan marahku.

Ya, dialah pemenangnya, aku mendapatkan seseorang yang membuatku nyaman. Namun aku tidak bisa tinggal dengannya lebih lama lagi, terlalu singkat waktuku dengannya.'' Batin Revita. 

POV Anggar

Hari ini, detik ini Anggara Kusumo tidak lagi menangis karena cinta. Tutup semua lembaran cerita yang sudah usang, siap membuka lembaran baru. Aku sudah begitu lama menyiksa diri ini, meratapi segala kesedihan yang tiada ujung.

Wanita yang begitu ku cintai, wanita yang begitu amat ku sayangi. Memutuskan untuk menikahi orang lain, memutuskan rasa yang pernah ada. Aku sakit, aku tidak ikhlas menerima kenyataan dia hidup bahagia bersama orang lain.

Sementara diriku begitu menderita telah kehilangan sosok yang teramat aku cintai. Seolah dunia berhenti, seolah sudah tiada guna saya bernafas.  Berhari-hari hanya bayangan dia yang selalu ada, cerewet nya, manjanya, marahnya, aku mencintai itu semua. Tapi itu dulu, sekarang aku melupakan semua.

Revita Savina, entahlah! Aku memang sudah melupakan semua tentangmu, aku tidak pernah mengenal lagi nama Revita. Namun di relung hati terdalam seolah menolak aku melupakan mu.

Banyak teman, kerabat, semua datang memberi support padaku waktu itu. Tapi entah mengapa semua serasa tidak ada artinya bagiku. Hanya dia yang saya butuhkan waktu itu.

Empat tahun saya bersama, dan sekarang saya harus membiasakan diri tanpanya. Yah! Sakit dulu yang kurasa, tapi aku bisa melewati itu semua sekarang.

Aku mandi membersihkan diri, memakai baju yang bagus dan keluar kamar. Saat keluar dari kamar dan menuju ruang tengah, kulihat ibu dan ayah begitu sedih duduk diruang makan berdua.

Didepan mereka ada makanan namun tidak ada yang makan, kulihat ayah hanya mengaduk makanannya saja, dan kulihat ibu hanya melamun tanpa menyentuh makanan didepannya. Apakah aku akan mengorbankan orang tua ku hanya karena cinta.

Kebahagiaan mereka ada pada diriku, aku anak satu-satunya mereka. Tapi kini aku melukai nya.

''Revita, namamu indah seindah kenangan yang telah kau ukir bersamaku. Namun mulai saat ini, kau hanya kenangan,'' ucapnya lirih.

Aku pun berjalan mendekati mereka.

''Ibu!'' Panggilku.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!