Kedua orang yang teramat aku cintai itupun menoleh ke arahku. Raut wajah bahagia dan senyum mengembang dikedua sudut bibirnya. Mereka berlari menghampiriku dan memeluk ku bergantian dan terus mengucap syukur dari bibirnya.
''Maafkan Anggara Bu, Yah, sudah buat kalian sedih. Anggara janji tidak akan membuat kalian sedih lagi,'' ucapnya masih dalam pelukan kedua orang tuanya.
''Hari ini adalah hari bahagia buat ayah dan ibu nak, anak ayah satu-satunya sudah sembuh dari sakitnya,'' ucap ayah Anggar sambil menangis memeluk anaknya.
Ayah dan ibu Anggar tidak sedikitpun menyinggung nama Revita, ia melupakan semua tentang Revita. Mereka takut anaknya akan teringat kembali, ia begitu hati-hati berbicara pada Anggar. Mereka juga tau Anggara tidak sakit, melainkan depresi berat atas putusnya sama Revita.
''Anggar lapar Yah, Bu, ayo kita makan.''
Ibu Anggar menjatuhkan airmata mendengar anaknya mau makan, buru-buru ia menarik lengan anaknya untuk duduk dimeja makan. Di ambilkan nasi dan lauk yang banyak, mumpung Anggar bilang ingin makan. Biasanya hanya susu dan sesendok nasi saja yang masuk, hingga terlihat badan anak nya nampak kurus.
Mereka pun bahagia melihat anaknya sudah sehat. Begitu juga Anggar, ia terlalu larut dalam masalah tanpa melihat ayah dan ibunya yang begitu menyayangi. Sekarang bahagia Anggar hanya pada kedua orang tuanya.
Selesai makan Anggara memainkan kan ponselnya. Ia membuka aplikasi warna hijau, masih terlihat nama Revita dibarisan chat nya. Namun ia tidak ingin menghapusnya, didalam nya ada banyak pesan dan voice note dari dirinya. ''Bukan ingin mengenang, hanya sebagai kenangan saja'' batinnya.
Ia menggeser layarnya di bagian story dan menekan layar buat story. Ia pun mengetik story pertama nya setelah lama tidak membuat status.
''World, i'm ready to go''
Anggar pun menyimpan kembali ponsel nya, tak berselang lama banyak sekali notifikasi masuk di handphone nya.
Ucapan selamat, dan bahagia dari teman dan rekan kerjanya selama ini. Anggar hanya senyum mendapati puluhan chat yang masuk di ponselnya.
Ddrrrttttt... ddrrrttttt
Wajah Leoni menari-nari dilayar ponsel Anggar, digesernya gambar telpon warna merah itu keatas.
''Hallo,''
''Nggar ini beneran Lo yang buat status?''
''Iya Leon, siapa lagi ini kan hp ku''
''Nggar, beneran deh gue nggak percaya ini lo''
''Segitunya, kaya kenapa aja gue''
''Syukurlah ini Anggara teman gue yang paling cuek, akhirnya ya Allah dia sudah sadar''
''Hahaha ... ''
''Eh Nggar Lo beneran ketawa, nggak nangis lagi kan''
''Udah-udah Leon jangan bawel, emang bayi apa gue nangis. Gimana, masih diterima nggak kerja disitu?''
''Masih terbuka lebar pintu kantor untuk pak Anggar Kusumo''
Setelah lama berbincang dengan Leoni Anggara pun keluar mencari udara segar, ia duduk di teras depan Rumahnya.
Anggar memang merasa dirinya terlalu lama mengalami depresi. Ia terlalu tergantung pada Revita, takut kehilangan Revita, padahal bergantung pada manusia itu banyak akan membuat kecewa. Ia merasa dirinya tidak berharga, sedih, putus asa.
POV selesai
****
Beberapa tahun kemudian ....
Tuhan!
Sakit yang bagaimana lagi?
Ini sudah perih, kepala ku sakit kalau aku harus menangis dan berfikir keras. Masalah yang tak pernah menemukan jalan di setiap apa yang saya hadapi.
Sampai kapan tuhan?
Tangis Revita saat ia mendapatkan telpon dari keluarga nya. Entah apa yang diucapkan keluarga Revita, sehingga ia mendadak sedih seperti itu. Tekanan demi tekanan ia dapatkan, ia di tuntut untuk hal yang tidak ia bisa pilih sendiri. Semua gerak terbatas karena aturan.
Revita Savina, seorang gadis manis, kalem, tapi egois. Memiliki sifat yang pendiam dan cuek tiba-tiba menikah yang membuat semua sahabatnya kaget. Ya, baru saat ini semua teman Revita mengetahui pernikahan Revita, setelah beberapa bulan Revita tidak ada kabar.
Ya, Revita menikah dengan pria pilihannya orang tua. Tepat hampir satu tahun sudah dia melepaskan status lajangnya. Pernikahan yang hanya dihadiri oleh keluarga besar saja. Entah kenapa, tapi itulah pilihan wanita cantik yang manja itu. Ia tak ingin pesta mewah, dan ingin acara pernikahan yang sederhana saja.
Revita menerima pinangan laki-laki itu juga karena keluarganya. Baru kenal beberapa bulan saja, namun laki-laki itu sudah mengutarakan keinginan nya untuk melamar Revita.
Tanpa pikir panjang Revita langsung menerima lamaran tersebut, bukan Revita tepatnya keluarga Revita. Karena dilihat dari sifatnya yang sabar dan lembut, Revita memiliki keyakinan dia laki-laki yang baik.
''Ini demi keluarga,'' gumam Revita dalam hati kala itu saat keluarga menekan harus menerima pinangan tersebut.
Soal cinta mungkin nanti akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Ya, Revita memang belum ada cinta sama sekali pada laki-laki yang telah melamarnya untuk dijadikan istri. Ia hanya menuruti kehendak orang tuanya, dimana harus mencari suami sesuai dengan keluarga nya. Apalagi calon suaminya yang akan menolong kerugian perusahaan keluarga nya.
Ada seseorang yang masih bertahta di hati Revita dan Sampai saat ini pun belum ada yang bisa menggeser atau menempati tempat yang memang khusus untuk orang yang ia cintai sampai sekarang.
Itulah perempuan, ia bisa mengerjakan tugas nya sebagai seorang istri dan ibu untuk anak nya dengan baik walau dihatinya ia menyimpan pria idamannya.
Hampir satu tahun pernikahan yang dijalani Revita, apakah bahagia yang ia rasakan. Sama sekali tidak, bagaimana semua sifat buruk dan jelek keluar setelah menikah. Apa yang dipikir Revita selama ini ternyata salah. Tapi ia menjalaninya demi keluarga, tak bisa ia juga mengelaknya. Ia menahan semua rasa sakit dan memendam sendiri selama ini.
Karena apa yang terlihat baik belum tentu baik, sebelum kita menyelaminya lebih dalam lagi. Karena dalam hubungan bukan hanya mencari yang terbaik atau orang baik, melainkan rasa nyaman sesama keduanya.
''Mas!! Tolong panaskan ayam itu ya, Revita mual kalau mencium bumbu ayam itu.''
''Apa gunanya kamu sih, kalau saya sendiri suruh masak, '' jawab suaminya pelan namun penuh penekanan.
''Nggak usah manja, kerjakan saja dulu sebelum kita menemukan pembantu baru lagi,'' pungkasnya lagi.
Deghh!! Hati Revita seolah teriris mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya sendiri.
Selama ini dia tidak pernah mendapatkan penuturan yang menyakitkan dari siapapun. Sifat baik dan manis yang dulu ia kenal, sekarang tak nampak lagi pada diri suaminya. Entah apa penyebabnya Revita pun tak tau, dan juga tidak mau tau.
Suami Revita pun langsung berangkat kerja begitu saja tanpa pamit. Kebiasaan yang sudah mendarah daging, menganggap Revita hanya hiasan dirumah tanpa dihargai.
Dalam kekalutan yang ia rasakan kini, masih tersimpan kenangan dulu dimana seseorang telah memperlakukannya selalu spesial selama 4 tahun. Ya, kekasih hati yang Revita tinggalkan.
''Bahkan teman-temanku dulu selalu menerima egoku dan selalu baik padaku,'' lirihnya sendiri.
Jadi Revita merasa dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Dengan sikap yang manja, egois, bahkan bawel, semua orang disekelilingnya selalu menyayangi Revita, ya walau tidak dipungkiri kalau Revita memang asyik dan baik orangnya. Ia juga memiliki kedewasaan dan pengertian kepada orang lain di balik sifat manjanya.
Sifat nya yang seperti itu tidak akan nampak bagi orang yg baru mengenal Revita, hanya untuk orang-orang terdekat nya saja yang tau sifat Revita. Cuma kekasih dan sahabatnya yang tahu seperti apa karakter Revita.
Namun kasih sayang yang dulu selalu ia dapatkan dari orang-orang disekelilingnya tidak ia dapatkan pada suaminya. Suaminya yang keras, cuek, bahkan cenderung egonya yang tinggi yang selama ini Revita rasakan.
Revita seolah menyesal namun ia tak bisa memilihnya, ini sudah menjadi jalan hidupnya yang harus ia jalani. Ia harus kuat demi keluarga, ia tak mau mengecewakan keluarganya.
Setelah menikah Revita memang ikut suaminya tinggal Jakarta, dimana kota itu juga jauh jika ditempuh dari kota tempat tinggal Revita.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments