Salah paham lagi ...

***

Di kosan Revita menunggu Anggar yang mau menjemputnya dan mengantar ke rumah Vena. Namun lama ditunggu Anggar belum muncul juga, hingga terdengar suara motor di luar kosan.

''Mungkin itu mas Anggar, dia bawa motor,'' batin Revita, ia pun bergegas keluar melihat siapa yang datang.

''Dion!'' batinnya sambil tersenyum canggung kearah Dion yang sudah turun dari motornya.

''Hey, Rev! Udah siap, anak-anak sudah nunggu.'' Dengan berjalan menghampiri Revita yang didepan pintu.

''Udah Di, dari tadi malah.''

''Ya, udah ayo! Tinggal kamu aja yang ditunggu.''

''Ta ... Tapi Di,''

''Udah ayo buru, sini mana barang kamu biar aku yang bawain.''

Dion pun nyelonong masuk mengambil ransel bag milik Revita.

Revita yang masih bengong didepan pintu, dilema antara mau ikut atau tidak. Ia janji mau minta antar Anggar, namun Anggar sudah hampir satu jam belum juga datang.

Dion yang sudah menaikan ransel diatas motornya kembali menoleh kearah Revita yang dari tadi belum juga gerak dari tempat semula.

''Rev, buru ayo! Bengong aja kenapa,'' panggil Dion yang membuat Revita kaget dan baru sadar kalau ransel nya sudah berada di atas motor Dion.

''I ... Iya Di, tunggu bentar.''

Sambil berlari ke dalam kosan buat ambil Sling bag nya.

Ia pun bergegas keluar memastikan semua alat elektronik nya tercabut semua tidak ada yang tercolok, dan tak lupa mengunci pintu.

Di tempat lain Anggar sudah gelisah dari tadi, ia ada janji akan mengantar Revita namun tiba-tiba pak Arta menyuruhnya pagi-pagi sekali untuk ke kantornya. Ada proyek besar yang akan disuruh pegang Anggar, jika lolos proyek ini pasti ada nilai plus dari perusahaan buat Anggar. Selama ini kerja Anggar belum pernah mengecewakan pihak perusahaan, sehingga direktur perusahaan mempercayakan proyek besar ini pada Anggar.

''Gimana pak Anggar? Siap ketemu clien nanti malam,'' ucap pak Beno selaku atasannya.

Anggar yang dari tadi pikirannya terbagi dan sedikit tidak konsentrasi, sehingga ia tidak mendengar pak Beno bicara padanya.

''Pak Anggar! Apa ada masalah?'' tanya pak Beno yang melihat kegelisahan Anggar dan tidak menjawab pertanyaan darinya.

''Ehh ... Iyaa pak, maaf saya sedikit tidak fokus,'' ucapnya atas kesalahannya yang tidak bisa konsen, ''saya siap pak memegang proyek ini dan menemui clien nanti malam.''

''Baiklah, kalau begitu boleh keluar dari ruangan saya,'' ucap pak Beno yang berdiri dan menjabat tangan Anggar dengan kuat, menandakan memberi semangat dan kepercayaan pada Anggar.

Setelah keluar dari ruangan pak Beno, Anggar pun segera menuju ke mobilnya untuk menjemput Revita. Ia tahu sudah terlambat satu jam, tapi panggilan mendadak dari atasan nya membuatnya memutar setir menuju kearah kantor. Anggar pun tidak sempat memegang gawainya untuk menghubungi Revita atas keterlambatannya.

Namun saat mau memasuki gang kosan Revita, ia berpapasan dengan Revita dan Dion yang berbelok ke arah berlawanan dengannya, sehingga mereka tidak melihat mobil Anggara.

Saat Anggar ingin mengikuti mereka tiba-tiba handphone nya berdering. Dilihat dilayar ponselnya Leoni yang tengah melakukan panggilan dengannya.

''Iya Leon,''

''Dimana Nggar? Ditunggu pak Arta.''

''Dijalan ini ada urusan sebentar.''

''Buruan balik kantor deh, ada beberapa berkas yang suruh kamu pelajari buat persiapan nanti malam ketemu clien.''

Ok baiklah, saya menuju kantor.'' Anggar pun mematikan telponnya memutar kemudi balik lagi ke kantornya.

Ada kecemburuan dalam hati Anggar melihat Revita tadi bersama Dion, apalagi mereka seperti asyik bercerita diatas motor. Terlihat keduanya berbicara dan sesekali ketawa. Anggar pun tidak menyangka ternyata Dion ikut. Ada hal yang tidak bisa dijelaskan oleh Anggara soal hatinya, memikirkan kekasihnya disana tanpa dirinya. Apalagi disana ada seseorang yang dirasa Anggara sedikit menganggu hubungannya selama ini.

***

Sesampainya dikantor Anggar mempelajari dokumen-dokumen yang nanti akan ia bawa menemui clien nya. Konsentrasi Anggar terpecah gara-gara kejadian tadi. Ia masih belum bisa sepenuhnya mempelajari dokumen yang ia pegang. Pikirannya masih ada Revita dan Revita.

''Ayo Anggar kamu harus profesional, urusan pribadi jangan dibawa dikantor,'' afirmasi positif ia gumamkan pada dirinya sambil memukul kepala nya dengan bolpoin yang ia pegang.

Lama ia membolak-balik dokumen, Leoni pun datang menghampiri.

''Gimana? Ada yang belum ngerti Nggar?'' tanya Leoni dengan badan sedikit menyamai posisi Anggar yang duduk.

Dirasa terlalu dekat cara Leoni tanya, Anggar pun sedikit menggeser kursinya.

''Sudah Leon! Sudah siap nanti untuk ketemu clien,'' ucap Anggar mantap bersama senyumnya.

''Tak perlu diragukan memang,'' puji Leoni sambil menepuk pundak kiri Anggar.

''Jangan begitu, besar kepalaku nanti,'' kekeh Anggar.

''Siapa yang nggak tau kinerjamu Nggar,'' sambung Leoni serius.

Asyik berbincang tidak dirasa sudah jam makan siang. Anggar dan Leoni pun pergi makan siang berdua.

***

Ditempat Vena atau tepat dirumah Vena rombongan camping pun akan berangkat. Mereka membawa dua mobil, mobil satu Dion yang membawa dan satunya lagi Al yang membawa, Al adalah kekasih Vena.

**Jadi rombongan Dion ada Revita, Diana dengan Edo, Nessa dengan Revan. Disini yang sama pacaran hanya Diana dan Edo. Nessa dan Revan hanya sebatas dekat, belum menjalin hubungan.

Rombongan Al dan Vena, Deni dan Ellia, **

Saat memasuki kampung mata mereka seolah terhipnotis oleh keindahan alam yang ada di desa itu. Berbeda dengan dikota yang banyak sekali polusi dan kendaran yang bising. Disini pemandangan begitu memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

Gunung yang menjulang megah terlihat begitu nan indah, kampung yang masih asri dan sepi akan kebisingan kendaraan itu begitu damai. Air sungai yang mengalir begitu jernih, disiang hari namun terlihat sangat sejuk nan damai.

Perjalanan dengan memakan waktu 4 jam akhirnya sampai juga. Mereka tiba ditempat lokasi pukul dua siang. Mereka pun turun dengan penuh kagum, rasa lelah di perjalanan hilang seketika. ''Tempat yang tidak salah untuk kita kunjungi,'' gumam mereka. Disamping tempat lapang yang akan mereka tempati dan dirikan tenda ini terdapat mata air mengalir yang begitu jernih. Dari jarak seratus meter terdapat air terjun yang bisa mereka lihat sekarang.

Beginilah suasana indah yang dapat di nikmati dari Dusun Cuntel, Desa Kopeng, di lereng gunung Merbabu.

Dari dusun ini kita bisa melihat panorama dari beberapa gunung di jawa tengah seperti Sindoro, Sumbing, Prau, Andong dan Telomoyo yang mampu memukai setiap pasang mata yang melihatnya.

''Benar-benar keindahan alam yang tidak akan bisa kita lihat di kota,'' ucap Dion takjub.

''Tapi kalau malam kayaknya sunyi dan ngeri deh,'' sahut Nessa yang bergidik ngeri.

''Eh, kan nanti malam kita nginep sini.''

Dion melirik Nessa yang berucap seperti itu.

''Nggak ngeri kok Nes, kita malah bisa melihat langit indah di tempat gelap seperti ini,'' sahut Revita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!