Eps 8

Alisha menatap ngeri pada harimau yang sedang makan daging ayam mentah itu. Ia menatap Veeka dan Veera yang asik bicara dengan River. Alisha hanya menatap dari kejauhan sambil memakan buahnya.

"Sebenarnya, tujuan mereka menemaniku atau bermain dengan harimau itu?" gumam Alisha sambil terus memakan buahnya.

Veeka menoleh dan menghampiri Alisha dengan riang. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung mendorong kursi roda yang diduduki oleh Alisha.

"Hei, kenapa kau mendorongku?" Alisha menatap River yang juga menatapnya. Gadis ini benar-benar menyebalkan! Batinnya berteriak.

"Kakak ipar, kau harus beradaptasi dulu. Aku tau kalau kau takut pada River. Dia tidak akan menggigit, kok!" ucap Veeka dengan antusias. Berbeda dengan Alisha yang sudah memasang wajah sedikit kesal.

Veera yang sedari tadi berdiri di depan kandang River pun langsung berkata, "Jangan takut, kakak ipar. Kau pasti akan jatuh cinta saat melihat anak River. Dia sangat menggemaskan! Sayangnya, kak Ansel tidak melepaskannya dari kandang. River junior selalu di dalam kandang yang ada di sana." Veera menunjuk sebuah bangunan yang cukup besar. Mungkin di sana banyak teman-teman River, pikir Alisha.

"Dia... Memiliki anak juga?" tanya Alisha menunjuk River.

Veeka dan Veera lantas langsung mengangguk antusias.

"Seperti kucing, harimau juga bisa beranak lalu menyusui. Istri River juga ada di dalam sana," ucap Veeka sambil menunjuk bangunan tadi.

Istri katanya? Kenapa kehidupan harimau seperti manusia? Punya istri dan punya anak. Apakah harimau juga bekerja? Batin Alisha terheran-heran.

"Kalau penasaran, kau minta saja pada kak Ansel. Dia pasti akan menunjukkan River junior padamu," ujar Veera.

Alisha langsung mencibir, "Dia tidak akan mau."

"Kau belum mencobanya, kakak," sahut Veeka.

"Sudah lama aku tidak melihat River junior, aku ingin menggendongnya jika bertemu!" lanjutnya sambil tersenyum senang. Ia sedang membayangkan kelucuan anak River jika nanti berada dalam gendongannya.

Alisha hanya diam saja. Ia melirik botol infus yang airnya hampir habis. Kalau airnya sudah habis, infusnya akan dilepas dan Alisha akan bebas bergerak.

"Aku ingin ke kamar. Jika kalian ingin di sini, tidak apa-apa," ujar Alisha. Ia berdiri dari kursi roda dan berjalan pelan masuk ke dalam rumah. sambil mendorong tiang infus.

Veeka dan Veera langsung menyusul sang kakak ipar setelah berpamitan pada River. Kedua gadis kembar itu rupanya sangat ceria dan memiliki positif vibes. Tapi, Alisha yang memang kurang suka ke berisikan, agak canggung menanggapi mereka. Karena mereka banyak bicara.

Pagi itu, Alisha habiskan dengan menonton bersama si kembar, lalu makan dan melihat Veeka dan Veera berenang di kolam.

****

Alisha menatap kesal pada Ansel yang sedang membongkar isi lemari. Semuanya berserakan.

Katanya tadi, di kantor tidak sampai dua jam, dan sekarang jam menunjukkan pukul tiga sore, pria itu baru saja datang dan langsung mengobrak-abrik isi lemari. Alisha pun hanya memandangnya dari atas ranjang.

"Sebenarnya kau sedang mencari apa?" tanya Alisha setelah beberapa menit hanya diam memandangi sang suami.

"Jika ku beri tau, kau juga tidak akan tau," sahut Ansel. Ia menghela nafas sambil menatap isi lemari yang sudah kosong. Pakaiannya berserakan di lantai dan itu sangat menggangguku pemandangan Alisha.

"Katakan saja, setidaknya aku tau benda apa yang kau cari," ucap Alisha.

Ansel berbalik badan dan berjalan menghampiri istrinya.

"Benda berbentuk kotak, yang di dalamnya ada kalung. Itu pemberian ibuku. Aku lupa meletakkannya di mana. Seingat ku ada di bawah lipatan baju," jelasnya.

Alisha mengerutkan keningnya, "Ibumu memberikan kalung untukmu?" tanyanya.

Ansel berdecak, "Bukan untukku, katanya untuk istriku kelak. Kalung itu hanya ada satu di dunia ini. Karena ibu sendiri yang mendesain nya."

Alisha mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menatap Ansel dengan santai, "Berarti kalung itu milikku, kan?" tanyanya dengan percaya diri.

Ansel mendengus, "Kau ingin aku memberikannya pada wanita lain?" tanyanya dengan remeh.

Alisha mengendikkan bahunya, "Terserah. Itukan hak mu," ucapnya acuh. Ia beranjak dari duduknya dan membuka laci nakas yang ada di dekat tempat tidur.

"Benda ini yang kau cari?" Alisha mengangkat kotak berisi kalung yang Ansel cari tadi.

Wajah Ansel berubah kesal. Ia berjalan menghampiri Alisha lalu mengambil kotak itu dari tangan Alisha.

"Kenapa kau diam saja dari tadi?" Wajah Ansel terlihat makin kesal.

Alisha mengendikkan bahunya, "Kau tidak bertanya," jawabnya dengan santai.

Ansel berdecak lagi. Ingin membantah, tapi yang dikatakan Alisha juga benar. Malas berdebat ia pun keluar dari kamar sambil membawa kotaknya.

Alisha langsung berteriak, "Bereskan pakaianmu dulu!"

Ansel menoleh, "Karena kau sudah menyembunyikan kalung ini, maka itu hukuman untuk mu. Bereskan semuanya," ucapnya sambil menunjuk pakaian yang berserakan di lantai.

Belum sempat Alisha berucap, Ansel sudah keluar dari kamar dan entah kapan pria itu mengambil kunci lalu langsung mengunci pintu kamar. Tujuannya agar Alisha benar-benar menjalankan hukumannya tanpa dibantu para pelayan. Tadinya Ansel ingin meminta pelayan agar membereskan semuanya, tapi, karena Alisha sudah membuatnya kesal, jadilah istrinya itu yang ia suruh melipat kembali pakaiannya.

Alisha bukan menyembunyikannya, ia mendapati kotak itu terjatuh di depan lemari. Mungkin saat Ansel mengambil pakaian, pria itu tak sengaja menjatuhkannya. Dan akhirnya Alisha menyimpannya di laci nakas. Daripada hilang dicuri pelayan, lebih baik ia yang menyimpannya.

Alisha adalah gadis lugu dan pendiam jika di rumah. Tapi, saat ini ia sudah berada di dalam lingkungan Ansel. Sesuatu yang selama ini ia pendam pun langsung keluar begitu saja ketika menghadapi kelakuan suaminya yang menyebalkan itu.

Terbukti, sekarang makian dan umpatan kasar keluar dari mulut Alisha yang ditujukan untuk sang suami.

Poor Ansel...

****

Karena Alisha adalah gadis penurut, jadilah ia benar-benar membereskan semuanya. Tapi, dengan wajah kusut tentunya. Sedikit tidak ikhlas. Padahal di mansion banyak pelayan. Ansel memang tidak akan pernah membuat Alisha duduk manis sambil berkhayal.

Butuh satu setengah jam untuk Alisha membereskan semuanya. Bahkan tanpa diminta, ia juga mengganti seprei. Menurutnya, seprei Ansel sangat monoton, tidak ada cerah-cerahnya.

Dan darimana ia mendapatkan seprei? Tentu dari si kembar. Lebih tepatnya di Veera.

Alisha meminta Veera untuk membelikan seprei baru lalu mengantarkan ke mansion. Setelah mendapatkannya. Alisha meminta Veera untuk mengunci kamarnya kembali. Untung mereka sempat bertukar nomor ponsel tadi.

Bagaimana Veera mendapatkan kuncinya? Tentu dia yang memintanya pada Ansel dengan alasan gelang miliknya tertinggal di kamar pria itu.

Alisha mendadak suka menjahili Ansel. Terlebih Ansel suka seenak jidat menyuruhnya membereskan pakaian yang berserakan setelah sebelumnya mengurungnya di kandang River hingga terkena demam.

"Semoga kau suka dengan kejutan ku," gumam Alisha sambil tersenyum senang. Ia tak sabar melihat reaksi Ansel.

***

Terpopuler

Comments

merry jen

merry jen

ko ansell gt SII SK bgtt nyiksa bini yy pdhll bini y lohh bukn pelynn nyaa hrs perkejaan pelynn ,,alish jg diam ajj dsrh suruhh

2024-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!