Eps 6

Setelah tega mengurung Alisha di kandang harimau, Ansel malah jalan-jalan sendiri tanpa memikirkan keadaan istrinya. Untung saja ada bodyguard yang berbaik hati membukakan pintu kandang.

Kekesalan Alisha bertambah ketika Bibi Gina dan Bibi Yasmin berkunjung. Entah apa yang kedua wanita itu lakukan. Dengan sedikit terpaksa, Alisha datang menyambutnya meskipun matanya sedikit sembab karena menangis tadi.

"Bukannya menyambut kami, kau malah baru datang menghampiri dengan tangan kosong? Aku jadi tak yakin jika kau bisa mengurus Ansel, menyambut kami saja kau tidak becus, apalagi mau mengurus Ansel. Aku lebih yakin kau adalah wanita haus belaian yang berusaha memikat hati Ansel, lalu setelah berhasil membuat keponakanku jatuh cinta, kau akan menguras hartanya dengan perlahan, benar kan?!" tuding Bibi Gina pada Alisha yang sedang duduk si hadapannya.

Alisha menatap Bibi Gina dengan senyum tipis, "Kau terlihat begitu paham, Bibi, kau juga lancar saat mengatakannya. Apakah itu yang sedang Bibi lakukan pada Paman Theo?"

Ucapan Alisha memang terdengar lemah lembut, tapi terdengar seperti sindiran di telinga kedua wanita itu.

"Kau! Apa maksudmu?!" teriak Bibi Gina. Ia berdiri dari duduknya sambil menunjuk Alisha dengan ekspresi marah.

"Jika itu tidak benar, seharusnya Bibi tidak marah," ucap Alisha dengan santai.

Aku tidak ingin diinjak-injak lagi, batin Alisha.

Ia memang bertekad untuk melindungi dirinya sendiri. Saat keluar dari mansion keluarganya, Alisha langsung berjanji pada dirinya sendiri agar teguh menghadapi orang-orang seperti keluarganya yang suka mencaci-maki dirinya, salah satunya ya seperti Bibi Gina ini.

Masa bodo jika yang ia lawan adalah orang tua, jika orang tua seperti mereka ini mengucapkan kata-kata tak mengenakkan, kenapa harus dibenarkan? Alisha juga sudah lelah diinjak-injak terus.

"Berani-beraninya! Dasar bocah kurang ajar!" pekik Bibi Gina. Wanita yang sudah tak muda lagi itu berjalan menghampiri Alisha dan hendak menamparnya. Tapi, tangan Alisha sudah lebih dulu menahan tangan Bibi Gina.

"Tolong jaga sikap mu, Bibi. Ini bukan kandang mu. Kau hanya tamu di sini," ucap Alisha sambil menatap datar Bibi Gina.

"Kurang ajar! Begini kah hasil didikan orang tua mu?!" pekik Bibi Yasmin. Dia merasa geram dengan tingkah Alisha. Padahal tindakan Alisha hanya semata-mata untuk melindungi dirinya sendiri.

Alisha menghela nafas lalu melepaskan tangan Bibi Gina begitu saja.

"Ya, ini adalah hasil didikan mereka," jawab Alisha.

"Jadi, Bibi... Apa tujuan kalian kemari? Jika sudah selesai dengan urusan kalian, bisakah kalian pergi dari sini? Aku lelah dan ingin istirahat," lanjutnya. Terkesan kurang ajar memang, tapi, Alisha benar-benar kesal pada kedua Bibinya itu.

"Kau tak seharusnya bicara seperti itu pada kami! Aku bisa saja mengadukan mu pada kakak ipar," ucap Bibi Yasmin sambil menatap sinis istri dari keponakannya itu.

Alisha kembali menghela nafas. Jujur saja, ia bosan meladeni kedua wanita itu. Alisha paling tidak suka berdebat, tapi jika tentang harga diri, maka Alisha akan melakukannya.

Mereka duduk kembali dengan tenang, pelayan pun sudah menyajikan makanan ringan dan juga minuman.

"Di mana Ansel? Kami ingin bertemu dengannya, ini perintah Ayah," ucap Bibi Gina. Matanya tak henti-henti melirik Alisha dengan sinis.

"Dia baru saja keluar, aku tidak tau ke mana," jawab Alisha.

"Istri macam apa kau ini? Suami pergi saja tidak tau!" sahut Bibi Yasmin.

"Lebih baik kau ceraikan saja Ansel. Biar kami yang mencarikan gadis yang lebih layak untuknya," lanjutnya.

Alisha semakin bingung, pembahasan yang kedua wanita itu bahas semakin aneh. Apa hubungannya tidak tau suami pergi dengan mencarikan gadis baru? Aneh.

Alisha mengendikkan bahunya, "Carikan saja jika dia mau. Padahal dia yang mendatangiku lebih dulu dan memaksaku untuk menikah dengannya. Aku tak yakin jika dia mau," ucapnya dengan percaya diri.

"Ada apa ini?" Entah munculnya dari mana, Ansel tiba-tiba sudah berada di dekat mereka sambil menenteng sebuah paper bag di tangannya.

Alisha langsung menatap sinis suaminya itu. Ingat, dia masih marah pada Ansel.

"Nah, Bibi, orang yang kau cari sudah datang. Aku permisi." Setelah mengatakan itu, Alisha langsung pergi ke kamar untuk ganti baju sekaligus mandi.

"Dasar wanita tidak memiliki sopan santun," gumam Bibi Gina dengan geram.

Ansel menatap kedua bibinya itu, lalu memberikan paper bag yang ia bawa pada pelayan dan berkata, "Berikan pada istriku."

Fokusnya kembali pada Bibi Gina dan Bibi Yasmin. Seburuk apapun kelakuan bibinya, Ansel tetap menghormati mereka. Walaupun sedikit terpaksa.

****

Gadis yang memakai baju putih oversize dan juga celana training itu berdiri di tepi balkon kamar. Ternyata, di bawahnya ada kolam renang yang lumayan luas dan dalam. Alisha jadi ingin berenang, meskipun tak bisa berenang. Selama ini, Alisha tak pernah berenang di kolam renang, tapi kalau ditenggelamkan, Alisha tentu pernah mengalaminya.

Mengingat hal itu, Alisha menghela nafas berat. Ia menyelipkan rambutnya yang terurai ke belakang telinga, lalu berbalik duduk di sebuah kursi rotan yang ada di sana.

Baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, suara ketukan pintu langsung terdengar. Dengan sedikit malas, Alisha berjalan dan membuka pintunya.

"Ini dari Tuan Ansel, Nona," ucap sang pelayan sambil menyerahkan sebuah paper bag. Pelayan ini berbeda dengan pelayan yang tadi menemaninya berkeliling, wajahnya lebih bersahabat kalau yang ini.

Alisha menerimanya lalu mengucapkan terimakasih. Ia kembali duduk di kursi yang ada di balkon sambil menatap paper bag itu yang ia letakkan di atas meja kecil di sampingnya.

"Pria aneh itu, membelikan ku ini?" gumamnya.

Sekotak donat mahal, cup cake, dan juga es krim. Cukup menggugah selera sebenarnya. Karena Alisha jarang memakan makanan itu saat di mansion keluarganya dulu.

Karena ia masih agak kesal pada Ansel, jadi ia hanya memakan satu cup cake, setelah itu ia tidur.

Ansel menatap kepergian kedua bibinya dengan datar. Ia kembali masuk ke dalam mansion dan meminta pelayan untuk membuatkan jus apel lalu diantarkan ke kamar.

Pria itu mengerutkan keningnya saat melihat Alisha yang tertidur pulas di atas ranjang. Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 12 siang.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki, sebelum duduk di sofa sambil memainkan laptopnya. Tak lama, jus apel pesanannya tadi datang.

Ansel berjalan menuju balkon sambil sesekali menyeruput jus apelnya. Ia menatap paper bag yang tadi ia bawa. Mengintip isinya, ternyata Alisha tak memakannya. Es krimnya pun sedikit mencair.

Ansel kembali masuk ke kamar setelah meletakkan gelas jusnya di atas meja.

"Kau tidak memakannya?" tanya Ansel. Padahal sudah jelas jika Alisha sedang tidur.

Wajah istrinya itu terlihat pucat. Mungkinkah gadis itu kelelahan saat ia kurung di kandang River tadi? Tapi, Ansel tidak merasa bersalah karena sudah membuat Alisha ketakutan.

Ia menyentuh kening Alisha, dan benar saja, istrinya itu demam. Ketakutan dan kelelahan, mungkin itu menjadi penyebab utama Alisha terkena demam. Segera Ansel menghubungi sahabatnya yang menjabat menjadi seorang dokter.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!