Aydan itu pria dewasa, usianya sudah dua puluh delapan. Bohong saja hingga di usia itu belum pernah mengenal cinta. Ia bahkan pernah menghabiskan waktu kurang lebih 4 tahun menjalin hubungan berpacaran dengan seorang wanita yang membuat irama jantungnya berloncatan saat bola matanya beradu tatap. Namun seiring dengan waktu dan jarak yang tercipta karena Aydan melanjutkan studinya di LN. Pulang pulang Aydan sudah di kejutkan dengan isu perselingkuhan Natasya, bahkan dengan Om Om tajir. Bukan selingkuh sih. Tetapi ternyata sejak masih berstatus pacaran sama Aydan, cewek itu memang sudah jadi simpanan Om om. Makanya saat mereka dekat, Natasya terlihat kaya dan sebanding dengan Aydan yang memang anak konglomerat.
Sejak tau kekasihnya berprofesi sebagai sugar baby, Aydan mundur. Trauma juga dengan setiap wanita cantik dan terlihat perfect. Menurutnya di balik wanita glowing selalu ada usaha besar untuk meraih dan mempertahankannya. Tak terkecuali menjadi wanita simpanan. Tidak ada keglowingan yang haqiqi, sebab semua itu perlu modal. Maka Aydan illfeel dengan rupa wanita yang cantiknya kebangetan. Ia cukup jera terpesona dengan kecantikan Natasya, memilih untuk sendiri dulu dan meluangkan waktu lebih lama lagi dalam hal mengenal wanita yang akan ia jadikan pasangan hidup selamanya. Adalah hal yang kini ia jalani. Tetapi bagaimana ini, masa jantungnya sudah kelainan saja saat punggung tangannya di gosok lembut oleh Alluna. Ini hanya pertemuan mereka dalam dua hari lho.
“Eh, maaf ya Mas Rahmad.” Tangan kanan Aydan di tepuk-tepuk oleh Alluna seolah menyesal telah bertanya seperti tadi.
“Ah, gak papa Non Dokter. Kemarin gak sempat brenti di serba tiga lima, untuk cari yang baru.” Jawab Aydan mendongakkan wajahnya menampilkan gimannya pada Alluna. Bukannya lega, Alluna justu semakin merasa bersalah mendengar CS itu bilang akan belanja di serba tiga lima, artinya ekonomi pemuda di depannya ini memang tidak sama dengannya.
“Besok box makanmu ku balikin deh. Sekalian ku masakin deh, mas Rahmad Sukanya apa? Eehm, dua hari ini makannya nasi uduk terus. Suka banget ya nasi uduk?” ternyata Alluna seperhatian itu. Walau terbilang sangat baru, tapi ia jeli dengan bekal makan Rahmad.
“Suka, iya. Gak ada pilihan juga iya.” Jawab Rahmad dengan memandang bola mata Alluna.
“Gimana?”
“Ya maklum lah non. Gua pan ngekost, jauh dari orang tua. Gak punya bini juga, kagak ade yang masakin gitu. Jadi beli makanan di deket kost aje, murahnya pasti. Enaknye dapet.” Jawab Aydan dengan senyum sumringah, walau tangan Alluna sudah tidak di atas punggung tangan kanannya lagi.
“Owh gitu. Besok ku masakin boleh? Tapi gak nasi uduk, gimana?” tanya Alluna ceria. Seolah bersemangat sekali akan memask untuk Aydan.
“Jangan hanya masak untuk besok kali beib, tuk selamanya kek.” Huh uh, hati Aydan ngelunjak nih denger Alluna minta ijin masak buat besok, eh. Malah minta di masakin untuk selamanya.
“Ga usa non dokter, ngerepotin aje.” Hah, Skrip di dalam hati jawabnya apa, yang keluar apa. Gak singkron nih mulut sama hati Aydan. Elu beneran suka Ay sama Luna?
“Gak repot kok, tinggal ku samain aja dengan bekalku.” Jawab Alluna senang. Padahal aslinya Alluna merasa senang, misal besok ia akan menyiapkan dua bekal. Maka, ingatannya kembali pada masa-masa indahnya masih berpacaran dengan Rae. Saat mereka merenda hari bersama di kampus yang sama, mengejar cita-cita juga merawat cinta yang kian lama kian dalam juga melekat. Sulit bagi Alluna begitu saja melupakan Rae cinta pertamanya.
“Ye kalo emang kagak ngerepotin, gua yess aja.” Jawab Aydan antusias.
“Makan non.” Ujar Aydan membuyarkan Alluna yang sempat mematung dalam beberapa menit.
“Oh, iya.” Jawabnya singkat.
“Luna, hum. Udah dapat di prediksi nih. Kamu pasti makannya disini. Ku temani ya.” Tiba-tiba seorang pria masuk dalam kategori tampan menghampiri Aydan dan Alluna di pojokan itu. Dengan jas putih yang masih melekat di tubuhnya, seolah ingin menunjukan profesinya sebagai dokter walau di area tempat umum, bukan tempat kerja.
“Hey, dokter Irfan.” Sahut Alluna pada pria yang sudah meletakan b0kongnya di sisi kiri Alluna menghadap Aydan.
“Sama siapa sih?” dengan sinis Irfan memandang kearah Aydan yang terlimat buru-buru ingin menghabiskan nasi uduknya.
“Sama Mas Rahmad.” Jawab Alluna santai kembali menyuap nasinya ke dalam mulut.
“Keluarga pasien? Atau kerja di sini juga?” tanya Irfan penasaran dengan manusia di depan Alluna. Aydan dan Alluna sama-sama tidak menggunakan atribut kerja mereka, sehingga terlihat seperti manusia biasa saja, jas putih dan celemek CS mereka tanggalkan sebelum masuk musholla tadi, jadi penampilan keduanya terlihat seperti manusia biasa laiannya.
“Kerja pak dokter.” Jawab Aydan di sela kunyahan makanan yang sudah kosong dalam mulutnya.
“Koas baru?” tanya Irfan penuh selidik, sambil mengeluarkan vapenya.
“CS pak dokter.” Jawab Aydan jujur.
“Hah? ngapain sih Lun bergaul kok sama CS. Aku kurang apa sih?” dengan prontal lelaki bernama Irfan itu bertanya pada Alluna, sambil mengibas-ngibaskan asap rokok elektronik beraroma buahan itu kearah mana saja, asal tidak mengenai Alluna.
“Kamu kurang ajar aja, orang makan malah di kasih polusi.” Alluna terlihat anggun dan sopan, namun cukup berani dalam hal mengungkapkan perasaanya. Jelas terlihat ia tidak suka di dekati oleh lelaki bernama Irfan bahkan berjas putih. Jelas pria itu lebih mapan dari pada Rahmad yang hanya menggunakan celemek CS.
“Ini tuh Kawasan bebas asap rokok, Lun.” Irfan membela diri.
“Iya, tapi gak harus di dekat aku yang sedang makan siang ini. Cari tempat duduk lain deh.” Usirnya dengan sangat jelas. Sedangkan Aydan terlihat semakin cepat memasukan makanan ke perutnya.
“Mestinya kamu makan di kantin yang ada ACnya sama aku, bukannya makan bareng lelaki gak jelas ini.” Jawab Irfan tidak melanjutkan isapan vapenya sambil memperhatikan manusia culun di depannya, heran Irfan melihat tampang CS di depannya, yang sudah berani makan bersama gadis incarannya bahkan sejak Alluna baru menjadi koas di rumah sakit itu.
“Emang kamu siapanya aku, suka ngatur.” Jawab Alluna terlihat bad mood.
“Mas Rahmad boleh minta nomor hapenya, biar besok kita janjian ketemu di mana untuk makan siang.” Alluna tanpa malu meminta nomor ponsel Aydan di depan Irfan yang semakin terlihat jengkel dengan dua manusia di depannya.
“Tapi anu non.” Aydan tadi pagi sudah di hina Bolas soal tipe ponselnya yang tidak android. Sekarang apa mungkin ia akan di tertawakan Alluna saat tau, ia tidak menggunakan ponsel canggih.
“Anu apa? Gak punya ponsel?” tanya Alluna yang tidak menghiraukan kehadiran Irfan di antar mereka berdua Aydan.
“Ini Non. Kata bang Bolas ini hape terbaru tapi kapasitas jadul.” Aydan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
Bersambung …
Niih nyak kasih dobel hari ini buat ngisi weekend, si kaum rebahan.
Selamat Tahun baru bagi readers yang merayakannya
Gong Xi Fat Chai🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
irfan dokter tapi kelakuan ngasal
2024-11-08
1
Andreas Dwi Purwanto
hmmmmmmmm
2025-03-11
0
anjurna
Dokter Irfan nggak sopan banget. Ngerokok di depan orang makan/Sweat//Hammer/
2024-03-09
2