Aydan sudah mendapatkan gigi panjang dan maju dari dokter gigi yang tentu dapat ia percaya untuk menjamin kerahasiaan misinya. Aydan bahkan melakukan itu di Kota Bandung untuk meminimalisir kebocoran informasi. Tentang model rambutnya sekarang pun, penata rambut yang bawel akan penampilan Aydan dengan rambut lepek, kaku dan belah tengah tadi juga sudah Aydan bayar mahal untuk ia jadikan penata rambut pribadinya.
Namanya Mardi tapi maunya di panggil Marlin, biar sesuai dengan kecantikannya katanya. Ia cerewet dengan penampilan Aydan yang jelek drastis. Dari pada pria jadi-jadian itu makin banyak omong, sekalian saja Aydan memasang giginya biar jelek sekalian. Sehingga mengertilah Marlin, bahwa tujuan Aydan memang bukan menjadi pria tampan.
Kemudian Marlin justru menyiapkan wig yang sangat natural alami untuk Aydan, jika dalam waktu singkat ia perlu merubah penampilannya menjadi Aydan yang tampan sesuai wujud aslinya. Ya, semesta pun mendukung misi penyamaran Aydan.
Ruangan Aydan ada di lantai paling atas Gedung rumah sakit, berada paling pojok dan paling di hindari patra pegawai untuk berurusan di sana. Entahlah, para pegawai merasa jika ruangan yang bertuliskan Ruang Direktur itu malah terbaca Rumah Hantu, berkesan horror dan memerlukan nyali yang besar untuk masuk dan bertemu dengan pemilik ruang tersebut.
Namun tidak dengan Anggara, menurutnya Aydan adalah bos yang humble. Walaupun memang terkesan sombong karena jarang bicara. Isi obrolannya kalo gak perintah, evaluasi, ya urusan pekerjaan saja. Seperti hari itu, ia sudah di panggil untuk menyerahkan bukti komplen dari pengunjung rumah sakit.
“Ijin pak, Ini Salinan bukti komplen para pengunjung rumah sakit kita per tiga bulan,” Lanjut Anggara dengan sopan lalu menyodorkan map kepada Aydan.
“Oh, iya. Pak Angga sudah baca semua?” tanya Aydan masih dengan masker yang menutupi are mulut dan hidung.
“Iya pak, saat membuat Salinan semua sudah saya baca.”
“Menurut pak Angga?”
“Memang komentarnya tidak semua negative, tapi ada beberapa hal yang harus kita selidiki dulu. Tentang beebrapa oknum dokter yang suka semena-mena dengan dokter lain, perawat yang kasar dalam menangani pasien, soal petugas kebersihan yang kadang terlambat membersihkan ruang rawat.”
“Apa rencana pak Angga untuk mengatasi ini?” pancing Aydan pada Anggara.
“Mungkin kita harus mengadakan sidak ke tiap bagian pak, atau memperbanyak CCTV untuk mendapatkan bukti sehingga kita bisa melakukan tindak disiplin pada oknum tersebut, jika komplen itu benar adanya.” Jawab Anggara sunguh-sungguh.
“Kamu bisa jaga rahasia?” tanya Aydan membuka maskernya dan membuat Anggara terkejut.
“Pak Aydan?” tanyanya dengan mata hampir keluar.
“Tolong jaga rahasia ini pak. Di rumah sakit ini yang tau saya begini hanya Pak Angga dan Annaya adik saya. Jika masih ingin terus bekerja di sini, kerja sama Pak Angga sangat saya perlukan.” Aydan itu tegas seperti Kevin, makanya para pegawainya sungkan untuk sekedar dekat atau sekedar mengakrabkan diri padanya.
“Siap. Saya mengerti pak.” Jawab Anggara segera.
“Kamu lihat pintu itu?”tunjuk Aydan pada bagian depan kirinya duduk.
“Itu pintu baru yang 2 minggu ini saya minta tukang buat. Itu lift khusus dengan sidik jari saya, yang terhubung langsung dengan lantai dasar tanpa hambatan. Hanya saya yang bisa menggunakannya, untuk mempercepat saya berubah wujud.” Aydan menjelaskan pada Anggara. Pantas saja ada beberapa bagian yang terlihat di renovasi, saat Anggara bertanya pada pekerja. Jawaban mereka itu atas perintah direktur, maka diam saja adalah hal yang dapat Anggara lakukan.
“Save nomor panggilan darurat saya, ingat panggilan darurat. Jika tidak di call ya SMS saja.” Aydan menyodorkan ponsel lipat tapi bukan samsul yak. Ponsel keluaran terbaru, berkamera belakang tapi bukan buah tergigit apalagi android. Sempurna bukan penyamaran Aydan.
“Siap.” Jawab Anggara sembari menyimpan nomor ponsel itu dengan rasa kagum yang mendalam dengan atasannya tersebut.
“Oh iya satu lagi. Nama saya Rahmaddan, tolong kamu daftarkan saya ke bagian cleaning servis. Bilang saja ke bagian HRD dan kepala CS. Bilang saja, saya sodara jauhmu atau tetangga atau apapun. Agar saya bisa langsung bekerja.” Pinta Aydan kemudian.
“Siap, laksanakan Pak.” Jawab Anggara tanpa bertanya apapun, ia hanya speechless dengan cara berpikir pria muda di depannya ini.
Aydan tertawa sendiri saat melakukan swafoto, lalu mengirimkannya pada Annaya. Adiknya itu sudah bagai sabahat bagi Aydan, bukankah rentang usia mereka hanya beda hampir 2 tahun. Jadi sejak kecil Aydan memang selalu dekat dengan Annaya. Yang bahkan saat usia Annaya kecil juga baru 2 tahun, mereka harus punya adik lagi Adera Bintang Mahesa (Kemarin Readers ada yang lupa “Adera siapa?”). Sehingga kecilan dua bocah itu lebih banyak bersama babe Rojak dan Nyak Time.
“Kak Ay!” Pekik Annaya bahkan tidak mengetuk pintu, menerobos masuk ke ruangan Direktur untuk menemui Aydan yang baru saja mengirim foto dirinya dengan penampilan barunya.
“Hai …” Sapa Aydan ramah dengan senyum lebar dan bagi Annaya itu sangat menggelikan.
“Assalamualaikum.” Salam Annaya kemudian setelah dapat memastikan jika pria yang duduk di kursi direktur itu sungguh kakaknya Aydan.
“Walaikumsalam. Perkenalkan nama gua Rahmaddan, boleh dipanggil Rahmad atau Madan. Maaf kite gak pake Hildimar dulu ye Mpok.” Aydan memperkenalkan dirinya pada Annaya yang terlihat masih kaget.
“Iih, kakak norak banget sih.” Sumpah Annaya geli melihat tampang Aydan.
“Gimane? Masih ada Aydan kagak di dalam diri Rahmaddan?” tanya Aydan lagi sambil terkekeh mendekati Annaya.
“Kagak, kagak udah ke laut, pantai atau gunung kali si Aydan Atthallah Hildimar nye bang.” Annaya kadang juga bisa menggunakan dialek Betawi, terutama jika mereka sedang bercanda dan kumpul keluarga.
“Oke gass,m oke gass, mantep kan bos?” Aydan malah sedikit mengoyang tubuhnya memberi kesan lebih norak lagi di hadapan Annaya membuat ibu dari satu anak itu semakin geleng kepala melihat kakaknya yang makin konyol menurutnya.
“Kak, nanti tolong jangan begini di hadapan Anye yak. Susah kita ngejelasinnye.” Pinta Annaya pada Aydan.
“Ya iyalah, bisa berabe kalo bocah comel itu tau. Mangkenye gue kagak bobo di Hildimar Castil lagi.”
“Segala castil. Terus kakak bobo di mane? Apartemen?” Iya Aydan tentu punya sebuah unit tempatnya kadang mau menyendiri dan mencari inspirasi. Sebab kadang ia memang butuh privasi yang tentu tidak selalu bergantung dengan Muna dan Kevin saja.
“Nay, kakak nyamarnye jadi cleaning Servis. Masa iye, punya apartemen?” lanjut Aydan agak protes.
“Troos di mane?”
“Di rumah engkong dong.” Senyumnya mengembang. Bangga rasanya bisa kembali tinggal di rumah yang banyak menyimpan kenangan bersama kakek dan nenek tercinta mereka itu. Hanya usia Kevin saja sudah 62 tahun. Masa Engkong Rozak 100 tahun. Ye maaf, Nyak time dan babe Rozak udah meninggoy ya readers. Tetapi percayalah, esensi cerita ini tidak akan hilang walau tokoh kesayangan para reader sudah tiada.
Bersambung ….
Tanam ubi tumbuh menjalar
Tunggu tiga bulan pasti berbuah
Terus ramaikan kolom komentar
Mungkin besok nyak undi biar dapat hadiah
Kalo sakit parah, ya ke ai ci yu,
kalo kangen, harus ai see yu
😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁
2024-11-03
1
bunda n3
oalaaah, aku masih penasaran dengan anaknya muna yg ke 3
2024-06-02
2
muthia
br dapat langsungnya masuk favorit
2024-04-26
2