Perangai Aydan di rumah sakit sepintas agak pendiam, seolah jaim, mungkin karen jabatannya. Tetapi aslinya tidak. Aydan banyak menghabiskan waktu kecilnya dengan babe Rojak dan Nyak Time yang lucu, nyablak tapi sarat nasehat.
Sehingga ketika berlakon menjadi Rahmaddan, Aydan justru merasa bebas bicara dan berekpresi sesuai keinginan. Tanpa harus menjaga imejnya sebagai direktur atau pejabat yang harus terlihat sempurna.
"Pak, gadis tadi tanya apa sama bapak?” Setelah sedikit membungkuk badan tanda hormat Satpam itu menandang Aydan dengan cermat. Serasa tak percaya, jika direkturnya bertanya hal yang menurutnya gak penting.
"Gadis yang baru lewat tadi Pak?" Satpam memastikan.
"Iya, itu yang punggungnya masih terlihat." Tunjuk Aydan pada bagian belakang tubuh Alluna yang berjalan pelan menuju parkiran.
"Oh, itu. Tadi dia mau menitipkan box makanan. Katanya punya salah satu CS yang tertinggal." Jelas Satpam itu pada Aydan.
"Lalu?"
"Saya tolak pak, kan CS di sini banyak. Mana besok pagi bukan saya lagi yang jaga. Bukannya kembali ke pemiliknya, ntar malah hilang." Urai Satpam itu apa adanya.
Aydan mengangguk setuju. Sekaligus senang, bisa jadi besok dia akan bertemu calon dokter itu lagi di lantai 3.
"Oh, baik. Mari." Pamit Aydan sopan. Kemudian berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan supir untuknya.
Mobil Aydan agak lama di depan lobby, gegara kepo dengan Satpam. Membuat beberapa mobil mengantri di belakang mobilnya.
POV Alluna.
"Iih mobil siapa sih, ngalangin jalan aja. Pejabat? Atau petinggikah? Semau-maunya parkir di depan lobby. Kayak dia yang punya rumah sakit ini aja." Dumel Alluna sendiri dari dalam mobilnya. Bola matanya agak melotot dan terus memperhatikan mobil parkir di depannya dengan perasaan agak dongkol.
Tin tiint
Sempat saja Alluna memencet klakson saat seorang lelaki berpakaian rapi dengan tubuh atletisnya setengah berlari menerima kunci dari seseorang. Lelaki itu menatap kearah mobil yang memencet bel klakson, menyempatkan meletakkan dua telapak tangan yang saling bertemu di depan dada. Sebagai permintaan maafnya.
"Oh, lelaki yang di mushola tadi." Gumam Alluna mengenali si pemilik mobil yang menghalangi jalannya, tapi tidak tau siapa Namanya. Walau mereka sudah 2 kali hampir berpapasan karena jarak tubuh yang dekat.
"Hum, tampan sih. Tapi kalah cute sama si Rae ku." Dengan mengangkat bahunya dan setengah mencibir melihat Aydan.
Alluna yang masih menjaga dengan baik Rae dalam relung hatinya. Walau mereka sudah bersepakat untuk mengakhiri hubungan yang mereka bina bahkan sat masih berseragam putih abu. Tetapi sepertinya kata putus itu hanya di bibir saja, tidak dengan hatinya.
Alluna terlalu hanyut dengan semua yang ada pada Rae, gadis itu belum bisa move on dari pria manis nan romantic walau terlampau posesif karena rasa sayangnya kelewatan.
“Huh, kenapa sih di dunia ini harus banyak ajaran agama dan kepercayaan.” Sungut Alluna sendiri sambil menginjak pedal Das setelah memainkan tuas koplingnya. Mengemudi dengan perlahan sebab mobil Aydan juga sudah tidak menghalangi jalannya. Jatuh lagi air bening dari sudut mata Alluna, perasannya terlampau besar pada Rae. Hingga saat mereka sepakat mengakhiri pun, hatinya enggan pergi.
***
Aydan menepuk jidatnya sendiri, lupa mengapa dia harus pulang sebagai Aydan ke rumah babe Rozak. Bukankah pagi tadi ia pergi dengan Yamaha 70nya sebagai Rahmad, demi terbawa suasana pasca sholat magrib tadi, ia bahkan lupa berubah wujud kembali. Yah, begitulah aktor amatir. Baru bermain peran sehari saja sudah lupa harus berlakon menjadi siapa. Membalik arah menuju rumah sakit, mengembalikan mobilnya ke parkiran. Lalu masuk ruangannya, kembali menjadi Rahmad. Kini Aydan palsu sudah berada di atas jalanan hitam, menembus hari yang semakin gelap menuju rumah babe Rozak.
Menjelang tidur, Aydan menyempatkan untuk berselancar di dunia maya dengan gawai canggih yang sengaja tidak ia pegang selama menjadi Rahmad. Idenya datang untuk membuka aplikasi media sosial dengan mengetik nama Alluna yang kebetulan tidak di privacy.
“Biar Tuhan yang menyerah sampai kita akan bersama” susunan kata itu tersusun dan terpampang nyata pada reel seorang calon dokter itu. Itu adalah postingan Alluna enam bulan lalu. Banyak respon yang di ungkap pada kolom komentar di bawahnya.
Salah satunya menurut Aydan agak unik.
“Kadang Tuhan menguji manusia dengan cinta beda agama, hanya untuk memastikan apakah manusia lebih mencintai penciptanya atau ciptaanya” Komentar ini bagai lampu yang terang benderang bagi Aydan. Simpulan tercepatnya ialah Alluna sudah memiliki kekasih atau sudah menjadi mantan kekasih. Yang hubungan mereka terhalang kepercayaan.
Ralluna
Begitu nama netizen yang memberi komentar itu, yang bahkan di balas oleh Alluna dengan emot lambang hati merah terbelah dua di tengah, banyak berujung emot menangis.
Aydan terus menscroll media sosial itu, sungguh ada beberapa pic Alluna di sana, ada pula sosok lelaki bersamanya. Hanya saja posisi mereka saling membelakangi, hanya kedua tangan mereka bertaut. Alluna sepertinya sengaja, tidak ingin wajah kekasihnnya terekspos.
“Neng, nasi uduknya satu di makan di sini, satu di bungkus pake kertas kertasnya eneng aje ye.” Pinta Aydan pada Fitri. Ia masih getol sarapan uduk, siang uduk lagi. Entah kapan dia bosan terus mengkonsumsi nasi itu.
“Ngape kagak bawa box kayak kemaren bang?” tanya Fitri yang ingat jika kemarin lelaki ini juga memintanya membungkus nasi uduk untuknya.
“Ketinggalan di tempat kerja Neng.” Jawab Aydan singkat.
“Kerja di mane bang?” kepo Fitri sebab pengunjung sedang sepi.
“Di bengkel.” Jawab Aydan asal.
“Oh, bengkel motor ape mobil?” tanya Fitri lagi.
“Becak.” Jawab Aydan malas.
“Yaelah … baru tau gua kalo becak juge ade bengkelnya yak?” agak terkejut Fitri mendengar ada bengkel becak.
“Ya iyalah, becak itu gak boleh punah Neng. Alat transport tasi yang ramah lingkungan Cuma becak kali.” Puji Aydan pada kendaraan roda tiga dengan tenaga manusia itu.
Aydan sudah berada di rumah sakit. Meletakan nasi bungkusnya di dalam loker, kemudian memasang atributnya sebagai CS di sana.
“Hai dek Giman, apa kabar kau hari ini?” gelegar suara menyapa Aydan, itu pasti Bolas. Sangat jelas dari suara nyaring dan logat bahasanya.
"Hah, Giman sape? Gua Rahmad Bang." Balas Aydan sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Mungkin ada orang lain selain dia yang di maksud oleh Bolas.
"Hah. Siapa lagi yang punya gigi mancung di sini, selain kamu ? Ha... Ha... Haaa" tampak senang sekali Bolas sudah berhasil memberi gelar baru untuk Aydan.
"Ah, abang ini. Giman Giman gini, tapi membawa rejeki Bang." Aydan ikut tertawa. Menandakan ua tak marah mendapat nama baru dari Bolas.
Bersambung …
Dari mana datangnya lintah,
Dari selokan turun ke kali
Niat Nyak gak pernah nyerah,
Maunya up sehari 2 kali
Ayoook kasih bintang 5 dong
*️⃣☕🌹👍🎁🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
karakter batak, jujur apa adanya. 😁😁
2024-11-07
1
Andreas Dwi Purwanto
hmmmmmm.
2025-03-11
0
Wistari
sampai di sini dulu mampir nya , besok sambung lagi 😊
2024-03-21
2