Baru beberapa menit sebagai CS bahkan belum genap satu jam, tapi Aydan sudah menemukan sesuatu yang selama ini terjadi di rumah sakitnya. Benar yang di katakan ibunya. Semua laporan untuk atasan hanya tentang yang baik saja. Namun kenyataannya, sungguh diluar dugaannya.
“Oh, jadi Markonah itu hanya nama kehormatan untuk ibu Ona?” tanya Aydan memastikan kembali.
“Hah, hormat kepala mu saja. Tak usah kau panggil dia ibu. Dia itu tak pernah melahirkan kamu.!” Hm, Bolas selalu tidak pernah halus dalam berbahasa, tapi yang disampaikannya jua tidak salah.
“Terus gua harus ikut panggil dia Markonah gitu?” tanya Aydan lagi.
“Terserah kamu sajalah, abang pulang dulu ya. Cukuplah 2 jam abang tidur, sebelum mengojol lagi.” Bolas tampak melepas seragam CSnya lalu, mengambil jaket Bersiap akan pulang.
“Mengojol itu apa bang?” Aydan berjalan mengekor di belakang Bolas.
“Menjadi Ojol lah, tampangmu saja seperti anak muda. Tapi pengetahuanmu sudah seperti orang tua bangka saja, tidak update.” Lanjut Bolas lagi.
“Selain jadi CS, abang jadi ojol juga? Emang gaji kerja di sini kurang bang?” imbuh Aydan ingin banyak tau.
“Gaji di sini sebenarnya cukup saja, kalau hanya untuk membiayai dua anak dan satu istri. Tapi sekarang mamak ku lagi sakit, abang ini anak tertua. Tentulah semua harus jadi tanggung jawab abang. Pulang ya, bae baeklah kau bekerja, jangan pula mayat itu kau ajak bicara apalagi kau minta mereka ikut bersih-bersih, bisa kacau. Haha… haha” Bolas memang cendrung kasar tapi kadang lucu juga. Yang pasti hatinya baik, buktinya walau dalam kesederhanaan hidupnya ia tetap mengurus orang tuanya.
"Hati-hati Bang. Salam untuk keluarga abang." Sopan Aydan menatap kepergian Bolas si kasar yang baik hati.
“Mas, CS baru yak di bagian mana?” suara wanita terdengar memenuhi ruang dengar Aydan yang masih menggunakan masker.
“Iye neng, di jadwal tadi sih mestinya di ruang direktur. Tapi sudah diganti ke kamar jenazah oleh bu Ona.” Jawab Aydan sopan.
“Oh, aku Nafisa.” Ujarnya mengulurkan tangan.
“Rahmaddan.” Aydan menyempatkan membuka masker sebelum berjabat tangan. Membuat pandangan Nafisa agak berubah dari awal bertemu tadi, sebab ia hanya melihat bagian mata Aydan yang cukup bagus.
“Fisa” panggil Ona Markonah dari jarak yang cukup jauh dari posisi Aydan dan Nafisa bicara.
“Iya kak Ona, sebentar.” Tanpa aba-aba Nafisa sudah berjalan mendekati Ona. Aydan memilih berjalan dengan trolli alat kebersihannya, siap bekerja sesuai perintah kepala CS yang terhormat.
“Yang bersih kalo kerja.” Markonah itu sempat saja berpesan dengan nada juteknya, saat Aydan melewati Kepala CS itu.
“Siap. Permisi bu.” Pamit Aydan sopan lalu terus berjalan maju.
“Kita bicara di dalam.” Ona Markonah memberi perintah pada Nafisa.
Aydan tidak melanjutkan langkahnya sesuai rute, ia mengendap-endap kearah ruangan tempat Ona dan Nafisa bicara. Bisa saja mereka sedang melakukan konspirasi, sebagai Rahmaddan jiwa keponya tentu harus tinggi.
“Gimana? Dalam satu bulan ini kamu mau berapa kali membersihkan ruangan direktur, aku sudah mengupayakan ruangan itu untukmu dan menyingkirkan orang yang terjadwal disana.” Ujar Markonah dengan tegas.
“Aku maunya 2 kali dalam satu minggu kak. Jadi dalam 1 bulan ada 8 peluang aku bisa ketemu Direktur, tapi apa gak ada diskon? Jangan 50rb per masuk lah kak. Ku harus bayar 400rb dong kalo full.” Aydan terbelalak mendengar tarif masuk ruangannya sudah lebih mahal dari masuk wahana rumah hantu saja. Padahal selama Aydan bekerja di dalam ruangannya, hampir tidak pernah dia bertemu dengan CS yang sedang beroperasi. Entah ia terlalu lambat datang atau para CS itu memang kepagian membersihkan ruangannya.
“Hey, aku gak pernah maksa kalian untuk bayar ya. Kalo gak mau bertugas di sana ya gak masalah, masih banyak CS lain yang mau mendapatkan kesempatan itu. Apalagi dua minggu kedepan akan ada ruang tambahan di sekitar ruang direktur, pantry tempat membuat minuman dan makanan untuknya. Kamu tau apa pekerjaan di sana nanti? Menyuguhi direktur dan para petinggi lainnya dengan aneka minuman dan makanan secara langsung.” Urai Ona sangat terdengar mengiurkan.
“Wah, siapa yang beruntung bisa bertugas di pantry itu kak Ona?” tanya Nafisa penasaran.
“Siapa? Adalah mereka yang bisa memenuhi aturanku.” Jawab Ona sombong.
Aydan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan baru mendengar ada ruangan tambahan di atas lantai yang sama dengan ruangannya. Memang ada rencana, tapi bukan pantry. Yaitu ruangan kecil di depan ruangannya sebab sekarang ia memerlukan asisten baru, untuk mengurangi pekerjaan Anggara. Dengan adanya asisten baru nanti Aydan bisa lebih mudah berubah wujud kadang jadi direktur kadang jadi CS. Tapi, ide pantry itu perlu di pertimbangkan juga.
“Tolong rekrut aku saja kak Ona.” Pinta Nafisa setengah merengek pada Markonah versi Bolas itu.
“Maaf tidak terima orang pelit.” Jawabnya terdengar melangkah dan itu hampir membuat jantung Aydan copot. Setengah berlari Aydan mengejar trolinya, bersiap akan sungguh bekerja di kamar Jenazah.
Tempat Aydan bekerja sekarang terbilang bersih dan cendrung sepi. Ya iyalah, mana ada sesama mayat saling ngobrolkan. Bukan itu maslahnya, yang benar adalah tidak setiap hari pasien rumah sakit itu meninggal. Kebanyakan kalau tidak sembuh ya, minta rawat jalan atau pindah tujuan untuk mendapatkan penanganan lebih lagi demi kesembuhan.
Tiap ruangan di buat Tim terdiri dari 8 orang untuk bertanggung jawab dalam urusan kebersihan, ruangan pasien hingga toilet. Ketersediaan air minum umum pada koridor, hingga kadang diperbantukan menjadi kurir keluarga pasien juga menjadi tanggung jawab mereka. Di sini peran Ona Markonah memang sangat besar, sebab ia yang berhak mengatur tim mana yang bertugas di ruang mana. Ruangan yang menjadi incaran adalah ruang rawat VIP, ruang dokter spesialis dan lantai puncak, yaitu ruangan admin, HRD, Wadir dan Direkturnya.
Namun berbeda dengan kamar jenazah, di sana hanya di letakkan 4 orang CS yang pasti harus berjenis kelamin laki-laki saja, sebab tenaganya sangat di perlukan untuk membantu mengangkat jenazah. Selain kekuatan otot terlebih hati para lelaki cendrung tidak oleng saat melihat isak tangis keluarga pasein yang kadang tragis dan dramatis.
“Maaf aku terlambat.” Agak buru-buru seorang laki-laki datang kearah Aydan yang kerjaannya hanya duduk santai, karena pekerjaan sudah selesai. Peninggalan Bolas tadi sungguh bersih, sehingga Aydan hanya memantau dan memastikan lantai itu bersih bahkan hampir dapat di gunakan untuk bercermin. Buseet dah.
“Eh, CS baru?” sapanya lagi melihat dalam jarak dekat ternyata Aydan bukan orang yang di kenalnya.
“Iya, gua Rahmaddan.” Aydan memperkenalkan dirinya.
“Alpian.” Jawabnya singkat.
“Kenapa terlambat bang?” kepo Aydan.
“Bini gua sakit perut sejak semalam, mungkin mau lahiran. Mau ijin takut belum waktunya brojol, gak di tungguin hati cemas gini.” Curhatnya tanpa memandang teman bicaranya.
“Di bawa ke rumah sakit ini aje bang Alpi.” Saran Aydan sok akrab.
“Emang nih rumah sakit punya nenek moyang loe. Segala nyuruh bawa bini lahiran di mari, ini tuh rumah sakit mahal. Mana ada uang untuk ngeluarinnya nanti.” Timpal Alpian yang tau berapa tarif permalam menginap di rumah sakit tempatnya bekerja itu.
Bersambung …
Itik berenang di air jernih,
Jalannya lurus tanpa menoleh.
Readers, udah senin aja niih
Minta sedekah Vote, boleh?
Ke warung depan tempat mpok Nani
Beli kopi dan gula sekalian.
Makasih selalu setia membaca karya ini.
Doa sehat, murah rejeki selalu untuk kalian.
Lope lope readers tersayang
,👍👍🌹🌹☕☕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
makin banyak bukti yg dikumpulkan
2024-11-04
1
Puspa
mampir lgi dgn misix Ramaddan 😂
2024-02-26
3
Wistari
/Curse//Curse//Curse//Curse/
2024-02-25
2