Di Atas Sajadah Cinta

Di Atas Sajadah Cinta

Episode 1

Gema suara adzan Dzuhur terdengar di seluruh penjuru masjid yang ada di seluruh kota.

Panas terik di siang hari, angin berhembus dengan sangat kencang, langit biru yang terbentang luas, juga gumpalan awan putih yang ikut menghiasai indahnya langit saat itu.

Sebuah masjid yang ada di sekolah madrasah Aliyah islamic school, di padati oleh para siswa-siswi nya yang akan menunaikan sholat Dzuhur berjamaah.

Sekolah Islam terpadu yang juga memiliki banyak santri seperti halnya sebuah pesantren modern.

Sekolah yang mengandung banyak unsur islami ini bukan hanya di huni oleh para siswa-siswi yang berasal dari keluarga biasa, atau awam.

Namun ada beberapa dari mereka yang berasal dari keluarga yang alim ulama, atau para kyai yang juga memiliki pesantren yang sama hal nya dengan sekolah tersebut.

Salah satu siswi yang paling menonjol di antara semua kelas dengan banyaknya prestasi yang di capai selama masa belajar nya adalah, Raniya Arifah.

 Seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang faham akan agama, yang berstatus kyai bahkan ulama. Di didik dengan tauhid yang kuat, di besar kan dalam keluarga dan kalangan santri yang wara'.

Memiliki kecerdasan di atas rata-rata, wajah indah nan teduh di pandang oleh mata.

Selalu menjadi panutan terbaik dalam keluarga dan teman teman nya.

Arifah bukan hanya cerdas dalam bidang formal saja, ia juga menonjol ketika mengikuti pelajaran di pesantren di sela waktu luangnya.

Bahkan, Arifah juga memiliki hafalan Al Quran seperti santri pada umumnya. Dengan waktu yang terbatas akan kegiatan di sekolah, Arifah selalu di bimbing oleh kedua orang tuanya untuk menyempatkan waktu dalam menghafal Alquran.

Bukan hal yang mudah bagi Arifah untuk memposisikan dirinya di sekolah juga di pesantren milik keluarga nya, apalagi dengan keadaan pergaulan remaja sekarang yang penuh dengan rintangan dan lika liku dalam mempertahan kan diri mereka untuk tetap menjadi yang lebih baik.

Siang itu, Rifa bersama dengan satu orang teman nya masih berada di dalam ruang komputer dengan kesibukan mereka yang sama.

Tugas dari guru yang belum mereka selesaikan hingga adzan Dzuhur berkumandang dan semua orang telah pergi lebih dulu menuju masjid meninggalkan mereka berdua.

"Arin. Sholat dulu yuk."

Rifa beranjak dari tempat nya lalu menghampiri teman perempuan nya yang bernama Arin itu di tempat nya.

"Ntar dulu deh Rif. Tugas gue belum selesai semua."

Rifa hanya menghela nafasnya.

Ia berjalan menghampiri Arin yang masih menetap di tempatnya.

"Masih banyak lagi ya."

"Iya nih, pusing kepala gue udahan. Coba deh lo lihat dulu."

Rifa melihat isi komputer Arin dan sejenak menggantikan posisi dirinya di tempat.

"Ya ampun rin, ini namanya belum masih permulaan."

"Gimana kalau nanti aja di lanjutin lagi. Kita sholat Dzuhur dulu."

"Ntar malam kan harus udah di kumpulin Rif. Kalau nggak di selesaikan sekarang takutnya ntar gue lupa."

"Bantuin gue dong Rif. Punya lo kan udah selesai dari tadi. Biar kita cepat sholat ke masjid."

Rifa sejenak berpikir dalam diamnya. Ini bukan yang pertama kali nya Arin meminta Rifa untuk membantunya menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru mereka.

Di waktu yang berbeda, Rifa juga pernah melakukan nya. Namun Arin tidak membantunya dan hanya sibuk dengan ponselnya tanpa sedikitpun membantu dirinya.

"Tapi kamu tunggu di sini juga ya."

Arin mengacungkan ibu jarinya dan di selingi dengan senyuman manis di wajahnya.

Rifa duduk di bangku Arin dan mulai bekerja dengan komputernya.

"Rifa. Gue ke kamar mandi dulu ya sebentar. Ntar gue balik lagi deh."

Arin memberi alasannya kepada Rifa yang masih sibuk dengan layar komputer.

Rifa hanya mengangguk kan kepalanya dan sedikit tersenyum ke arahnya.

Rifa masih terus bekerja dengan komputer nya, dan tanpa sepengetahuannya saat itu Arin keluar ruangan dengan membawa tas ransel yang merupakan tas miliknya.

Tidak salah lagi, pasti Arin memanfaatkan dirinya dan meninggalkan nya begitu saja dengan tugas yang baru saja di mulai.

Rifa menghela nafas nya setelah menyelesaikan tugas Arin di komputer.

Sejenak ia melihat jam tangan nya.

Sudah jam dua siang, setengah jam lebih ia mengerjakan tugas itu seorang diri di ruangan yang sunyi.

Rifa teringat sesuatu, saat itu dirinya belum menunaikan sholat Dzuhur.

"Astaghfirullah haladzim, sudah jam dua, aku kan belum sholat Dzuhur."

"Arin...Arin.."

Rifa terus memanggil Arin yang tadi katanya pergi ke kamar mandi.

"Arin kemana ya?"

Rifa bertanya pada dirinya sendiri.

Rifa juga baru ingat akan satu hal lagi. Jam segini kan sekolah sudah hampir di tutup, dia belum mengemas barang belajar nya yang ada di kelas.

"Loh, Rifa. Kamu ngapain disini?"

Salah satu siswi yang juga satu kelas dengan nya terkejut ketika mendapati Rifa yang masih berada di ruang komputer seorang diri.

"Sarah, kamu lihat Arin nggak?"

"Arin?"

Sarah menatap heran wajah Rifa saat itu.

"Bukannya Arin udah dari tadi pulang?"

Kedua mata Rifa terbelalak ketika mendengar jawaban dari Sarah saat itu.

"Apa! Udah pulang dari tadi? Bukan nya tadi Arin pergi ke kamar mandi?"

"Ya ampun Rifa. Aku yang tadi lihat sendiri kalau Arin udah pulang bareng sama teman teman nya. Lagian kamu ngapain di sini. Sebentar lagi sekolah di tutup loh."

Rifa hanya diam di tempat nya dengan wajahnya yang berpaling dari Sarah.

"Kamu pasti di kerjain lagi ya sama Arin."

Sarah langsung berucap begitu saja.

Rifa tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya menghela nafasnya dan diam dengan wajahnya yang lesu.

"Yaudah, kita keluar sekarang. Sebentar lagi satpam datang dan mengunci ruangan ini."

Sarah tau akan keadaan Rifa saat ini. Ia hanya mengajak nya keluar dan tidak berkata apapun lagi.

Mereka berjalan beriringan keluar dari gerbang sekolah dengan keadaan yang sama sama diam tanpa perbincangan apapun.

"Rif."

"Tungguin aku sebentar ya rah, aku mau sholat dulu."

Saat itu Sarah yang akan berbicara padanya hanya mengangguk kan kepalanya menyahuti perkataan Rifa.

Rifa beranjak menuju masjid yang saat itu berada di sebelah mereka dengan langkahnya yang cepat.

Sarah duduk di pelataran masjid sembari menunggu Rifa yang sedang sholat Dzuhur.

Rifa bukan hanya di kenal dengan kecerdasannya, namun juga hati dan prilakunya yang begitu baik kepada semua teman temannya, termasuk Arin.

Salah satu teman kecil yang begitu akrab dengan dirinya. Namun sayang nya, apa yang Rifa lakukan padanya, tidak di lakukan oleh Arin seperti seorang teman.

Sarah menunggu Rifa sembari memotret keindahan langit biru saat itu dengan ponselnya yang memang itu adalah kesukaan nya.

Terpopuler

Comments

Irma Tika Riyani

Irma Tika Riyani

terima kasih kak. ok

2024-02-06

0

Selviana

Selviana

Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!