Episode 3

"San, anak perempuan mu itu sudah mulai beranjak dewasa. Usia nya sudah menginjak 17 tahun, usia yang masih sangat rentan dengan hal yang berbau sensitif. Kamu harus tetap awasi setiap pergaulan nya, apalagi dengan diri nya yang sekolah di luar dan jauh dari pengawasan kita semua."

Nasihat kyai Agung kepada ustadz Hasan yang selalu mengingatkan beliau untuk tetap mengawasi Rifa yang jauh dari pandangan mereka.

"Injih Abah, insya Allah selama ini Rifa baik baik saja. Rifa masih seperti Rifa yang kita kenal dulu dengan sikapnya yang penuh santun."

Sahut Abi dengan suara nya yang terdengar lembut.

"Terkadang, apa yang terlihat oleh mata itu belum tentu kebenarannya. Apa yang kita perkirakan belum tentu juga sama dengan kenyataan nya. Abah hanya sekedar mengingatkan saja. Jangan sampai apa yang kita lihat sama remaja sekarang juga terjadi dengan putri kita."

"Injih Abah, insyaallah. Sebagai orang tua, Hasan akan memberikan yang terbaik untuk putra putri Hasan semuanya."

Sahut Abi Hasan dengan suara nya yang masih terdengar begitu lembut.

"Oh iya, mumpung kamu ada di sini San. Umah ingin menyampaikan sama semuanya, kalau dalam waktu dekat ini, insyaallah keluarga kyai Luthfi akan datang silaturahmi ke rumah untuk membincangkan perjodohan Rifa dengan Gus Akhyar."

Rifa yang samar samar mendengar nya dari dapur tanpa sengaja menjatuhkan salah satu gelas yang sedang ia bawa di tangan nya.

"Astaghfirullah haladzim."

Ucap Rifa sembari berjongkok dan mengumpulkan pecahan gelasnya yang berhamburan di lantai dapur.

"Ada apa itu nduk? Rifa."

Suara bu nyai memanggil namanya ketika mendengar suara gelas yang pecah dari dapur.

"Tidak Mbah. Tidak ada apa apa."

Sahut Rifa dengan masih berada di posisi nya.

"Gus Akhyar?"

Rifa sejenak bergumam dalam hatinya.

"Memang nya Gus Akhyar sudah menyelesaikan pendidikan nya di Madinah mah?"

"Sudah masuk semester akhir. Perkiraan satu bulan lagi selesai dan akan langsung datang ke sini."

"Tapikan Rifa belum tamat Aliyah nya mah, dia juga masih akan kuliah lagi. Apa itu waktu nya tidak terlalu cepat jika membahas tentang perjodohan mereka."

"Kalau masalah kuliah itu kan gampang San. Yang penting kita bahas dulu tentang perjodohan ini, selebihnya ya kita kembalikan lagi kepada Allah SWT."

Abi Hasan hanya mengangguk kan kepalanya menyahuti perkataan ibunya tanpa sedikitpun menyekanya.

Rifa segera menyelesaikan pekerjaan nya, dan kembali di tengah tengah mereka dengan membawakan minuman khas yang ia buat untuk kedua orang tersayang nya.

"Gus Akhyar itu adalah pemuda yang baik, sholeh, mapan, berwawasan, dan tampan. Cocok sekali jika di jodohkan sama Rifa."

"Ya toh nduk."

Kata Bu nyai kepada semua orang yang ada di tempat itu, termasuk Rifa sendiri.

Rifa hanya menguraikan senyuman nya kepada semua orang yang menatap nya terutama Bu nyai sendiri.

Sejenak ia kembali mengingat siapa seorang pemuda yang di maksud oleh Bu nyai barusan.

Seorang Gus, sudah pasti adalah panggilan untuk seorang putra kyai atau pun keturunan nya. Rifa dulu pernah mengenalnya ketika usianya masih duduk di bangku sekolah dasar.

Mereka adalah teman masa kecil yang sudah di jodohkan sejak saat itu. Rifa yang ceria dan Gus Akhyar yang ramah adalah pasangan serasi jika di satukan dalam bingkai keluarga.

Senyuman ceria yang terukir di raut wajahnya seakan menandakan kesetujuannya jika di jodohkan dengan Gus Akhyar Luthfi oleh keluarga mereka.

"Setuju toh nduk, kalau dirimu di jodohkan sama Gus Akhyar?"

"Terserah Mbah saja, mana yang terbaik untuk Rifa. Tapi untuk saat ini dan seterusnya, Rifa masih mau fokus belajar tanpa sedikitpun memikirkan tentang perjodohan."

Jawab Rifa kepada Bu nyai.

Kedua mata Bu nyai terbuka lebar ke arah Rifa setelah mendengar jawaban yang keluar dari lisannya.

"Loh piye toh maksud mu nduk?"

"Itu tandanya Rifa belum mau menikah, dia tidak ingin membahas tentang perjodohan. Dia masih mau fokus dengan belajar nya dan tidak ingin di ganggu sama sekali."

Sahut kyai Agung.

"Lah jangan ngebut banget untuk menjodoh jodohkan cucu nya yang masih ingin fokus dengan cita cita nya."

"Bukan ngebut, tapi hanya merencanakan. Karena keduanya sama sama cocok."

"Cocok di mata kita kan belum tentu cocok di mata Allah mah."

Abi Hasan ikut angkat bicara.

Senyuman Rifa yang di tujukan kepada ayahnya seakan penanda bahwa ia setuju dengan apa yang di katakan oleh nya.

...****************...

Semilir angin malam menenangkan jiwa, bertabur bintang nan indah dengan rembulan yang terang menambah kesejukan mata di malam itu.

Rifa duduk seorang diri di teras rumahnya dengan membaca buku pelajaran pada akan menjadi materinya pada esok hari.

Rasa haus akan ilmu, mengundang semangat Rifa untuk terus belajar dan belajar tanpa sedikitpun memikirkan sesuatu yang sudah pasti akan ia dapatkan suatu hari nanti.

Soal perjodohan yang jauh waktu telah di rencanakan oleh pihak keluarga nya, sama sekali tidak di ambil pikir olehnya. Apalagi ketika Rifa melihat sikap Abi yang seperti nya tidak terlalu mendukung perjodohan itu.

"Abi itu kurang setuju kalau Rifa di jodohkan sama Gus Akhyar anaknya kyai Luthfi."

Makan malam bersama dengan umi saat itu, Abi seakan mengeluarkan pendapat nya sendiri kepada istrinya, atau umi Fauziah.

"Jadi mau Gus Akhyar yang mana toh bi?"

Umi seakan menggoda Abi dengan selorohnya.

Abi menghela nafas nya mendengar jawaban umi.

"Umi ini. Abi serius lah mi."

Umi hanya tersenyum sembari menuangkan air minum di gelas Abi.

"Iya Abi, umi paham."

Sahut umi dengan senyuman sembari menatap wajah Abi.

"Memangnya kenapa Abi kurang setuju dengan perjodohan Rifa dan Gus Akhyar. Gus Akhyar itu kan berasal dari keluarga yang baik baik dan setara dengan kita. Gus Akhyar nya juga pemuda yang Sholeh. Cocok dengan Rifa."

Abi sejenak meneguk air putih yang ada di gelas nya.

"Abi juga tau kalau Gus Akhyar itu berasal dari keluarga yang baik baik dan pemuda yang sholeh, nasab nya juga sama seperti Rifa, yang sama sama keturunan kyai."

"Lantas apa yang membuat Abi tidak setuju dengan perjodohan mereka?"

Abi sejenak menghela nafasnya dengan perlahan.

Dari luar, Rifa sedikit mengintip kegiatan kedua orang tuanya di meja makan. Samar samar ia mendengar apa yang sedang menerka bicarakan di sana.

"Kalau Abi punya pemikiran yang berbeda dengan Abah dan umah. Jika mereka terus menjodohkan keturunan mereka dengan yang bernasab sama seperti mereka, maka itu sama saja dengan kita yang memelihara ikan yang bermutu dalam satu kolam tanpa ingin mengembang biakkan nya ke kolam yang lain. Sedangkan kolam yang lain juga membutuhkan ikan ikan yang bagus dan bermutu seperti kolam yang kita miliki."

"Maksud Abi keturunan kita hanya akan berkembang di dalam lingkungan kita saja, begitu?"

"Ya seperti itu lah mi. Memang benar jika seorang wanita yang baik hanya di peruntukan kepada laki laki yang baik, dan begitu pula sebaliknya. Tapi baik buruknya seseorang itu kan bukan hanya di lihat dari prilakunya saja, ada banyak versi yang bisa di nilai dari seseorang itu sendiri. Dan baik buruknya seseorang bukan menonjol dari mana dia bernasab, tidak bisa di patokan hanya dengan melihat tutur keluarga nya yang di kenal sangat baik."

"Abi itu kepinginnya suatu saat nanti yang menjadi menantu kita bukan berasal dari keluarga yang sama dengan keluarga kita. Bahkan Abi menginginkan mereka yang berasal dari keluarga yang biasa biasa saja."

"Karena biar bagaimanapun, jaran Islam itu kan harus di kembangkan, jika hanya di kembangkan pada kubu yang sama, maka agama kita akan semakin asing di kalangan luar. Terutama masyarakat awam."

"Setidaknya, dari pernikahan itu bisa menjadi asbab hidayah kepada keluarga yang akan menjadi bagian dari keluarga kita nanti."

Abi berkata dengan panjang lebar, umi hanya sebagai pendengar dan belum berkomentar apa apa."

"Kenapa Abi bisa punya pemikiran seperti itu bi? Tapi, apa yang Abi katakan juga benar, umi setengah setuju dengan apa yang Abi katakan tadi."

"Lah kenapa cuma setengah sih mi?"

"Yah kan belum ada buktinya bi."

Kata umi yang di iringi dengan senyuman di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!