Episode 4

Rifa menghela nafasnya panjang setelah beralih dari tatapannya kepada mereka.

Ia kembali di posisinya sembari menatap langit yang jauh di sana.

Kenapa mereka selalu membahas tentang perjodohan, padahal aku masih kuat untuk belajar dan menggapai cita-cita ku. Aku belum siap untuk membahas tentang pernikahan apalagi perjodohan seperti ini. Mereka para laki laki saja bisa berpendidikan tinggi sampai tercapai semua cita cita nya tanpa sedikitpun ada beban dan memikirkan soal pernikahan, lalu kenapa perempuan tidak bisa lepas dari kata perjodohan ketika usianya sudah memasuki remaja.

Rifa sedikit bergumam dalam hatinya.

Rifa kembali menghela nafasnya dengan perlahan.

"Log, mbak Rifa. Kok masih di luar."

Seorang gadis remaja yang umurnya tidak berkisar jauh darinya datang dan menghampiri nya yang masih di teras rumah.

Gadis itu adalah Aruna Fathia, anak bungsu dari umi Fauziah dan Abi Hasan yang tidak lain adalah adik kandung Rifa.

Wajahnya yang tak jauh dari kata cantik itu sangat mirip dengan kakak perempuan nya. Dia datang dengan membawa mushaf Alquran yang ia dekap di dadanya.

Rifa hanya tersenyum menatap adiknya itu.

"Runa. Kamu dari mana?"

Aruna pun duduk di sebelah kakak nya dengan wajahnya yang di penuhi oleh senyuman nya.

"Ya biasalah lah mbak, ngapain lagi kalau nggak murojaah hafalan bareng sama santri yang lain."

Jawab Runa dengan yang menghadap ke arah kakaknya.

"Mbak sendiri ngapain masih duduk di luar? Masih belajar ya?Oh ya, kenapa hari ini mbak nggak datang murojaah dan nambah hafalan sama ustadzah?"

Aruna memberikan banyak pertanyaan kepadanya.

Rifa pun sejenak terdiam lalu kembali mengingat sesuatu.

Kegiatan yang biasanya Rifa lakukan setelah pulang sekolah adalah datang ke majelis Alquran para santri untuk murojaah dan menambah hafalan baru nya yang sebentar lagi akan selesai 30 juz.

Namun untuk hari ini, Rifa tidak datang bersama dengan mereka karena dirinya yang terlambat pulang dari sekolah. Sebuah kejadian yang sangat membuatnya kesal, tapi seakan tertahan dan tidak bisa melampiaskan kekesalannya itu kepada orang tersebut yang tak lain adalah Arin teman nya.

Rifa tidak menjawab, ia hanya menghela nafasnya dan mengalihkan tatapan nya dari wajah adiknya itu.

"Bukan apa apa Run, tadi mbak telat pulang sekolah nya."

Aruna pun mengangguk kan kepalanya mendengar jawaban yang di berikan oleh kakak nya itu.

"Kenapa mbak? Karena banyak tugas ya?"

Aruna menebak jawaban yang akan di berikan oleh Rifa padanya.

Tidak ingin memberi tau akan apa yang terjadi sebenarnya, Rifa pun enggan menjawab nya dan hanya menguraikan senyuman kembali di wajahnya.

"Yaudah, udah jam sepuluh malam. Masuk yuk mbak. Kita tidur."

"Iya Run, kamu duluan aja. Nanti mbak nyusul."

"Yasudah runa duluan ya masuk. Awas jangan lama lama, ntar masuk angin. Runa nggak mau loh di suruh ngerokin mbak nanti."

"Iya iya, bawel."

Sahut Rifa dengan panggilan khususnya.

Di lahirkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, hidup Rifa seakan lengkap dengan memiliki keluarga yang begitu menyayangi diri nya.

Selain adik perempuan yang manja, Rifa juga memiliki seorang kakak laki-laki yang tegas dan tampan bernama Ahmad Arfan Baihaqi yang kini sedang menempuh pendidikan di negri Padang pasir, Mesir.

Kedekatan mereka bertiga sebagai saudara kandung seperti sahabat kecil yang saling menguatkan dan melengkapi.

Arfan yang dewasa, selalu membimbing kedua adiknya menjadi pribadi yang lebih baik dan tegas seperti dirinya.

Kepergian nya yang sudah hampir sepuluh tahun, seakan mengusik kerinduan yang begitu mendalam di hati kedua nya, terutama Rifa.

"Kenapa di peluk baju mas Arfan mbak?"

"Kangen Run."

"Udah lama banget mas Arfan nggak pulang ke rumah. Terakhir ketemu mas Arfan pas masih SD. Sekarang mbak udah mau tamat SMA."

"Ya apa bedanya sama Runa mbak. Ketemu sama mas Arfan aja waktu masih umur 5 tahun."

"Yang paling berkesan adalah ketika mas Arfan yang selalu menjadi penengah ketika kita berantem dan selalu mengalah dengan semua tingkah laku adik adiknya yang manja."

Runa melanjutkan perkataannya seakan mengenang kembali masa yang telah berlalu bersama dengan kakak pertama mereka.

Rifa diam dan masih memeluk baju kaos yang selalu di pakai oleh Arfan sejak dulu.

"Di doain saja. Insyaallah tahun ini kan mas Arfan pulang ke rumah kerena sudah menyelesaikan kuliahnya."

Runa kembali melanjutkan kalimatnya.

Rifa tersenyum lebar menatap wajah adiknya ketika mereka berada dalam satu kamar yang sama.

...****************...

Suasana sekolah yang begitu ramai dengan para siswa-siswi nya.

Rifa berjalan menuju kelas nya yang berada di lantai dua seorang diri.

"Assalamualaikum, selamat pagi Rifa."

Sapaan dari Arin ketika langkahnya telah sampai di dalam kelas untuk yang pertama kalinya.

Ketika kembali di hadapkan oleh wajahnya, Rifa seakan teringat kembali dengan kejadian yang ia alami kemarin.

Ingin rasanya ia marah dengan gadis itu karena tingkah lakunya yang tidak terpuji kepada teman sendiri, namun seakan ada yang menghalangi dirinya untuk melakukan itu.

Arin datang dan mendekati Rifa sembari mengulurkan tangan kanannya di hadapan Rifa.

"Gue minta maaf ya Rif. Kemarin gue sama sekali nggak bermaksud untuk ninggalin lo sendirian di kelas. Tapi gue tiba tiba dapat telepon dari bokap gue untuk pulang secepatnya."

Rifa masih diam dan terus melihat tangan Arin yang menjulur ke arahnya.

Dari kejauhan, atau tepat nya di bangku paling belakang. Sarah melihat dan memperhatikan apa yang saat itu dilakukan oleh Arin kepada Rifa.

Ia seakan paham dengan sikap Arin yang hanya berpura pura meminta maaf agar terus bisa memanfaatkan Rifa dalam keadaan apapun.

"Lo nggak mau maafin gue ya."

Arin terucap begitu saja ketika Rifa yang tak kunjung membalas perkataan maaf nya.

Rifa yang memiliki hati yang begitu lembut, dengan perlahan juga mengulurkan tangan nya dan membalas perkataan maaf yang di berikan oleh Arin pada nya.

"Iya, aku udah maafin kamu Rin."

Wajah Arin tersenyum lebar ketika mendengar kalimat yang terucap dari kedua bibir Rifa.

Dengan masih tersenyum, Arin pun memeluk Rifa di hadapkan semua teman temannya yang ada di kelas itu.

"Makasih ya Rif, kamu adalah teman ku yang paling baik. Dari dulu nggak pernah berubah sama sekali."

Kata Arin di dalam pelukan nya.

"Kasihan kamu Rif. Semoga saja kamu selalu dalam lindungan Allah dari kejahilan yang selalu Arin lakukan sama kamu."

Sarah bergumam sembari menggelengkan kepalanya.

Sarah beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Rifa yang masih berada didepan meja guru.

"Rif. Kapan Gus Akhyar datang ke rumah kamu?"

Pertanyaan yang Sarah lontarkan begitu saja di depan Rifa dan Arin juga teman teman nya.

Terpopuler

Comments

Selviana

Selviana

Semangat...

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!