Aku Pantas
Bunyi tetesan air yang menggema di dalam ruangan yang gelap. Suasana yang gelap dan lembab menjadi mencekam bagi seorang yang baru sadar dari pingsannya. Tersadar dari pingsan gadis itu meraih kenop pintu yang ternyata pintunya sudah bisa dibuka. Segera ia keluar dari toilet dan berlari ke arah luar.
"Dadaku sangat sesak"gadis itu sebisa mungkin menormalkan pernafasannya
Beberapa saat yang lalu sang gadis ingin buang air kecil, tetapi toilet yang biasa dia gunakan semuanya sudah penuh. Alhasil ia pergi menuju ke toilet yang berada di ujung lorong. Biasanya para siswi sangat jarang menggunakan toilet tersebut karena letaknya yang jauh dan juga sangat sepi. Saat sudah selesai dan ingin membuka kenop pintu, tiba-tiba pintu bilik toilet yang ia gunakan tak bisa dibuka.
Ia berteriak minta tolong dan mengendor-gedor pintu berharap ada yang mendengar teriakannya. Tiba-tiba lampu toilet itu mendadak mati sang gadis yang phobia terhadap kegelapan berusaha sekuat mungkin untuk bertahan di dalam keadaan seperti itu. Walau tak ada juga orang dari luar yang mendengar teriakannya, gadis itu merasakan sesak di dada dan perlahan-lahan pingsan di dalam toilet yang gelap.
"Pakaianku sedikit basah,hah,sudah berapa lama aku pingsan?langit sudah berubah menjadi jingga"gadis itu meraba raba pakaian sekolahnya dan melihat kearah langit.
Gadis itu adalah sania Eduardo.Gadis yang berasal dari keluarga sederhana dan mendapatkan beasiswa untuk belajar di salah satu SMA internasional,yaitu SMA Bhineka. Semenjak kepindahan Sania ke SMA bhinneka ia selalu mendapat pembullyan dikarenakan ia berasal dari keluarga yang tak mampu. Karena pada dasarnya SMA bhineka adalah sekolah bagi para Sultan menyekolahkan anak-anak mereka.
Biasanya Sania hanya sesekali melawan dan selebihnya ia hanya acuh tak acuh karena bagaimanapun ia mengeluarkan pendapatnya para pembully-pembuli yang tidak menyukainya akan terus membullynya. Sania adalah anak yang pintar,setiap ujian ia selalu mendapatkan peringkat pertama dan guru-guru sangat menyayanginya.Kini Sania sudah sampai di rumah. Rumah yang begitu besar dan megah rumah yang memiliki tiga lantai dan didesain seperti desain Eropa. Bukan, ini bukan rumah Sania, ini adalah rumah majikan tempat orang tuanya bekerja.Ya, ibu Sania adalah asisten rumah tangga di dalam rumah megah tersebut dan ayahnya bekerja sebagai sopir pribadi dari sang tuan rumah.
Sania sudah berada di dalam kamarnya, kamar khusus pembantu di rumah ini,sania memutuskan untuk mandi dan bersih-bersih setelah itu ia membantu ibunya untuk mempersiapkan makan malam untuk sang majikan. Keluarga majikan itu sangat baik padanya dan juga orang tuanya.
"Kok pulangnya malam san?"sang anak majikan yang satu sekolahan dengan Sania bertanya
Dia adalah Hana Aditama.Putri tunggal dari pasangan suami istri Aditama.
"Aku tadi ke perpustakaan dulu Han"bohong Sania
"Kamu tak berbohong kan?mereka tak membully kamu lagi kan san?"Hana merasa Sania sedang membohonginya.
Sania yang sedang mencuci piring itu menghadap pada Hana dan mengatakan kalau semuanya baik baik saja.Hana hanya bisa menghela nafasnya.Sania sudah seperti saudara baginya,ia dan Sania memang tak satu kelas,tapi saat jam istirahat mereka selalu bersama.Hari ini Hana tak datang ke sekolah dikarenakan ia sedang sakit gigi.
"Jika terjadi sesuatu,kau jangan sungkan mengatakannya padaku"setelah itu Hana pergi menuju kamarnya karna ingin mengistirahatkan diri.
Sania yang melihat ibunya mendekat,segera meraih tangan ibunya untuk memeluk.Ibunya menanyakan bagaimana harinya saat disekolah hari ini.Lagi-lagi Sania hanya bisa berbohong atas semuanya.Ia tak ingin orang tuanya merasa sedih.
"Baiklah,hari sudah larut,sebaiknya kau istirahat,ibu tau kamu sangat lelah"Sania mendengarkan perkataan ibunya dan kembali ke kamar.
Sesampainya di kamar Sania merebahkan dirinya dan mengingat kembali apa yang terjadi dengannya di sekolah hari ini. Sejujurnya di sekolah itu iya adalah satu-satunya murid pindahan yang mendapatkan beasiswa.Untuk Sania berteman dengan para siswa-siswi di sana sangatlah susah ia hanya memiliki satu orang teman dekat yaitu Hana ia memang berteman dengan teman-teman Hana tapi iya tak bisa membukakan diri seperti ia mendekatkan diri kepada Hana. Hana sangat baik padanya saat hari pertama ia bersekolah di sana hanalah yang mengajak ia berkeliling.
Teman-teman sekelasnya mendekatinya hanya karena ia murid pintar. Jika biasanya di jam istirahat ia tak bermain dengan Hana ia akan menghabiskan waktu di perpustakaan.Karena jika ia berada di tempat lain para murid-murid yang melihatnya akan langsung membullynya. Ia hanya berharap bisa menamatkan SMA dengan tenang dan bahagia ia tak ingin membuat masalah sampai ia tamat di SMA bhineka.
...****************...
Pagi ini Sania berangkat sekolah bersama Hana.Sudah bukan menjadi rahasia lagi bagi para murid mengetahui bahwa orang tua Sania adalah pembantu dan sopir di rumah Hana. Sania dan Hana menuju kelas mereka masing-masing karena sebentar lagi bel akan berbunyi hari ini mereka datang sedikit terlambat. Jika kelas lain sedang belajar berbeda dengan kelas sania.Hari ini kelas sania ada jam kosong sania yang menghindari kerumunan langsung pergi ke perpustakaan suasana di perpustakaan sangat sepi,Sania menyukai itu.
"Hari ini aku akan membaca buku apa ya"Sania terus melihat lihat buku yang berjejer rapi di rak.
"Wah,cover novel ini sangat menarik,aku akan membaca ini saja"Sania menemukan sebuah novel yang menarik perhatiannya.
Tetapi saat menarik novel itu,ada sebuah buku yang juga ikut tertarik.Alhasil buku itu mengenai kepala Sania dan menyebabkan bunyi kegaduhan
"Kepalaku sakit sekali"Sania mengasuh kesakitan sambil memegang kepalanya.
Saat ingin mengambil buku itu,ada sebuah tangan putih dan kekar yang lebih dulu mengambil buku itu.Lalu menyerahkannya pada Sania.Sania mendongak untuk melihat siapa orang yang ada didepannya ini.
Sania terpana saat melihat wajah pria itu.Garis wajah yang tegas,lesung pipi yang dalam.Tatapan yang lembut dan juga tajam,membuat siapa saja tak bisa mengalihkan pandangan mereka.
"Apakah kau baik baik saja"pria itu bertanya pada Sania dan membatunya untuk berdiri.
Sania tak menerima uluran tangan pria itu,ia langsung berdiri.
"Aku baik-baik saja.Maaf membuatmu terganggu"Sania meminta maaf atas kegaduhan yang ia buat di perpustakaan ini.
Ia merasa bahwa pria itu terganggu olehnya.Saat ia hendak pergi,pria itu menahannya lalu memberikan novel yang ia ambil barusan. Setelah itu pria itu langsung pergi dan meninggalkan Sania. Sania tahu siapa pria itu dia adalah Kevin Alexandra dia adalah anak dari pemilik sekolah yang ia tempati saat ini. Sania mengetahui hal itu dari Hana.Dan Kevin satu kelas dengan Hana. Alasan Hana menceritakannya adalah karena kevin peraih peringkat pertama di kelas Hana.
"Aku berharap,yang barusan terjadi tak ada yang melihatnya.Aku sangat yakin,jika ada yang melihatku bersamanya,maka aku akan di buly habis habisan oleh mereka."Sania bergumam pada dirinya sendiri.setelah itu Sania mulai membaca novel yang ia ambil barusan.
Berbeda dengan Sania,ada sepasang mata yang memperhatikan Sania dari sela-sela rak buku. Dia adalah kevin. Hari ini ia datang terlambat dan sangat malas untuk masuk ke kelas jadi ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Ia berpikir kondisi perpustakaan saat ini sangat sepi atau bisa dikatakan tak ada orang karena ia tahu perpustakaan adalah tempat yang jarang dikunjungi oleh para siswa. Tapi siapa sangka ia melihat seorang gadis yang ingin membaca sebuah buku di perpustakaan ini,ia berpikir bahwa momen ini sangat langka. Karena biasanya siswi-siswi sibuk dengan penampilan mereka.
"Apa ia setiap hari datang kesini"Kevin bertanya pada dirinya sendiri
"Atau apakah ya juga sama sepertiku yang sedang membolos"pertanyaan pertanyaan itu muncul di benak Kevin.
"Tapi,aku tak pernah melihatnya,apakah ia satu angkatan denganku,atau dibawahku"kavin mengingat kembali tentang gadis itu
Beberapa saat berikutnya ia mengingat Sania,karena Sania adalah satu-satunya murid pindahan yang mendapatkan beasiswa satu sekolah membicarakan keberadaannya. Saat sedang asyik dengan pikirannya tiba-tiba saja lampu yang ada di perpustakaan itu mati. Sania yang merasakan akan terjadi sesuatu yang buruk segera merogoh sakunya. Tapi sepertinya keberuntungan tak berpihak padanya kali ini. Ia melupakan hp-nya yang berada di dalam tasnya. Sebagai orang yang phobia terhadap kegelapan Sania merasa sangat frustrasi dengan keadaannya saat ini. Dadanya sudah mulai sesak ia terus meraba-raba untuk mencari jalan keluar.
"Apa ada orang disana"Sania berteriak siapa tau ada orang lain yang sedang berada di perpustakaan saat ini.
"Siapa pun itu,apa ada orang"Sania berteriak sambil mengatur nafasnya,ia mengusahakan agar tak mengalami pingsan.
Kevin kaget karena lampu di perpustakaan mati,segera menyalakan senter di hp nya.Tak lama,ia mendengar suara teriakan seorang gadis,langsung saja ia menghampirinya.Sania yang melihat cahaya lampu dari kejauhan merasa sedikit lega.Kevin yang melihat Sania tergeletak di lantai pun langsung membantunya berdiri.
"Ku mohon bantu aku,bantu aku untuk keluar dari perpustakaan ini.Aku tak memiliki penerangan yang bisa membawaku keluar"ucap Sania lemah.
Kevin yang mengerti dengan keadaan saat ini langsung memapah Sania untuk menuju pintu keluar.Saat sampai di pintu,Sania langsung menghirup udara sebanyak banyak mungkin.Nafas Sania naik turun,dan itu semua tak luput dari pandangan kavin.
"Apakah kau baik baik saja?"Kevin melihat Sania dengan panik
"Aku baik baik saja,terima kasih sudah membantuku"Sania akan pergi meninggalkan kevin.
"Tunggu,kau mau kemana"Kevin menghentikan Sania dengan menghalang jalannya
"Aku ingin kembali ke kelas."ucap Sania lemah
"Sebaiknya kau ikut denganku"tanpa persetujuan Sania,Kevin langsung menarik tangan Sania menuju suatu tempat.
Kevin membawa Sania menuju rooftop.Sania merasa canggung dengan perlakuan kevin.Disekolah ini,selain Hana dan para guru,tak ada yang berlaku sopan padanya.Apalagi orang yang ada didepannya adalah idola disekolah ini.
"Kau duduk disini"Kevin mempersilahkan Sania duduk di kursi yang ada disana
"Sekarang kau bisa mengambil nafas dengan lega,udara disini juga sangat sejuk.Dan juga lihat lah pemandangan yang ada di depanmu"ucap kevin yang duduk disebelahnya.
Sania ingin membantah,tapi yang dikatakan kevin juga benar.Udara dan pemandangan disini sangat bagus.Tapi Sania segera tersadar dari semuanya.
"Kenapa kau membawaku kemari?jika ada yang melihat,mereka akan berfikiran yang tidak tidak kepadaku"Sania mengeluarkan keluhannya
"Kau tak perlu takut,tak ada seorang pun yang bisa kesini.Karena mereka tau,ini adalah tempat favoritku"kevin menjelaskan pada Sania
"Apakah kau phobia terhadap kegelapan?"Kevin meraih tangan Sania
Sania yang melihat itu langsung melenjauhkan tangannya.Ia hanya menjawab dengan anggukan.Sania bertanya tanya dari mana pria yang ada didepannya ini bisa tau.
"Ah, kau pasti bertanya tanya,tapi cukup mudah untuk menebak bahwa kau takut.Phobiamu sangat kelihatan sekali"Kevin menjawab dengan senyuman yang manis.
Sania hanya bisa ber oh ria saja.Setelah itu kevin menjulurkan tangannya kedepan.
"Aku kevin,siapa namamu"juluran tangan kevin disambut oleh tangan Sania
"Aku Sania"ucap Sania setelah itu hening melanda keduanya.
Udara yang ada disekitar Sania sangat nyaman.Sepertinya,jika kita sedang rebahan,tanpa terasa kita akan ketiduran karena udaranya sangat mendukung.Sania melihat pemandangan disekitar yang sangat indah.Didepannya ia bisa melihat pusat ibukota yang saat ini begitu ramai.
"Apakah kau sedang bolos"kevin beralih menatap wajah Sania
"Tidak.Kelasku sedang ada jam kosong,jadi aku memutuskan untuk keperpustakaan"Sania juga menatap kearah kevin
"Kau sendiri?"Sania balik bertanya
"Hari ini aku datang terlambat,jadi aku sangat malas untuk ke kelas"jawab kevin dengan jujur.
"Owh iya,jika kau ingin bersantai,akan lebih baik kau datang ke sini saja,dari pada harus ke perpustakaan.Jika hal seperti ini terjadi lagi,itu sangat membahayakanmu,aku memberimu izin untuk datang kesini"ucap kevin
Sania hanya bisa mengguk,karena ia datang kesini atau tidaknya,kejadian seperti tadi takkan bisa terelakkan.Lagian,jika ia sering datang kesini,itu akan menimbulkan kecurigaan pada siswi lain,dan semakin gencar membullynya.
Setelah sekian lama,akhirnya Sania memutuskan untuk pergi dari sana.Karena jam pelajaran dan istirahat juga sudah lewat.Pelajaran selanjutnya akan dimulai sebentar lagi.Saat ini Sania berada di kelas 11.
Kelas Sania berada di pertengahan koridor.Sesampainya dikelas,Sania mengecek hp nya yang tertinggal.Kebetulan sekali saat ia mengecek hp nya,ada panggilan masuk,dan itu dari orang tua Hana.
Walau pun heran,Sania tetap mengangkat telvon itu.Tapi bagai tersambar petir disiang bolong,Sania langsung menegang dan pergi dari kelasnya dan menuju kesuatu tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments