Genggaman

Sudah tiga hari semenjak Bara pindah sementara ke Jakarta, selain untuk mempersiapkan acara pernikahannya dengan Pijar,  Ajisaka juga meminta Bara membantu mengurus perusahannya disini, sementara Ajisaka harus bertolak ke beberapa anak cabang perusahaan di daerah. Pijar memang cekatan mengurus bisnis, akan tetapi pikiran gadis itu tengah bercabang dengan persiapan pernikahan dibantu WO, Papahnya takut Pijar kelelahan.

Saat ini Bara dan Pijar bersama Asisten Papahnya  tengah berada di ruang kerja Pijara, gadis itu baru saja menyelesaikan diskusinya dengan Bara mengenai beberapa perjanjian bisnis yang harus ditentukan kepada pihak ketiga. Mereka berdua adalah sepasang anak muda yang sama cerdasnya, maka tak salah Ajisaka memilih Bara sebagai menantunya.

"Mas bara pinter banget masalah Hukum Bisnis",  Pijara memuji sang tunangan

"Ngga juga, Papahmu yang ngajarin semua ini", Bara menyaut sembari masih sibuk mematikan laptopnya

"Papah hanya membantu, Mas Bara memang punya bakat di bidang hukum",

"Iya dulu aku memang tertarik dengan Ilmu Hukum, tetapi keadaan keluargaku memaksa untuk fokus pada bisnis, sekarang aku sadar bahwa terjun langsung di dunia bisnis membuat kita banyak belajar tentang ilmu apapun",

"Ehemmmm...iya iya kalian berdua memang pasangan yang sama - sama pintar, nanti anak kalian berdua pasti genius", Bagas asisten sang Papah ikut berceloteh.

"Jauh banget sih masalah anak Gas ", Bara menggeleng

"Koq jauh sih mas, bukankah harusnya kita Aminkan? kan sebentar lagi kita menikah", Pijar berkata dengan nada kecewa

"Eh itu maksudnya......Iya anak akan hadir setelah pernikahan dan saat kamu sudah siap Pijar, aku tidak memaksa", Bara beralasan dengan gagap

"Tapi kalau Tuhan ijinkan aku tentu siap mas, aku ingin keluarga yang hangat dan banyak anak", Pijar menjawab tegas.

"Baiklah jika itu maumu",

"Mas Bara mau juga kan?", Pijar memastikan keinginan Bara juga sama dengannya

Merasa keadaan tidak kondusif untuk dia dengarkan, Bagas segera ingin melarikan diri dari ruangan itu.

"Kayaknya percakapan pribadi calon manten ngga boelh di dengerin sama jomblo macam saya, nanti saya pengen ikutan kawin tapi belum ada calon, jadi sebaiknya saya undur diri yah", Bagas terkekeh sumbang.

"Jangan lupa kirim email pembahasan kita hari ini ke Om Ajisaka yah Gas", perintah Bara

"Siapppp", Bagas menyanggupi sembari ngacir ke ruangannya.

Sekarang tersisa Bara berdua dengan Pijar, mereka sama - sama hening, Bara memainkan ponselnya sedangkan Pijar mengemas beberapa dokumen di meja kerjanya.

"Mas koq senyum - senyum sama ponsel sih" Pijar penasaran melihat Bara asyik memainkan ponselnya

"Iya nih, temen lama waktu dulu ak kuliah di jakarta, aku ketemu dia dua hari lalu", Bara mengalihkan pandangan dari ponsel ke Pijar

"Owh yah, berarti Mas punya banyak temen juga yah di Jakarta?"

"Ngga juga sih, teman kampus dan teman di group pendakian sih banyak, kalo sahabat sedikit banget, malahan cuman satu namanya Arga,  aku baru ketemu dia dua hari lalu saat mau ke Apartement",

"Mas...Pijar lupa bilangin mas, Senja juga suka mendaki loh waktu dia SMA, anak itu jarang dirumah dan lebih banyak kegiatan berpetualang deh pokoknya, hobby kalian sama tuh pasti seru kalo mendaki bareng",

Demi tuhan kenapa Pijar membahas Senja dan soal mendaki bersama, Pijar tidak tau saja  dia dan Arga sedang merencanakan reuni para anggota group pendakiannya, sebenarnya sih usul Bara tetapi dia mendesak Arga yang mencetuskan ide di group sosial media mereka.

Umpan dimakan mangsa, banyak anggota yang merespon dan mengajak reuni dengan makan malam sebelum mendaki bersama, termasuk Kania sahabat Senja, Kania mengabarkan di group chat jika Senja telah kembali, meski Senja sendiri tidak muncul di percakapan tersebut.

"Mas koq malah bengong sih....",

"Eh maaf, kamu udah selesai belum?, aku laper Pijar", Bara menoleh jam tangannya, memang sudah saatnya makan siang.

"Ya Tuhan maaf Mas, Pijar sampai lupa, sebentar lagi beres Mas", Pijar segera menyudahi mengemas dokumen dan mengambil tasnya.

"Mas, Hayo kita makan siang dulu"

"Ayo", Bara berjalan di depan Pijar keluar ruangan

Di depan ruang kerjanya, sekretaris Pijar mengangguk kepada kedua pasangan itu

"Risma, saya pergi makan siang dulu yah, sekalian saya mungkin ngga kembali lagi ke kantor, saya mau ada keperluan", Pijar menghampiri meja sekretarisnya.

"Baik bu", Risma berdiri dan menjawab sopan.

Kemudian pasangan itu berlalu menuju lift yang mengantarkan mereka turun menuju parkiran gedung perusahaan Kalandra

"Pasangan serasi, cantik dan ganteng tapi kayaknya gantengan Big Boss", Risma bermonolog sendiri.

Sementara di dalam Lift khusus petinggi perusahaan hanya ada mereka berdua, Pijar berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Bara. Selama ini memang tidak pernah ada sentuhan fisik apapun antara mereka berdua, Bara terlalu dingin untuk disentuh begitu juga Pijara sangan pemalu untuk memulai, tetapi Pijar bukanlah anak remaja lagi, dia tentu ingin kemesraan dalam hubungan, dia memberanikan diri memulai, toh mereka sudah tunangan kan?

"Mas, aku boleh gandeng tanganmu?",

"Eh...", Bara terkejut mendapat permintaan dari Pijara

"Ngga boleh yah mas", Pijar pias karena tak mendapat ijin dari Bara

"Boleh koq, sini tanganmu", Bara menyerahkan telapak tangannya yang disambut senyum merekah oleh Pijara, mereka bergandengan tangan, untuk pertama kalinya.

Senyum manis terus terukir di wajah Pijar, dia juga terus menggenggam tangan Bara saat akan memasuki cafe langganan Pijar untuk makan siang. Bara memang bukan lelaki pertama untuk Pijar karena saat kuliah dulu dia memiliki pacar, tetapi pacarnya sungguh brengsek karena hanya memanfaatkan kekayaan dari Pijara.

Tetapi dengan Bara dia merasa sangat berbeda, bukan lelaki pertama tetapi dia yakin Bara cinta pertamanya, Pijar sungguh Bahagia. saat menunggu pesanan makan siang mereka datang, Pijar mengabadikan genggaman tangan mereka dengan ponselnya, membidikkan kamera  dan mempostingnya di sosial media.

Bara tak bisa apa - apa, ingin rasanya dia mencegah Pijar untuk memposting foto itu, dia malah menghawatirkan perasaan  Senja, tapi mengapa? bukankah Pijar lebih berhak untuk dia jaga perasaannya?,  perhatian mereka teralihkan saat hidangan datang, Bara dan Pijar menikmati makan siang mereka.

Sepuluh menit berlalu setelah Pijar memposting di media sosial, Kania mengirim pesan kepada Senja.

TING... notifikasi di ponsel Senja berbunyi

Fatamorgana....postingan kak Pijar sama miripnya dengan postinganmu dulu sama si babang , isi pesan Kania

Maksud**???** \, balas Senja

Ya elahhhh\, aktifkan lagi medsos In**gram donk sis\, sudahi pertapaanmu di dalam goa\, sudah saatnya kamu kembali dan hadapi\, * Kania

Oke, tutup Senja

Senja tengah berada di Surganya, di toko alat - alat lukis, sebenarnya dia sedang memikirkan untuk berkarya selama di tanah air, dia melihat beberapa seniman berkarya di kanal you**benya. Senja menjadi terinspirasi, tetapi itu artinya dia akan siap juga membuka sosial media lainnya yang sudah lama tidak pernah dia aktifkan lagi.

Setelah membayar semua tagihan alat - alat lukisnya, dia memutuskan untuk singgah di restaurant seberang. Sembari menikmati secangkir kopi latte pesanannya dia mulai mengaktifkan sosial media.

Pertama dia memeriksa akun in***gramnya\, ada banyak pesan untukknya\, tetapi dia lebih memilih untuk memeriksa beberapa foto yang pernah dia post\, perhatiannya terpusat pada postingan terakhirnya yaitu foto tangannya yang di genggam oleh mantan pacarnya\, menatap lama kemudian dia mulai menscroll kebawah menampakkan gambar lelaki di puncak gunung yang membelakangi kamera\, hanya terlihat siluet samar dari tubuh lelaki yang teramat dia cintai dulu.

Ketika dia mulai menjelajahi sosial medianya dia menemukan postingan terbaru dari kakaknya, postingan genggaman tangan yang hampir mirip dengan foto yang sempat dia posting dulu, tangan lelaki yang sama tetapi dengan tangan wanita yang berbeda, Senja merasa dadanya berdenyut nyeri, dia masih terus menatap postingan tersebut tetapi suara panggilan membuyarkan perhatiannya.

"Adik disini juga?", Suara Pijara menyapanya

"Eh Mba...", tetapi tatapan Senja teralihkan pada genggaman tangan sepasang tunangan di depannya.

Baru saja dia melihat di postingan bahkan masih terpampang di layar ponselnya dan sekarang dia melihat secara live. Oke ini ujian...tahan...

Pijar melepaskan genggamannya, mendekati Senja dan memeriksa barang belanjaan Senja, saat itulah Senja punya kesempatan untuk mengarahkan pandangan kepada Bara, dengan wajah garang dia mengumpat tanpa suara.

"Bang**t", hanya gerakan dibibir tanpa suara dan hanya dilihat oleh bara

Bara melongo, apa barusan? dia mengumpatku di depan wajahku sendiri? apa katanya? BANG**T???, akhhh gadis ini memang perlu diberi pelajaran!!!, Bara tersenyum sinis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!