In silince, memories tell stories

Setelah mengantarkan Oma ke pavilium belakang rumah utama untuk beristirahat, Senja kembali kedalam rumah untuk menemui mamahnya yang dengan cekatan memotong daging untuk menu makan siang.

Hati Senja menghangat, bagaimana ada seseorang berhati luas seperti Mamahnya, meski Senja tak pernah melihat Papah memperlakukan mamah dengan baik akan tetapi Mamahnya senantiasa membalasnya dengan memenuhi kewajiban menjadi istri dan ibu yang teramat baik. Mungkinkah cinta memang seperti itu?

Bagi sebagian insan....cinta bisa menjadikannya kejam, tetapi dibelahan hati insan lainnya....cinta bisa sebegitu bodohnya, apa yang lebih bodoh dari pada bertahan dalam cinta sepihak???? dialah Winaya.

Melihat mamah tengah sibuk di dapur, dia mengurungkan niat mendekat, dia berbalik menuju lantai dua.

Disinilah Senja sekarang, dikamar kesayangannya saat remaja, perasaan terkejutnya bertemu dengan lelaki yang sekarang sudah menjadi tunangan kakaknya serta perjalanan panjang selama 14 jam lebih dari Amsterdam ke Jakarta membuat badannya terasa lelah, membuat Gadis 24 tahun itu tidak terlalu memperhatikan keadaan kamar tidurnya semalam.

Senja melangkah menuju walk in closet, ruangan persegi  yang dimana sejatinya diperuntukkan menyimpan perlengkapan fashion bagi kaum hawa, tetapi telah dirubah menjadi tempat berkarya oleh Senja.

Senja remaja sungguh berbeda, dia tak tertarik dengan fashion, dia sangat mencintai seni rupa.

Kanvas, kuas, pisau palet dan cat adalah barang - barang yang bisa menguras kantongnya, semua harta karunnya itu masih tertata rapi di ruangan ini.

"Pasti mamah menjaganya dengan baik", monolog senja sambil meraba semua perlengkapan melukis yang telah lama dia tingglkan.

Di dalam ruangan ini, Senja remaja menuangkan daftar impiannya , bedanya...dia tidak menulis dengan rangkaian kata seperti dalam buku diary, dia menceritakannya melalui lukisan, serangkaian warna warni yang digoreskan dengan hati.

Pandangannya menyapu semua sudut ruangan kemudian berhenti pada salah satu dinding berlatar jingga, lukisan terakhir yang dia buat semalaman sebelum berangkat ke Amsterdam, menggambarkan bagian punggung lelaki di puncak gunung.

Senja duduk melantai di hadapan sisi bidang dinding tersebut, tersenyum kecut mengingat bagaimana cinta pertamanya itu dengan tega memutuskan hubungan mereka, padahal baru satu minggu mereka resmi pacaran. Angannya menerawang pada 5 tahun yang lalu, pada pacar pertamanya.....

"Beneran kakak terima aku???", Mata bulat Senja berbinar sempurna, lelaki di depannya tersenyum mengangguk

"Terima cinta aku???, yakin kak??", Senja kembali menepuk kedua pipi chubbynya, rasanya seperti mimpi

"Mari kita pacaran Senja", Surya mendekat dan mengelus pucuk kepala Senja, yang dielus mendadak kelu, jantungnya berhenti memompa darah, dia sungguh grogi

"Kenapa kamu tegang begini, bukankah kamu tidak pernah malu selama 2 tahun mengejarku???", Senja mendengus saat Surya menggodanya

"Kaaaaaakkkkk....kita kan pacaran, bersikaplah sedikit manis!!"

***Surya mengikis jarak diantara mereka\, Cup.....*****kecupan tipis mendarat di bibir Senja,**

****"Apa begini sudah manis?", Senja tak mampu menjawab, otaknya bertambah bodoh seketika,**** Cup.....******Surya kembali mengecupnya ,

"Senja...apa ini ciuman pertamamu?", Senja hanya mengangguk, sementara Surya tak bisa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Senja, dia meraba bibir itu.

"ini pertama juga untukku, Senja...bibirmu semanis cerry".

Senja sudah tak mampu berfikir apapun\, karena didetik berikutnya Surya telah kembali menempelkan bibir mereka\, kali ini bukan kecupan\, Surya menye**sap bibir  Senja\, tangan kirinya menggenggam jemari Senja\, sementara tangan kanannya dia gunakan  menahan tengkuk gadisnya\, di tengah keterkejutannya gadis itu sempat  melihat Surya Memejam\, seolah tak ingin ketinggalan moment akhirnya Senja ikut hanyut menikmati permainan Surya\, saling menye**sap\, saling membe**lit bertukar saliva\, dua manusia amatiran itu hanyut dalam ciuman pertama yang begitu manis.

Surya melepaskan ciumannya, menautkan kening mereka berdua, dua insan itu masih ngos-ngosan berebut oksigen. Mata mereka masih saling bertaut, Senja mengelus pipi Surya

"Pacar, kenapa harus begitu lama membuatmu jadi pacarku?" Senja berucap dengan suara terendahnya.

Surya tergelak mendengar pertanyaan Senja, membawa senja kedalam pelukannya sembari berbisik "Karena aku terlalu bodoh untuk menyadarinya".

Untuk beberapa saat mereka masih di posisi ini, Senja duduk bersandar pada Surya dengan jemari yang saling bertaut, tak satupun dari mereka berbicara, mungkin sedang menyelami perasaan masing - masing. Sore tadi Senja sengaja datang ke apartement Surya untuk membawakan kue ulang tahun, iya...hari ini adalah ulang tahun Surya.

Padahal telah berkali - kali Surya menolak pernyataan cinta Senja, terang - terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada gadis Sma yang masih saja pongah menempelinya. Sedari menginjak SMA kelas 2 Senja tergila - gila pada pemuda manis dan irit bicara itu, semua bermula pada kegiatan MAPALA di Kampus  tempat Surya mengenyam pendidikan, bergabung membuat acara pendakian dengan SISPALA SMA tempat Senja bersekolah. Mereka berdua memiliki hobby mendaki.

"Senja....", Surya membuka hening diantara mereka.

"hem....", Senja hendak menegakkan duduknya tapi ditahan oleh Surya

"Tetap begini saja", Senja kembali menyandarkan kepalanya pada dada bidang Surya, " apa kamu ngga lelah menghadapiku?", lanjutnya

"Sejujurnya aku sudah lelah, dan ini adalah usaha terakhirku kak, saat kakak bilang akan menerimaku kalau nilai ujian akhirku bagus, aku benar - benar giat belajar tau....."

"Benarkah?, tapi aku belum melihat  nilaimu dengan benar  loh", Senja mendongak tak percaya mendengar perkataan Surya

"Gimana sih, kalo belum melihat nilaiku dengan benar, kenapa mau pacaran???, aku ngg mau loh kak pacarannya di cancel", Senja sudah duduk menghadap Surya, tak terima jika hubungan mereka yang baru saja resmi terancam batal perihal nilai ujiannya,

"Ya sudah mana aku lihat ulang nilaimu", Surya mengulum senyumnya saat Senja meraih Ponsel untuk menunjukkan pengumuman nilainya, rasanya begitu menyenangkan menggoda pacar barunya itu.

Senja menunjukkan dengan cemas nilai ujian dari email yang dia terima,

"Nilai segini sudah usaha terbaikmu???"

"Iya ini nilai terbaik selama aku sekolah kak, Semua nilainya B kan, lagian kakak yang ambigu cuman bilang nilai bagus, ngga ada batas minimal kan, berarti nilai di atas rata - rata udah bagus kak", Wajah Senja sudah memelas saat mengatakan itu. Surya sudah tak tahan lagi, dia tertawa terpingkal melihat kelakuan gadisnya,

"Hahahahhaha......Iya deh, kita pacaran"

"Koq kayak ngga ikhlas gitu sih kak", Senja sudah mulai khawatir, membuat Surya tak tega menggoda gadisnya lagi

***"Pacar....kita pacaran\, sebegitu takutnya ngga jadi dipacarin"\, Surya mengecup jemari Senja. Senyuman kembali terbit di bibir senja. ***

"Non Senja....Non Senja.....", Panggilan dari Bi Narti pembantunya membuyarkan lamunan Senja. Senja mengerjap membenahi diri sembari berdiri, beranjak keluar menanggalkan ingatannya pada pemilik mata teduh si pencuri ciuman pertamanya, sialnya tidak sedikitpun dia bisa lupa bagaimana bahagianya kala dia memiliki pacar saat itu, tertawa hambar menyadari ketololannya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!