Kembali ke Distrik 10 dengan hati yang berat, kelompok Jian Yi memutuskan untuk melaporkan kejadian di portal Distrik 8 kepada Ketua Guild, Putri Velini. Langkah-langkah mereka terdengar berat di koridor-guliku, mencerminkan kehilangan dan perjuangan yang mereka alami.
Sampai di kantor Putri Velini, suasana menjadi hening ketika Jian Yi dan yang lainnya mulai menceritakan segala detil pertempuran yang mereka alami di portal Distrik 8. Setiap kata yang diucapkan mengandung rasa kepedihan dan keberanian mereka menghadapi ancaman kalajengking raksasa.
Putri Velini, mendengarkan dengan serius, meresapi setiap kata yang diucapkan. Wajahnya menunjukkan kecemasan dan rasa kehilangan ketika nama Nick disebut. Kepala guild tersebut memahami bahwa pengorbanan Nick adalah harga yang harus dibayar dalam perang melawan monster yang mengerikan.
Dalam suasana yang hening, Jian Yi mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengalahkan kalajengking raksasa, namun dengan harga yang mahal. Gugurnya Nick menjadi luka yang dalam bagi kelompok mereka. Putri Velini, meskipun tampak tegar, merasa sedih akan kehilangan anggota guild yang begitu berharga.
Ketua guild memerintahkan kelompok Jian Yi untuk beristirahat dan memulihkan diri dari perjalanan yang melelahkan itu. Dia berjanji untuk memberikan penghormatan yang setimpal kepada Nick dan bersama-sama mereka akan merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk melindungi distrik mereka dari ancaman yang mungkin datang.
Setelah memakamkan rekan mereka yang tercinta, kelompok Jian Yi berpisah setelah melakukan peristirahatan terakhir bagi Nick. Hujan yang turun seolah membawa rasa kesedihan yang mendalam dari hati para rekan dan HUNTER lainnya. Dalam sorotan air hujan, tanah kuburan Nick tampak begitu sepi dan hening.
Para HUNTER dan rekan-rekan Nick berkumpul di sekitar makam, mengucapkan doa terakhir dan merenung di bawah gerimis yang turun. Jian Yi, bagaimanapun, tetap diam dan berdiam diri di balik pohon. Dia bersandar, menahan kesedihannya sendiri, dan dalam hatinya, dia menyuarakan keputusannya yang sulit.
"Inilah yang tidak kusuka," bisik Jian Yi dalam hatinya. Baginya, membentuk kelompok berarti membuka diri untuk lebih banyak kehilangan, dan perasaan kehilangan Nick begitu menyakitkan. Keputusannya untuk menjadi HUNTER solo bukan hanya karena keahliannya yang tinggi, tetapi juga karena ketakutan akan kehilangan yang lebih banyak lagi.
Dalam diamnya, Jian Yi menggenggam pedang Voer Hitamnya erat-erat. Dia memandang tanah kuburan, mengenang kenangan bersama Nick, dan berjanji dalam hatinya untuk terus melangkah maju sendirian, tanpa harus melihat lagi teman-temannya gugur di medan perang. Meskipun hujan turun dengan lebat, tetapi air mata yang turun dari matanya mengungkapkan kesedihan yang mendalam dan keputusan yang sulit yang harus dihadapinya.
Meskipun Jian Yi baru mengenal Nick dalam waktu yang singkat, dalam hatinya, Nick telah menjadi lebih dari sekadar rekan sementara. Baginya, hubungan yang terjalin begitu kuat meski hanya sejenak. Ketika hujan semakin deras, Jian Yi terdiam di bawah pohon, membiarkan kenangan masa lalu kembali muncul.
Di balik kisahnya yang kelam, Jian Yi ternyata pernah membentuk kelompok sendiri setelah munculnya portal pertama dan manusia berubah menjadi HUNTER. Kenangan masa lalu itu membawanya kembali ke momen-momen bersama rekannya yang telah gugur satu per satu. Dalam gemuruh hujan, dia mengingat kehadiran mereka yang seolah telah menjadi bagian dari dirinya.
Jian Yi melihat bayangan wajah-wajah yang sudah tidak ada, tetapi masih hidup di dalam kenangannya. Mereka bersama-sama menghadapi tantangan yang sulit dan membentuk ikatan yang kuat di tengah kekacauan. Meskipun masa lalu itu penuh kesedihan dan kehilangan, Jian Yi menemukan kekuatan untuk terus melangkah dari kenangan-kenangan yang menyakitkan.
Dengan tatapan yang dalam, Jian Yi berkomitmen untuk menghormati kenangan mereka dengan melanjutkan perjalanannya sebagai HUNTER solo. Meski hatinya terluka oleh kehilangan, dia memegang teguh tekadnya untuk tidak membentuk ikatan baru, takut akan ketidakmampuannya melindungi mereka yang mungkin tergantung padanya. Dalam hujan yang terus turun, Jian Yi mencari kekuatan dalam kesendirian dan kenangan yang telah membentuk dirinya.
Hujan pun berhenti, membiarkan tetesan air yang tersisa di ranting pohon dan daun-daun yang basah. Jian Yi dan yang lainnya kembali ke tempatnya masing-masing, menutupi perasaan kesedihan dan kehilangan di balik langit yang mulai bersinar kembali.
Jian Yi memasuki rumah mandi, mengganti pakaian basahnya dengan yang kering. Dia merasa butuh sesuatu untuk mengisi perutnya, jadi memutuskan untuk pergi ke Market setempat. Saat berada di sana, aroma makanan yang beraneka ragam menyambutnya, dan Jian Yi memutuskan untuk membeli beberapa hidangan untuk dirinya sendiri.
Ketika dia melangkah keluar dari Market, mata Jian Yi tertuju pada seorang wanita yang sedang di ganggu oleh beberapa orang. Awalnya, Jian Yi ragu untuk ikut campur, tetapi ketika dia menyadari bahwa wanita itu adalah adik dari rekannya yang dulu, nalurinya sebagai HUNTER dan rasa balas budinya membuatnya tak bisa tinggal diam.
Dengan cepat, Jian Yi bergerak menuju ke lokasi kejadian, menghadapi para pelaku dengan tatapan dinginnya. Tanpa ragu, dia melibas pedang Voer Hitamnya, memancarkan aura yang menakutkan. Perubahan dalam ekspresi wajah para pelaku menjadi terasa saat mereka menyadari bahwa mereka telah menantang seseorang yang tidak bisa dianggap remeh.
Dengan tindakan tegas dan tanpa kompromi, Jian Yi melindungi adik rekannya dari ancaman. Wanita itu, yang pada awalnya ketakutan, melihat Jian Yi sebagai pahlawan yang tak terduga. Saat melihat wajah adik rekannya itu, Jian Yi merasa sesuatu yang berbeda, bukan hanya rasa balas budi, tetapi mungkin ada benih kehangatan di hatinya yang belum terjamah selama ini. Setelah memastikan keamanan adik rekannya, Jian Yi melangkah pergi, menyisakan pertanyaan yang melayang di pikirannya tentang makna pertemuan tak terduga ini.
Namun, adik rekannya tidak menyerah begitu saja. Dengan penuh semangat, dia berlari mendekati Jian Yi dan mencoba mengulurkan kata-kata terima kasih lagi. "Hai... hai... terima kasih atas pertolonganmu. Siapa nama kamu, hai?" serunya dengan penuh kepolosan.
Namun, Jian Yi tetap memilih untuk hanya pergi, seakan mengabaikan keramahan dan rasa terima kasih dari adik rekannya. Langkahnya tetap mantap, walaupun di dalam hatinya mungkin terbersit rasa berat karena tindakannya yang dingin. Adik rekannya hanya bisa memandang Jian Yi yang semakin menjauh dengan pandangan campuran kebingungan dan kekecewaan.
Pertemuan singkat itu meninggalkan jejak misteri dan rasa penasaran di antara keduanya. Adik rekannya terus berdiri di tempat, memandang kepergian Jian Yi dengan perasaan yang sulit diartikan. Sementara itu, di dalam hati Jian Yi, ada pertanyaan yang mulai menggelayuti pikirannya. Apakah dia telah membuat keputusan yang benar dengan memilih untuk mengabaikan adik rekannya seperti itu?
Jian Yi melangkah terus menuju rumahnya, membiarkan jejak-jejaknya di jalan yang masih basah oleh hujan sebelumnya. Begitu sampai di rumah, dia menyiapkan makanan yang baru saja dibelinya, duduk di depan televisi, dan menonton berita yang tengah menggulir di layar.
Dalam keheningan yang hanya terisi oleh suara pelan dari televisi, tiba-tiba terdengar suara bel di pintu. Jian Yi sedikit terkejut, tidak menyangka ada yang datang pada saat seperti ini. Saat dia membuka pintu, wajah senyuman Muyinci menyambutnya.
"Hai, Jian Yi!" sapa Muyinci dengan riang. Jian Yi hanya menunjukkan ekspresi biasa dan bertanya, "Ada apa, Muyinci?"
Muyinci tersenyum lebih lebar, "Aku hanya ingin berkunjung saja." Tanpa menunggu undangan lebih lanjut, Muyinci masuk ke dalam rumah Jian Yi. Keduanya duduk di ruang tamu, menciptakan suasana yang tenang dengan kehadiran satu sama lain.
Muyinci memulai percakapan ringan, menceritakan beberapa pengalaman saat berburu monster dan menggambarkan suasana di guild. Jian Yi mendengarkan dengan serius, terlihat sedikit teralihkan dari kesedihan dan kehilangan yang masih membayangi pikirannya.
Walaupun hanya kunjungan singkat, kehadiran Muyinci memberikan sentuhan hangat dan ketenangan di dalam rumah Jian Yi. Sedikit demi sedikit, Jian Yi mulai merasakan bahwa tidak semua ikatan harus membawa kehilangan. Mungkin, di tengah perjalanan soliternya, masih ada tempat untuk kehangatan persahabatan.
Jian Yi kembali duduk dengan coklat hangat kesukaannya, menikmati kehangatan minuman itu sambil merenung. Suara televisi yang pelan masih terdengar di latar belakang, menciptakan suasana yang tenang di dalam ruangan.
Setelah beberapa menit, Jian Yi merasa perlu sedikit jalan-jalan untuk menghilangkan rasa tegang di bahunya. Hari ini tidak ada kegiatan khusus, sehingga dia memutuskan untuk berkeliling sebentar. Di perjalanannya, dia tak sengaja berpapasan dengan ketua guild, Putri Velini, yang tengah duduk di sebuah kafe, diiringi oleh bawahannya yang setia.
Meskipun mata mereka bersinggungan sejenak, Jian Yi hanya melewati mereka tanpa menyapa. Ekspresi wajahnya tetap datar, tanpa menunjukkan reaksi berlebihan. Beberapa langkah kemudian, Jian Yi melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Putri Velini yang mungkin mencoba memahami apa yang terjadi.
Dalam hati Jian Yi, masih ada kebingungan dan pertimbangan untuk menjaga jarak dari ikatan sosial. Namun, setiap pertemuan dengan sesama HUNTER, terutama dengan sosok seperti Putri Velini, membawa pertanyaan baru dan keputusan yang perlu diambil.
Putri Velini, tanpa ragu-ragu, berbalik dan mengejar Jian Yi dengan langkah-langkah yakin. Dia memanggil namanya dengan suara lantang, dan dengan berani, dia mencegah langkah Jian Yi, berdiri di hadapannya. Wajahnya mencerminkan keputusannya untuk menghadapi situasi ini.
Jian Yi, dengan wajah santainya, bertanya, "Ada apa?" Tanpa menunjukkan tanda-tanda keterkejutan atau kepanikan. Namun, salah satu pengawal Putri Velini merasa terhina oleh sikap Jian Yi. Dengan marah, pengawal tersebut mengingatkan Jian Yi tentang posisinya yang seharusnya lebih menghormati.
"Sialan, kamu tidak tahu dengan siapa kamu bicara! Berani sekali kau ini, bocah!" ujar pengawal dengan nada keras. Jian Yi tetap tenang, menatap dingin pengawal yang berbicara. Putri Velini segera menyela dan meminta pengawalnya untuk bersikap bijak.
Namun, salah satu pengawal yang sombong tidak mengendurkan nada. Dia berkata kepada Putri Velini, "Nona, kenapa Anda membela dia? Jelas-jelas dia tidak menghormatimu. Apakah dia tidak tahu siapa ayah Anda, nona?" Sambil tersenyum sombong, pengawal itu melanjutkan, "Kau adalah bocah ingusan, bocah lemah sepertimu tidak pantas menjadi HUNTER." Dia tertawa, diikuti oleh pengawal lain yang meramaikan situasi.
Jian Yi, masih dengan tatapan dingin, menekan tangannya erat-erat. Pengawal yang sombong menantangnya untuk berduel. Jika Jian Yi menang, pengawal itu akan keluar dari pengawalan Putri Velini. Namun, jika Jian Yi kalah, dia harus berlutut di hadapan pengawal tersebut. Taruhan itu diiringi oleh tawa sombong dari pengawal-pengawal yang lain.
Entah bagaimana, suasana pun tegang, menantikan bagaimana pertarungan dan perjuangan Jian Yi akan berlanjut di hadapan Putri Velini dan para pengawalnya.
Suasana terus menjadi semakin tegang ketika Jian Yi menerima tantangan dan bersiap untuk duel. Meskipun Putri Velini berusaha mencegahnya, Jian Yi tegas menghadapi situasi ini. Banyak orang di sekitar, termasuk HUNTER lainnya, berkumpul untuk menyaksikan pertarungan yang akan segera terjadi.
Jian Yi bersiap dengan penuh konsentrasi, sedangkan pengawal yang bernama Dakri juga mempersiapkan diri dengan penuh kepercayaan diri. Teriakan dukungan dan ejekan mulai bergema di antara penonton. Salah satu rekan pengawal memberikan instruksi keras kepada Dakri, meminta untuk mengakhiri pertarungan tanpa ampun.
Namun, saat pertarungan dimulai, Jian Yi dengan sigap menghancurkan pedang Dakri dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Terkejut dan terheran-heran, Dakri tidak menyangka bahwa dia bisa kalah begitu cepat. Tawa penonton semakin ramai, terutama orang-orang yang menertawakan Dakri.
Namun, di tengah kemenangan Jian Yi, ada satu HUNTER misterius yang mengenakan tudung, memperhatikan pertandingan dengan seksama. Setelah itu, dia menghilang dengan cepat, meninggalkan suasana yang semakin aneh.
Setelah pertarungan selesai, Jian Yi merasakan hawa yang tidak nyaman, meskipun dia tidak melihat siapa pun di sekitarnya. Sementara itu, Putri Velini, yang sempat kuatir dengan keputusan Jian Yi untuk menghadapi Dakri, mengamati situasi dengan perasaan campur aduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments