Arden dan Eleine akhirnya tiba di tempat dimana ledakan terjadi, yaitu perpustakaan.
Saat mereka berkeliling, mereka menemukan banyak buku yang telah hangus akibat dari ledakan tersebut
Mereka akhirnya menyadari bahwa bangunan yang diledakkan merupakan sebuah perpustakaan
Seketika itu juga Arden dan Eleine sedikit syok, mereka melihat jepit rambut yang tidak lain merupakan milik Naila.
"Kak Naila...." Ucap eleine dengan nada rendah
"Dia tidak ada disini, kemungkinan dia sudah pergi." Ucap Arden
Mereka akhirnya memutuskan untuk berkeliling di tempat kejadian perkara untuk menemukan sesuatu yang dapat dijadikan acuan dimana Naila saat ini
Saat sedang berkeliling, perhatian Arden teralihkan oleh satu buku yang belum hangus sama sekali. Ia mengambil buku tersebut, saat membukanya ia terkejut karena buku tersebut merupakan petunjuk dari keberadaan artefak kuno, Heart of Rubia.
(Bagaimana bisa? Tidak mungkin buku sepenting ini ada di perpustakaan umum) dalam hati Arden
Tiba-tiba, cahaya api melesat ke arah Arden dan hampir mengenai tangannya. Dengan reflek yang dimilikinya ia mampu menghindari serangan api tersebut
Sementara itu Eleine, ia juga mendapatkan serangan mendadak dari seseorang yang tak dikenal
Eleine kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini
Eleine akhirnya berlari menuju tempat Arden berada
"Tuan Arden, seseorang sepertinya sedang mengincar sesuatu dari kita" bisik Eleine
Muncul 2 orang di hadapan Arden, begitu pula dengan Eleine.
Arden memiliki rasa khawatir berlebih terhadap Eleine karena meskipun Eleine bisa menggunakan sihir, tetapi ia masih belum mahir dalam mengendalikan nya
"Apa yang kalian inginkan?" Tanya Arden kepada 2 orang dihadapannya
Terdapat 2 wanita yang berjalan mendekati Arden
"Serahkan buku itu, kalau tidak kami akan menggunakan kekerasan" ucap wanita berambut merah
Tentu Arden menolak hal tersebut, tanpa peringatan wanita berambut hitam mulai menyerang Arden dengan sihir bumi miliknya
Tentu Arden dapat menghindari serangan tersebut dan melempar bukunya kepada Eleine
Seorang pria dengan rambut hitam berjalan ke arah Eleine, merasa sesuatu yang buruk Eleine memeluk buku tersebut dengan sangat erat
"Hey, gadis. Mau kah kamu memberikan buku itu padaku?" Ucap pria tersebut
Dengan lantang Eleine menolak permintaan dari pria tersebut.
Merasa usahanya sia-sia, pria itu memerintahkan gadis yang ada di belakangnya untuk mengambil buku tersebut secara paksa
Arden yang melihat hal tersebut seketika khawatir dengan Eleine, namun sepertinya kekhawatirannya hanya sia-sia saja.
Eleine melawan gadis tersebut dengan kekuatan sihir miliknya
Meskipun begitu, Eleine masih sangat sulit untuk mengimbangi kecepatan gadis tersebut.
Eleine tidak kehabisan akal, ia menggunakan sihir api miliknya untuk melambatkan pergerakan dari gadis tersebut.
"Fire Floor" teriak Eleine
Seketika lantai tempat gadis itu berpijak mulai memperlambat pergerakan nya, hal tersebut membuat si gadis menjadi panik.
Eleine memusatkan sihir api miliknya sehingga berbentuk seperti tombak besar
Melihat tombak api yang sangat besar membuat Arden terpukau, tentu Arden juga menyadari bahwa Eleine memaksakan dirinya.
Dengan mata yang berapi-api, Eleine mengarahkan serangannya ke arah 2 orang yang ada di hadapannya.
"Flame of Spear" teriak Eleine
Serangan Eleine meluncur ke arah 2 orang di hadapannya dengan sangat cepat hingga mereka tidak dapat mengelak lagi
Tombak api menghantam tanah dan kemudian meledak dengan sangat keras hingga membuat gelombang kejut yang membuat Arden sedikit kesulitan dalam melihat
Eleine berhasil mengalahkan musuhnya, namun kini dia sangat kelelahan.
Arden menghela nafas lega, kini Arden akhirnya dapat fokus kepada musuh yang ada di hadapannya.
"Hey, 2 gadis. Kurasa lebih baik kalau kalian berdua langsung maju bersama untuk melawan ku" ucap Arden dengan nada sombong
Kedua gadis tersebut terpancing oleh kesombongan Arden. Tanpa basa-basi mereka berdua menyerang Arden tanpa ragu
Arden tersenyum gembira, dengan sihir bumi miliknya Arden mengikat pergerakan 2 gadis tersebut hingga tak dapat bergerak lagi.
Kedua gadis tersebut berusaha menghancurkan tanah yang membuat mereka tidak dapat bergerak, tetapi mereka tidak sempat. Arden menyerang belati miliknya dan dengan cepat melesat ke arah kedua gadis itu.
Dengan teknik cincang miliknya, kedua gadis tersebut akhirnya mati dalam keadaan menjadi daging cincang
Arden melupakan satu hal, Eleine masih tidak mampu untuk melihat manusia yang mati dalam keadaan mengenaskan. Ia berusaha menyembunyikan hal tersebut, saat ia nengok ke arah Eleine ia melihat Eleine yang sudah terbaring di tanah.
Dengan panik Arden berlari ke arah Eleine, ia memanggil nama Eleine terus menerus hingga Arden menyadari bahwa Eleine telah pingsan akibat kehabisan energi.
Arden mengangkat tubuh Eleine dan membawanya ke penginapan.
Sementara itu, Naila dan Ricky berada di istana kerajaan
Mereka disambut dengan penuh hormat dari para pelayan kerajaan.
Mereka dipandu menuju ruang takhta untuk menemui raja Dilforce saat ini.
"Kenapa aku harus kesini sih?" Tanya Naila dengan kesal
"Iya, ada seseorang yang harus kamu temui" jawab Ricky
"Biar kutebak, pasti raja Kerajaan ini kan?" Ucap Naila menebak-nebak
Pintu ruang takhta dibuka, mata mereka berdua tertuju pada sang raja yang duduk di singgasananya dengan sangat elegan.
Ricky dan Naila berjalan menuju hadapan sang raja dari kerajaan Dilforce saat ini, yaitu Dilforce Dilan XXV
Ricky berlutut di hadapan sang raja dengan penuh kehormatan
"Yang mulia, maaf atas keterlambatan saya." Ucap Ricky
"Beritahu aku, apa saja yang telah terjadi, putraku" ucap raja Dilan
Naila sangat terkejut saat mengetahui bahwa Ricky adalah putra pertama dari raja Dilan yang artinya Ricky adalah putra mahkota.
Ricky akhirnya menjelaskan semua yang terjadi, ia juga memberitahu bahwa ledakan yang terjadi hari ini berada di tempat perpustakaan utama.
Ricky juga memperkenalkan Naila kepada ayah nya.
Dilan merasa asing dengan rupa wajah dari Naila, dengan gampangannya ia mengetahui bahwa Naila berasal dari kerajaan coldendEarth
"Warga kerajaan coldendEarth, apa yang membuatmu datang kemari?" Tanya Dilan
Awalnya Naila ragu untuk memberitahukan nya, hingga pada akhirnya ia memberitahukan hal tersebut untuk mempercepat pencarian terhadap Heart of Rubia
"Saya datang kesini atas perintah dari Johan untuk mengambil Heart of Rubia" ucap Naila dengan ekspresi serius
Mendengar ucapan Naila membuat Raja Dilan dan yang lainnya terkejut. Seketika para penjaga mengacungkan senjata kepada Naila namun dihentikan oleh raja Dilan
"Tadi kamu bilang...Johan?" Tanya raja Dilan
"Iya, yang mulia" jawab Naila
Dilan menghela nafas sejenak dan memerintahkan para penjaga untuk berhenti mengancam Naila.
"Jadi, apa alasan Johan The Impact memerintahkan kamu untuk mengambil artefak warisan turun-temurun dari kerajaan Dilforce?" Tanya Dilan memastikan
Naila menatap raja Dilan dengan serius dan berkata
"Karena itu merupakan permintaan terakhir dari Nova sang badai" ucap Naila
Mendengar nama Nova sang badai benar-benar membuat raja Dilan terkejut.
"Nova sang badai, pencipta dari artefak kuno Heart of Rubia. Apa maksudmu tentang permintaan Nova itu?" Tanya Raja Dilan dengan heran
"Apa aku harus memberitahukan nya?" Tanya Naila dengan tatapan sinis nya
"Jika memang kamu merupakan utusan dari petualang legendaris Johan" jawab raja Dilan membalas tatapan sinis Naila
Naila menghela nafas sejenak dan menceritakan peristiwa yang baru-baru ini telah dialami oleh kerajaan coldendEarth.
Raja Dilan tidak bisa berkata-kata mendengar penjelasan dari Naila
"Pada intinya adalah, Johan mendapat mimpi dari Nova yang menyuruhnya untuk mengambil Heart of Rubia" ucap Naila dengan nada rendah
"Bisa dibilang aku hanyalah utusan" tambah Naila
Tiba-tiba, terdengar suara wanita tertawa dari arah kiri. Mereka semua menengok ke arah sumber suara tersebut dan melihat seorang wanita yang duduk di jendela istana.
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna putih bertiup dengan angin.
"Sepertinya pembahasan kalian cukup membuatku tertarik. Apa aku boleh ikut bergabung dengan kalian?" Ucap gadis tersebut
Naila menyadari bahwa tawa dari gadis tersebut sama persis dengan gelak tawa saat kehancuran dari perpustakaan utama
"Jadi kamu juga tertarik dengan Heart of Rubia?" Tanya Naila
Gadis itu menghela nafas sejenak
"Kalau iya..... gimana?" Ucap gadis tersebut
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments