CLBK

"Fin kamu udah pulang? Kamu tadi jemput Naya kan? Terus Nayanya kemana sekarang?" Baru saja masuk rumah, Daffin sudah diberondongi banyak pertanyaan oleh sang mama.

"Udah mah, anaknya sekarang udah dirumah. Masak iya mau Daffin bawa kesini." Kesal Daffin.

"Gak pa-pa dong kalau Nayanya dibawa kesini. Jadi kan mama ada temen buat ngobrol. Syukur-syukur kalau kamu bawa Naya kesini sebagai mantu mama."

Niat hati menjawab asal dari pertanyaan mamanya, ini malah membuat omongan sang mama makin ngelantur.

Tak ingin mamanya memperpanjang mukaddimahnya, Daffin memilih pergi menuju kamarnya. Tubuhnya sudah merasa gerah dan lengket akibat aktivitas seharian. Belum lagi baru datang sudah mendengar omongan mamanya yang bikin telinga Daffin panas, membuat Daffin ingin segera berendam. Selain untuk menyegarkan tubuhnya, ia juga ingin menyegarkan pikirannya.

Sama halnya dengan Daffin, dirumah sebelah Naya yang baru saja masuk kedalam rumahnya juga langsung mendapat banyak pertanyaan dari sang bunda.

"Nay, kamu sudah pulang? Nak Daffin kemana? Kenapa gak diajak masuk? Ini bunda udah buatin kue pisang kesukaannya. Ya anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena udah nganterin kamu pulang."

Naya memilih tidak berkomentar sama sekali. Iapun langsung berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum.

"Bunda, Naya kekamar dulu. Badan Naya udah berasa lengket banget." Begitu selesai minum, Naya langsung bergegas menuju kamarnya.

Selepas mandi, Naya terlihat duduk selonjoran disofa yang ada dikamarnya. Terlihat dia memijati kakinya yang masih terasa sedikit sakit.

"Nay....Bunda boleh minta tolong enggak?" Baru saja dia ingin mengistirahatkan tubuhnya, suara sang bunda sudah terlebih dulu memanggilnya.

"Nay, bunda minta tolong anterin kue ini kerumah tante Lina gih." Bu Dania terlihat berbicara dari pintu kamarnya.

"Bunda, kaki Naya kan masih sakit. Kenapa gak nyuruh Raka aja."

"Astaga....bunda lupa Nay, kalau kaki kamu lagi sakit. Habisnya bunda mau nyuruh adek kamu tapi adek kamu belum balik-balik. Tadi izinnya mau main bola sama temen-temennya." Bu Dania pun mengurungkan niatnya untuk menyuruh putrinya.

Pada akhirnya bu Dania mengantarkan sendiri kue itu kerumah tetangganya.

"Ya ampun bu, kenapa mesti repot-repot segala. Ini pasti Daffin seneng banget kalau lihat ada kue pisang dirumah."

"Syukurlah kalau Daffin suka. Yasudah kalau begitu saya pamit dulu, takut ayahnya anak-anak udah pulang."

Sepulangnya bu Dania, bu Lina langsung memanggil putranya yang saat itu berada di balkon kamarnya. Entah apa yang dia lihat, karena sepertinya putranya itu terlihat begitu fokus hingga tidak menyadari keberadaannya saat ini.

"Fin....kamu lihat apa? Dari tadi mama panggil gak jawab-jawab."

Daffin terlihat gelagapan begitu dirinya menyadari jika sang mama rupanya sejak tadi berdiri dibelakangnya.

"Eng-enggak kok mah, ak-aku cuman lagi lihat matahari mau terbenam saja."

Alasan yang cukup masuk akal. Karena jika dilihat memang ini adalah waktunya matahari untuk beristirahat dan posisinya akan digantikan oleh rembulan.

"Dibawah ada kue pisang kesukaan kamu. Baru saja tante Dania nganterin kue itu khusus buat kamu. Katanya sebagai tanda terima kasih karena kamu udah repot-repot antar jemput Naya." Jelas bu Lina pada putranya.

"Habis ini Daffin turun. Mama duluan saja."

***

Malam hari saat Naya hampir saja memejamkan matanya menuju peraduan, tiba-tiba ponselnya berdering. Rupanya ada sebuah pesan masuk.

Daffin :[ Besok ada kuliah jam berapa ]

Tanpa melihat namanya pun sudah jelas siapa pengirim chat itu.

Naya :[ Siang ]

Ck....ini anak balas chat irit bener.

Dalam batin Daffin menggerutu sendiri. Sungguh dia merasa kesal dengan balasan chat dari Naya yang begitu singkat dan sama sekali tidak jelas menurutnya. Namun kendati demikian dia masih mencoba membalas lagi chat dari Naya.

Daffin :[ Jam berapa? ]

Naya :[ Jam 10.00]

Tak ingin memperpanjang chat, Daffin memilih tidak lagi membalas pesan dari Naya. Mengingat balasan chat dari Naya yang terakhir sudah sangat jelas.

Daffin memilih segera mengistirahatkan tubuhnya karena besok dirinya ada agenda penting.

"Fin, kamu masih antar jemput Naya kan?"

Pagi-pagi sang mama seperti biasa sudah heboh jika menyangkut hal yang berkaitan dengan Naya. Entah aura apa yang dimiliki gadis satu ini hingga membuat sang mama begitu mengistimewakannya.

"Fin, kok diem aja. Kamu masih antar jemput Naya kan?" Karena tak mendapat respon, mamanya jadi kembali bertanya.

"Iya mah, masih." Daffin menjawab dengan sedikit nada kesal.

"Bagus, awas aja kalau sampek lupa." Ucapan bu Lina terdengar seperti sedang mengintimidasi.

Melihat ekspresi istri dan putranya, membuat pak Malik hanya bisa geleng-geleng kepala. Pemikiran sang kepala rumah tangga ini sama dengan sang putra. Ia merasa heran kenapa sejak dulu istrinya ini begitu antusias dan penuh perhatian ekstra jika sudah menyangkut Naya.

Tak ingin kembali mendengar mamanya ceramah panjang lebar, Daffin memilih segera berangkat kekantor.

Rupanya kedatangan Daffin sudah ditunggu oleh Farel. Dia sengaja menunggu bosnya ini karena ingin menyerahkan beberapa CV milik calon pelamar yang akan diseleksi untuk menjadi sekertaris Daffin.

"Ini ada tiga CV yang aku bawa dari HRD. Bapak bisa cek kira-kira mana yang cocok untuk menjadi sekertaris bapak."

"Ck....kamu pikun atau gimana sih. Manggilnya santai ajalah. Gue udah bilang kalau lagi berdua manggil kayak biasanya aja." Daffin terlihat sedikit kesal. Pasalnya sudah berapa kali Daffin mengingatkan Farel agar memanggil dirinya dengan nama saja saat sedang berdua.

"Maaf suka lupa." Farel terlihat menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

Daffin kini terlihat mengamati satu persatu CV dari kandidat yang melamar untuk menjadi sekertarisnya itu. Hingga sampai pada salah satu CV.

"Rel....gue kayaknya gak asing sama nama ini." Daffin terlihat mengerutkan keningnya sembari memberikan selembar kertas berisi salah satu CV itu pada asistennya.

"Raisa Aulia Kinanti, kok kayak familiar ya." Farel pun juga terlihat seperti sedang mengingat-ingat sesuatu setelah melihatnya.

"Apa ini Raisa teman sekelas kita waktu di SMA ya?" Farel mengatakan itu saat dirinya membaca riwayat pendidikan yang tertulis di CV itu.

"Coba Fin siniin amplopnya, aku mau lihat foto orangnya."

Farel langsung merogoh isi amplop coklat itu dan mencari foto dari pengirim CV itu.

"Wah...gak salah lagi. Ini si Raisa Fin." Farel memastikan itu adalah Raisa teman semasa SMA setelah dirinya mengamati dengan seksama foto yang ada diamplop itu.

"Apa jangan-jangan dia masih ngejar lo ya. Kok sampek dia harus ngelamar jadi sekertaris lo segala." Farel mulai menduga-duga.

"Lo jangan asal bicara sembarangan. Kali aja dia emang lagi butuh pekerjaan." Daffin tak terima dengan apa yang asistennya ini katakan.

"Ya kali aja CLBK." Celetuk Farel dengan asal.

"Gue gak pernah jadian sama dia. Jadi mana ada yang namanya CLBK. Dan ingat sejak dulu gue juga gak pernah ngasih harapan apa-apa sama dia. Jadi lo gak usah aneh-aneh." Daffin mulai terlihat kesal pada asistennya ini.

"Itu mah gue tau. Yang gue maksud kan bukan cinta lama bersemi kembali, tapi cinta lama belum kelar. Dan sekarang dia datang buat berjuang lagi."

Makin ngelantur aja omongan si Farrel. Hingga membuat Daffin yang kesal langsung melemparinya dengan amplop yang ada ditangannya.

"Ngomong asal lagi, gue pecat lo." Ancam Daffin yang sama sekali tak membuat seorang Farel merasa takut sedikitpun.

"Ck....ngomong gitu doang ancamannya pecat-pecat segala. Serem banget bos gue satu ini." Ucap Farel dengan eskpresi yang dibuat seperti orang sedang ketakutan.

"Gak usah protes, mending sekarang lo kasih tau gue jam berapa gue mesti interview mereka?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!