BAB 15

Tiga bulan berlalu sejak kecelakaan yang menimpa Hana. Kini ia tengah disibukkan dengan persiapan sidang skripsi yang akan ia lakukan. Begitupun juga dengan Evan. Ia dan Hana selalu bersama-sama mengurus semua persiapan sidang mereka nanti. Mereka berdua ingin diwisuda bersama-sama.

Hubungan keduanya pun membaik seiring waktu. Hana benar\-benar berusaha agar hubungannya dengan Evan bisa bertahan. Dan Evan pun juga begitu, ia selalu mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia akan bisa mendampingi Hana sesulit apapun keadaannya.

"Evan, kamu dapat jadwal sidang hari apa?" tanya Hana antusias. Hari ini jadwal ujian mereka dan teman\-teman mereka yang lainnya keluar.

"Aku hari Senin, yang. Kamu?" Evan balik bertanya.

"Sama aku juga Senin. Yah aku jadi gak bisa nungguin kamu depan ruang sidang dong," ujar Hana sedikit kecewa.

"Biar gue aja yang tungguin Evan," tiba\-tiba Maya datang menghampiri Hana dan Evan. Hana menoleh menatap Maya. Ia memicingkan kedua matanya.

"Ya kali lo mau nungguin orang sidang, emang lo gak sidang apa May? Tuh liat jadwal. Lu sidang senin juga kali," ujar Anindya keluar dari ruang dosen.

Mendengar ucapan Anin, Maya segera berjalan menuju ke papan pengumuman untuk melihat jadwal ujian. Ternyata benar ia juga dijadwalkan ujian hari Senin. Maya lalu menepuk jidatnya, masih ada beberapa persiapan sidang yang belum ia rampungkan, batinya.

Bukan hanya hubungan Hana dan Evan yang membaik, tetapi hubungan Hana dan Maya pun kini menjadi dekat. Sehari sejak pertemuannya dengan Evan, Maya mendatangi rumah Hana. Awalnya Hana terkejut dengan kedatangan Maya, tetapi setelah Maya menjelaskan maksud kedatangannya, Hana pun menerima Maya dengan baik.

Maya datang untuk meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan kepada Hana. Ia tahu tidak seharusnya ia melakukan itu. Dan mengenai perasaannya terhadap Evan, untuk saat ini Maya sudah pasrah dan menyerahkannya pada takdir. Maya sadar bahwa perihal hati manusia tidak bisa dipaksakan.

Sejak saat itu hubungan antara Hana dan Maya semakin membaik. Mereka mulai menjalin hubungan pertemanan dan semakin akrab. Tak jarang Maya ikut menghabiskan waktu bersama Hana dan Anin serta Evan ketika dikampus.

Hati Hana perlahan mulai pulih dari luka karena kesepian. Begitupun dengan Maya, sikapnya mulai berubah menjadi Maya yang dulu. Maya yang baik dan peduli dengan orang disekitarnya. Keduanya seperti sama\-sama sedang memulai hidup yang baru.

Hana sangat bersyukur atas apa yang terjadi pada hidupnya saat ini. Ia mulai merasakan kebahagiaan mengisi hari\-harinya. Hana sangat berharap untuk bisa menjalani hidupnya dihari\-hari selanjutnya dengan lebih banyak rasa bahagia. Yang paling utama, ia tidak perlu merasa sendirian lagi.

*****

Liam menatap kartu nama yang Evan berikan kepadanya beberapa bulan yang lalu. Lebih tepatnya ia menatap pesan dibalik kartu nama tersebut. "Kita perlu bicara." tulisan tangan itu ia kenali sejak jaman sekolah dulu. Tulisan tangan sahabatnya, Effendi.

"Ada apa Mas?" tanya Carissa memasuki ruang kerja Liam. Carissa meletakkan segelas kopi susu yang ia buatkan untuk menemani Liam memeriksa berkas dari kliennya.

"Beberapa bulan yang lalu, Evan ngasih aku kertu nama ini, Sa. Aku gak tahu ini maksudnya apa. Setelah sekian lama dia memutus komunikasi dengan kita dan menghindar," jelas Liam sembari menyerahkan kartu nama Effendi kepada istrinya.

Carissa membaca pesan yang ada pada kartu tersebut dan kembali menatap suaminya. Ia pun sama bingungnya dengan Liam. Dulu ketika mereka masih mencoba menjaga komunikasi dengan Effendi, justru Effendi tidak merespon dan menjauhi mereka.

"Mas gak mau coba hubungi aja?" tanya Carissa kepada Liam. Liam tidak menjawab, ia hanya terus menatap kartu nama itu.

Perhatiannya teralihkan ketika melihat Evan membuka pintu ruang kerjanya. Rupanya Evan yang baru saja pulang mencari keberadaan Carissa yang ia panggil sejak tadi tapi tidak mendapatkan jawaban.

"Halo Pak Liam, saya boleh bicara sama Ibu Carissa sebentar?" tanya Evan bercanda kepada Liam. Liam spontan mencubit pipi Evan membuat Evan meringis kesakitan. Sedangkan Carissa hanya tertawa melihat tingkah putra bungsunya tersebut.

"Kamu mau ngapain lagi, hmmm?" kali ini Carissa ikut mencubit pipi Evan membuat Evan semakin meringis dan berjalan mundur menjauhi kedua orang tuanya.

"Ih apaan sih Papa sama Mama sakit tau! Evan kan cuma mau minta tolong sama Mama. Evan pengen nanti Mama temenin Hana nyari kebaya buat dipake pas wisuda nanti," ujar Evan sambil mengusap kedua pipinya yang sudah berubah warna karena cubitan.

Ekspresi Carissa berubah menjadi sangat senang. Mungkin karena kedua anaknya laki\-laki, jadi Carissa tidak bisa merasakan bagaimana rasanya berbelanja dengan anak perempuan. Tentu saja ini kesempatan yang sangat ia tunggu, apalagi Hana bukan orang lain baginya.

"Wah Mama mau banget, Van. Kapan? Besok? Besok aja ya biar cepet," jawab Carissa dengan semangat.

Melihat ibunya yang menjadi sangat bersemangat menanggapi permintaannya membuat Evan sedikit takjub. Ia tidak tahu kalau ibunya bisa sesayang ini kepada Hana. Evan jadi teringat ketika Hana kecelakaan beberapa bulan yang lalu, Carissa bahkan sampai menangis mendengar kabar itu. Bahkan setelah Hana telah pulih pun Carissa masih tetap mengkhawatirkan kondisi Hana.

"Mama kalau udah Hana aja semangat banget. Kemarin aku waktu mau nyari sepatu disuruh nyari sendiri aja katanya udah gede," kata Evan dengan nada merajuk.

Liam dan Carissa kemudian menertawakan sikap Evan yang berpura\-pura merajuk. Tak lama setelah itu ponsel Evan berbunyi. Ada sebuah pesan pemberitahuan acara dari kalender ponsel Evan. "Reuni Angkatan XCVII SMA Bumi Pertiwi".

Evan lupa bahwa sebentar lagi reuni sekolahnya dulu akan diadakan. Sudah lama Evan menantikan acara ini. Ia sangat ingin bertemu dengan teman\-temannya dahulu saat duduk dibangku sekolah menengah.

"Yes! Waktunya pas banget nih gue udah selesai ujian, jadi bisa reuni dengan tenang," Evan bergumam.

Ia baru akan memberitahukan kepada Hana mengenai rencananya ini saat sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Ternyata dari Maya. Maya meminta Evan agar nanti mereka bisa pergi bersama dan Evan langsung membalas menyetujui. Pikir Evan tidak akan masalah ia pergi bersama Maya ke acara itu, toh saat ini ia dan Maya sudah berteman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!