Apa lagi ini? Belum selesai urusan yang satu, muncul lagi masalah baru. Tak bisakah aku menikmati hidup tenang dan nyaman walau hanya sehari?
Rio sedang merapikan diri saat Harris kembali menelponnya. Memintanya untuk segera kembali ke ruangan dimana dia dirawat.
Dasi yang hendak di pakainya dilemparkan begitu saja. Rio memilih segera menemui Harris, jika tidak ingin gendang telinganya rusak bahkan sebelum mendengar suara dari jodohnya.
Diskusi online pagi ini di warnai sederet foto Viona dan seorang laki laki. Ternyata banyak sekali orang yang suka mengusik kehidupan pribadi orang lain. Entah penggemar atau pembenci mereka sudah sangat keterlaluan.
Komentar pedas tak pelak memenuhi kolom komentar sebuah akun yang mengupload foto foto tersebut. Meskipun sebagian besar mencaci tak sedikit pula yang masih berkomentar positif, namun ujung ujungnya tetap menjatuhkan Viona.
Lagi dan lagi Rio di buat kualahan dengan sikap Harris. Apalagi Viona dan asistenya tidak bisa di hubungi. Entah dapat energi darimana, Harris sudah memenuhi ruangan dengan teriakannya.
Rio memijat keningnya, dia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Mungkin cinta membuatnya buta dan bodoh. Taukah dia, jika selama ini hanya di manfaatkan saja?
“Tuan, Nona Viona diketahui baru saja meninggalkan bandara menuju Kota B. Apakah saya perlu menyusul Tuan?" Johan memberitahukan pada Harris apa yang baru saja anak buahnya laporkan.
“Suruh orangmu saja Johan, dia hanya bersembunyi sebentar saja. Kau urus saja penyebar berita palsu itu. Ancam mereka dengan tuntutan yang berat” Seru Harris dengan suara yang mengerikan. Johan mengangguk, namun langkahnya terhenti saat Rio menginterupsi.
“Bang, jangan mengotori tanganmu. Biarkan saja reda dengan sendirinya" Rio memandang Harris penuh permohonan. Jangan sampai Harris turut campur dan akan bomerang yang akan merusak dirinya sendiri.
“Aku tidak akan membiarkan calon istriku menderita sendiri. Lagipula jelas sekali dia sedang mengunjungiku, dan laki laki itu bukankah dia pemilik agensi dimana viona bernaung?”
“Karena itu Abang tidak perlu ikut campur, bukanya Viona yang tidak mau kedekatan kalian di ekspos?”
“Iya, tapi ini keadaanya berbeda, aku harus turun tangan sendiri. Aku akan mengumumkan tanggal pernikahan kami. Dengan begitu, gosip murahan seperti ini tidak akan muncul lagi"
“Jangan gegabah Bang, sebaiknya tunggu kabar dari anak buah Johan dulu. Setidaknya diskusikan dulu dengan Viona, jangan mengambil keputusan sendiri jika menyangkut urusan 2 orang. Jika dia setuju tentu bukan masalah lagi, namun jika dia menolak, kau akan mempermalukan dirimu sendiri"
Rio benci mengatakan ini, biar saja hubungan mereka berakhir toh semua orang yang dekat dengan Harris tak menyukai Viona. Rio sendiri memang tidak mau terlalu dekat dengan Viona.
Bagai pisau bermata dua, di satu sisi, kebahagiaan Harris ada pada Viona, namun di sisi lain, ketenangan sang Paman adalah berakhirnya hubungan Harris dan Viona.
Harris terdiam sejenak, mencerna dengan benar ucapan Rio yang lebih sering masuk akal dari pada dirinya. Itulah mengapa Rio sangat di butuhkan olehnya, seperti cahaya yang menuntunnya menuju arah yang benar.
“Baiklah, kita tunggu dan lihat saja dulu. Tapi aku tidak berjanji akan sabar bila mereka sudah keterlaluan" Ucap Harris tegas seolah tak ingin mendapatkan bantahan
Sejenak hati Rio lega, setidaknya dia punya waktu untuk bekerja. Hampir setengah dari waktunya bekerja terbuang percuma. Rio menyukai hidup yang tenang, dia lebih memilih menghindari konflik. Dia sudah bekerja di bawah tekanan nyaris sepanjang hari. Dia hanya ingin santai di sisa harinya. Bahkan Rio menghindari berurusan dengan wanita. Demi menjaga kewarasan otaknya.
Lihatlah Harris, baru sebentar ditinggal sudah kelimpungan. Hei Bung, diluar sana masih lusinan gadis yang rela jadi kekasihmu. Jadi jangan lebay Bung,
Entah pesona apa yang di miliki Viona hingga membuat abangnya begitu bodoh. Belum menikah tapi Viona sudah seperti Nyonya Harris. Ya untuk Harris, tidak ada yang tidak mampu dibelinya. Selama hatinya tergerak, apapun di berikan kepada wanitanya. Namun dia tidak sadar jika dia sedang memberi makan seekor ular.
xxxxxx
Jen hari ini tampak lebih ceria. Gadis kecil berrambut hitam pekat itu sedang makan disuapi Mamanya. Matanya terlihat sayu seakan kehilangan sinarnya. Wajahnya yang putih bersih itu masih terlihat pucat.
Sesekali dia tersenyum lemah saat sang Mama mengatakan cerita lucu atau candaan untuk menghiburnya. Bujukan dan rayuan dari Mama, membuat isi dalam mangkuk itu berpindah ke dalam perut gadis mungil itu.
“Ayo sayang dikit lagi, biar cepet sembuh dan besok kita boleh pulang” Bujuk Kira sambil menyodorkan sendok berisi bubur ke bibir Jen.
“Jen sudah kenyang Ma,” Jen memalingkan wajahnya menjauhi sendok yang nyaris menyentuh bibirnya.
“Belum habis setengahnya lho ini, tadi janjinya gimana?” Kira tersenyum agar kata katanya tidak terlihat memaksa.
“Maa, Jen udah kenyang, makanannya ngga enak” wajah Jen berubah cemberut, memang dia paling tidak suka di paksa ataupun di atur. Sama seperti Jeje, keduanya memiliki sifat yang sama.
“Ya sudah, sekarang minum obat ya,” Kira akhirnya menuruti kemauan putri semata wayangnya.
Jen mengangguk, dia bisa menolak makan tapi jika menolak minum obat dia tidak akan berani. Bukan Mamanya yang membuat aturan itu, tapi dokter. Lagipula dia ingin cepat sembuh, dia ingin segera pergi ke sekolah dan bermain lagi dengan teman temannya.
Dering telepon di ponsel Kira menginterupsi acara minum obat. Jen meraih gelas dari tangan Mamanya, agar Mamanya bisa menjawab panggilan itu.
“Halo Din, ada apa?” Sapa Kira saat tau yang menelponnya adalah sahabat adiknya.
“Mbak Kira, Nina Mbak"
“Nina kenapa Din?”
"Mbak ke kantor polisi X, Nina di fitnah Mbak"
“Aku kesana sekarang Din, “
*****
“Kenapa bisa begini sih Na?” Kira memandang iba adiknya yang duduk di seberangnya. Pakaian dan rambutnya berantakan. Wajahnya kusut, matanya merah dan sembab. Air mata tak henti membanjiri pipinya.
“Aku ngga tau mbak, aku hanya di suruh mengantar tas itu. Aku tidak tau kalau isinya uang” Nina kembali terisak hingga badanya ikut terguncang.
“Lalu yang menyuruhmu siapa Na?” Kira mendesak adiknya untuk bercerita. Namun sepertinya Nina masih belum bisa menguasai dirinya sendiri.
“Temanku Mbak, tapi dia tidak mau mengakui” Lirih Nina. Suaranya semakin kecil nyaris hilang.
Kira menghambur memeluk adiknya. Menyalurkan energi, semangat dan dukungan untuk Nina. Tak kuasa Kira melihat adiknya menderita seperti ini. Dia hanya seorang gadis kecil yang masih polos.
"Ceritakan semuanya Na, biar Mbak bisa bantu" Perlahan Kira mengendurkan pelukannya saat Nina mulai tenang dan menguasai dirinya.
"Tadi aku akan ke kantor pusat mbak, karena di minta mengantar beberapa berkas, lalu Pak Andi menitipkan sebuah tas, katanya itu untuk temanya di kantor pusat. Lalu baru saja aku tiba di lobi, sudah banyak satpam yang mencegatku. Sungguh Mbak, aku tidak tahu apa isinya"
Kira terdiam, otaknya terasa buntu. Untuk hal hal seperti ini dia tidak begitu mengerti. Namun dia harus bisa membuktikan Nina tidak bersalah, entah apapun caranya.
“Na, kamu jangan putus asa ya, kamu harus tabah dan kuat. Mbak akan mencari cara agar kamu bisa bebas. Mbak yakin kamu tidak bersalah” Kira mengenggam tangan adiknya yang di borgol. Saat ini dukungan darinyalah yang di butuhkan Nina.
Sungguh hati Kira sangat sakit melihat ini. Adiknya sudah seperti pesakitan, seperti penjahat kelas berat.
“Na, Mbak pulang dulu, Jen sendiri di rumah sakit. Kamu harus sabar” Kira memeluk adiknya penuh kasih sayang.
Di luar ruangan, ada 2 orang yang ingin menemui Nina. Ke 2 pria yang terlihat sudah berumur itu, menatap Kira dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
Kira menundukkan pandangannya, berusaha bersikap sopan. Sampai mereka masuk ke ruangan dimana dia keluar tadi. Kira bertanya kepada seorang polisi wanita yang melintas dihadapannya.
“Maaf Bu, 2 orang yang baru masuk tadi siapa ya?”
“Oh, beliau Tuan Dirga dan asistenya Bu”
“Terimakasih, maaf mengganggu waktu anda. Bu”
Kira keluar dari kantor polisi tempat Nina diselidiki. Untuk beberapa saat Kira duduk termenung di motornya. Memikirkan nasib adiknya, anaknya dan keluarganya. Semua terjadi diwaktu yang sama. Seolah tidak ada hari untuk sedikit menikmati waktu dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Wirda Wati
lanjuut
2023-04-27
1
Maryani Sundawa
Harris mah waktu sama Viona kelewat bodohnya😔
2023-02-01
0
💮Aroe🌸
masih berusaha😊
2022-02-07
0