Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di rumah sakit paling dekat dengan lokasi tadi. Aku memanggil beberapa orang perawat yang sedang bertugas, melihat ada yang terluka parah, mereka langsung membawanya ke ruang gawat darurat. Aku masih menunggu beberapa saat sampai aku merasa badanku terasa pegal. Aku berlalu saja dari tempat itu. Menurutku, mereka akan mendapat perawatan intensif karena luka parah yang mereka alami. Salah seorang perawat menyuruhku ke bagian administrasi untuk pendaftaran. Aku yang tidak tau apa apa tentang mereka mencoba mencari tahu di dalam mobil.
Mobil hitam itu, kosong melompong, hanya ada barang-barang remeh dan kebanyakan barang-barang milik wanita. Aku mengobrak abrik mobil itu, hingga ku temukan sesuatu terselip di kantung belakang kursi pengemudi.
Ketemu.
Ada sebuah dompet yang berisi banyak kartu. Aku membawa dompet itu ke bagian administrasi. Kuserahkan KTP tanpa melihat siapa pemiliknya.
“Mbak, ini KTP orang yang baru saja masuk UGD," Aku menyerahkan KTP itu ke perawat yang meminta identitas dua orang itu.
“Baik Mbak, silakan menunggu terlebih dahulu”ucapnya sambil tersenyum. "Untuk Bapak yang satunya apa tidak ada yang identitas yang ditemukan, Mbak?"
“Maaf Mbak, saya hanya menolong mereka di jalan, saya sendiri tidak mengenalnya” Ucapku sambil meringis menahan sakit di wajah dan badanku.
“Oh, baik Mbak. Oh ya, Mbak, sebaiknya Mbak mengobati luka-luka itu, takutnya ada organ vital yang rusak atau terluka," Kata perawat itu memberi saran.
“Baik Mbak," Aku mengangguk. Benar, wajahku pasti sangat mengerikan saat ini. Tidak terluka saja, wajahku buruk apalagi dengan adanya memar-memar ini, pasti horor. Aku menyentuh pipi dan bibir ku yang terasa ngilu.
Aku kembali ke UGD untuk mendapat perawatan. Kata dokter aku harus opname tapi kerena aku merasa baik baik saja kuputuskan untuk pulang. Setelah membayar biaya perawatanku, aku kembali ke mobil mewah tadi bermaksud mengembalikan dompet milik mereka. Meski aku kekurangan uang, tapi aku tidak mau mengambil sesuatu yang bukan milikku. Namun dari kejauhan tampak olehku, ada beberapa laki-laki berjas hitam mengelilingi mobil itu. Lalu beberapa dari mereka berpencar. Bingung. Ketika melewati apotek, aku membeli masker untuk menutupi wajahku. Aku tidak ingin diketahui oleh mereka, aku tidak ingin terlibat urusan apapun. Aku juga tidak ingin terlihat tidak ikhlas, nampaknya orang itu adalah orang penting. Melihat banyaknya orang yang mengawalnya.
Aku sebenarnya penasaran, dengan banyaknya pengawal yang di miliki kenapa tidak ada satupun yang mengikuti mereka berdua. Bahkan sampai terluka parah seperti itu.
Aku menuju bagian administrasi tadi.
“Mbak ini adalah dompet orang yang masuk ICU tadi," Aku menyerahkan dompet kepada petugas administrasi.
“Oh ya mbak kami butuh tanda tangan Mbak sebagai tanda persetujuan-”potong perawat itu.
“Aduh, Mbak, percaya deh sama saya. Orang itu orang kaya, ngga bakal nipu, itu mobilnya didepan dan ini dompetnya, nanti pasti ada orang yang kesini mencari mereka," Aku meletakkan dompet itu di meja pendaftaran. Aku bergegas keluar dari rumah sakit.
Aku berpapasan dengan orang orang yang berjas hitam tadi di koridor rumah sakit. Aku melepas jaketku dan berjalan sambil pura pura menelpon. Selain untuk menghilangkan jejak, juga untuk menghindari cctv. Mereka pasti dengan mudah mengenaliku jika aku tidak menutup wajahku. Aku berjalan setenang mungkin, agar tidak mengundang kecurigaan mereka. Membaur dengan orang-orang yang lalu lalang di koridor ini.
Sampai diluar rumah sakit, aku melepas masker yang membuatku kesusahan bernapas. Bergegas aku mencari taksi untuk mengambil motorku. Tidak sulit mencari taksi di sini, karena hampir tiap menit puluhan taksi melewati tempat ini. Bahkan ada yang sampai masuk ke area rumah sakit.
"Neng, mukanya kenapa? Habis berantem sama suami?” Tanya supir taksi. Dia memandang ku melalui kaca spion yang tergantung di sisi kirinya.
“Ih Bapak, amit-amit deh. Ngga kok Pak, tadi nolongin orang yang digebuki preman" Ucapku sambil tersenyum
“Kirain Neng. Sekarang kan lagi musim KRD- aduh apa sih? pokoknya itu lo, Neng,"Supir taksi itu masih memperhatikanku dari kaca spion
“KDRT, Pak,"Ucapku meluruskan.
“Nah, itu maksud saya."
“Saya mah bukan badan yang di sakiti Pak, tapi hati," Jawabku berseloroh. Tapi kenyataanya memang begitu.
“Wah itu lebih parah, Neng. Kalau KDRT itu ada hukumanya Neng, bisa dipenjara, kalau kekerasan di hati sakitnya kebawa mati, Neng," Ucap Pak Supir sambil tertawa.
“Bapak bisa aja," Aku meletakan kembali kepalaku yang terasa berat.
“Neng kan masih cantik, lalu yang kurang dari Neng apa lagi?," Tanya Pak Supir lagi.
“Yang muda, wangi sama yang masih kenceng Pak. maklum saya sudah merilis 3 anak, Pak, jadi badan udah mekar dan bau dapur," Jawabku sambil bergurau. Membayangkan wanita yang di inginkan Mas Rian, pasti yang seperti itu yang dia inginkan.
“Itu mah nafsu, Neng, dunia ini ngga ada habisnya kalau berurusan dengan nafsu," Nasehat Pak Supir itu memang benar adanya.
“Nafsu itu yang akan membawa kita pada kehancuran, kuncinya cuma satu, bersyukur dengan apa yang kita punya. Insya Allah godaan nafsu bisa ditekan," Sambungnya lagi.
“Makasih Pak, nasehatnya," Ucapku pada Pak Supir.
Aku bersyukur selalu diberi petuah dan pelajaran baru saat aku bertemu orang baru. Nasehat itu membuatku semakin bersemangat menata masa depan bersama anak anak. Meski harus merangkak, berurai air mata, ataupun memeras keringat. Semua layak di upayakan, demi tawa yang menghiasi wajah mereka.
Setelah membayar ongkos taxi tadi, aku mencari mencari motorku. Masih ada beberapa orang dan polisi di TKP. Aku bersikap kooperatif saat aku di tanyai polisi. Seorang warga yang membantuku mengangkat 2 orang pria tadi mengenaliku lalu melaporkan pada polisi saat aku tiba disana.
“Maaf, Mbak....kami ingin meminta informasi terkait percobaan perampokan ini.” Ucap seorang polisi. Aku hanya mengangguk saja.
“Bisa diceritakan kronologi saat kejadian ini terjadi?” Tanyanya lagi. Akupun menceritakan kejadian tadi sesuai ingatanku.
“Apa Anda mengenal korban?” Lanjutnya
“Tidak Pak" Jawabku singkat.
“Baiklah kalau begitu, terima kasih atas informasinya" Ucap Polisi itu sambil menjabat tanganku.
“Sama-sama, Pak”Aku berbalik menuju motorku.
Tiba-tiba...
“Maaf Mbak, namanya siapa?”Tanyanya. ”Untuk melengkapi berkas dan jika sewaktu waktu kami membutuhkan informasi lagi, tolong sertakan nomor telpon yang bisa dihubungi" Katanya ramah.
“Baik Pak.” Kutulis nama dan nomor telponku. Lalu kuserahkan ke Polisi tadi.
“Boleh saya bertanya?” Kuberanikan diriku untuk bertanya pada Polisi.
“Silakan," Jawabnya sambil tersenyum.
“Preman tadi tidak ada yang mati kan?," Tanyakku takut-takut.
“Tidak ada Mbak, kelima preman tadi semuanya sedang dirawat di Rumah Sakit Polisi. Semuanya mengalami luka yang serius karena 2 orang mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya saat 2 motornya oleng dan jatuh ke selokan yang cukup dalam. Satu orang mengalami luka tembak di lengannya, dia kehilangan banyak darah dan 2 orang lainya belum sadar sampai sekarang karena pukulan benda tumpul di kepala dan lehernya.”Terang Sang Polisi sambil tersenyum. Dia tak lagi menakutkan seperti awal tadi.
“Astaga, apa mereka akan menuntut saya, Pak?," Tanyaku lagi. Kali ini aku bahkan lebih takut dari pada saat berhadapan dengan mereka.
“Ya Allah, duitku pasti akan terkuras habis jika mereka menuntut biaya Rumah Sakit."
Polisi itu malah tertawa. "Tentu saja tidak mereka malah akan di penjara untuk waktu yang lama" Jawabnya. "Apa kamu tau, mereka itu gerombolan begal yang ganas," Ucapnya sambil berbisik.
Segera aku menjauh. ”Lega hati ini Pak, saya permisi pulang dulu, Pak” Ucapku sambil menunduk.
Buru-buru aku melajukan motorku. Teringat nek Mina, beliau pasti sudah resah karena aku belum ke warungnya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Kamiem sag
pengen tawa aku bacanya ternya sijanda lucu juga tapi aku suka selalu ada pesan positif disetiap babmu thor
2025-04-24
0
Harwi
Keren nasehatnya
2023-09-13
1
Iskandar
wanita pemberani melawan 5 preman
2023-05-01
0