Bab 7. Mungkin lebih baik

Pagi menjelang. Suara gaduh di kos-kosan, membuat Maya terbangun. Ia merasa pusing dan mual, ditambah perutnya yang sangat perih. Semalam, ia bersusah payah menghabiskan makanannya. Hari ini, entah ia harus sarapan apa. Karena, kulkas dan bahan lainnya didapur, masih kosong.

Beruntung, lokasi kos-kosan sangat dekat dengan pedagang. Ada yang menjual aneka kue, nasi campur dan lainnya. Setiap pagi, para mahasiswa akan mencari sarapan, di tempat ini.

Maya menyeret langkahnya, menuju jendela. Ia mengintip keluar. Tampak penghuni kos, sedang berkumpul didepan. Mereka tertawa dan mengobrol entah apa.

Maya memilih masuk kamar mandi, sembari menunggu mereka bubar. Bukannya malu, dengan keadaannya sekarang. Melainkan, tidak ingin mendengar hinaan. Apalagi, banyak diantara mereka yang iri, akan lebih menyudutkannya.

Pukul delapan pagi, Maya terlihat lebih segar. Meski, wajahnya masih sembab. Setelah, menghabiskan waktu semalam untuk berpikir, Maya akhirnya mengambil keputusan. Ia tidak bisa mendapatkan uang dalam waktu singkat, apalagi keadaannya yang sedang hamil. Cepat atau lambat, akan diketahui orang banyak. Jadi, ia akan memilih cuti sementara waktu, sembari bekerja mengumpulkan uang. Ia optimis, dengan keputusan yang menurutnya sudah sangat benar.

Depan kamar kosnya, perlahan terdengar sepi. gadis-gadis yang berkumpul, sepertinya sudah membubarkan diri. Mungkin ini, kesempatan bagus untuk keluar membeli sarapan.

"Kak Maya? Kapan kak Maya datang?" tanya gadis berambut pendek, yang ternyata baru juga keluar dari kamarnya.

"Semalam. Aku datang membereskan barang-barangku," jawab Maya pada gadis yang adalah juniornya di kampus.

"Kak Maya mau pindah? Bukannya, Kak Maya tinggal di apartemen?"

Lihat, gadis ini saja, tahu dimana Maya tinggal. Jadi, pergi adalah cara yang paling baik, pikir Maya.

"Benar. Karena, aku tidak tinggal disini lagi, jadi barangnya mau aku angkat."

"Oh! Baik, Kak. Aku ke kampus dulu, ya!" Gadis itu, tersenyum sebelum akhirnya pergi.

Maya bergegas membeli sebungkus nasi dan kue, tak lupa air mineral di warung. Karena hari ini, ia tidak memiliki jadwal kuliah. Ia akan memanfaatkan waktu, untuk membereskan barang dan pakaiannya.

Semua pakaiannya sudah kembali masuk dalam koper dan tas. Bantal dan selimut, sudah ia bungkus dalam gardus, yang sengaja ia simpan dulu.

Maya belum tahu harus kemana, yang pasti, dia ingin pergi sejauh mungkin, ditempat yang tidak seorang pun mengenalnya. Ia akan menyelesaikan semua urusannya terlebih dahulu, sebelum pergi.

Pukul 11 siang, Maya kembali memakan sisa sarapannya tadi pagi. Sebungkus nasi, yang ia tidak habiskan dan sisa kuenya, yang masih ada.

Selesai, ia bergegas berpakaian. Ia harus ke kampus, mengurus administrasi cuti. Ke panti asuhan untuk berpamitan, sekalian mengunjungi makam kedua orang tuanya.

"Kau yakin, mau cuti? Tinggal setengah semester lagi dan kau akan diwisuda. Kenapa kau mau berhenti sekarang?"

Jika ia punya, pilihan lain. Tidak mungkin, ia mengambil keputusan yang begitu sulit untuknya. Tinggal satu langkah, dan dia harus berhenti ditengah jalan.

"Maaf, Pak. Saya ada urusan pribadi. Mungkin, tahun depan saya akan kembali."

Entah Maya yakin, tahun depan atau tahun berikutnya, yang jelas, ia hanya ingin mengumpulkan uang dan membesarkan bayinya.

"Ya, sudah. Saya tidak akan menahanmu. Ini dokumennya!"

"Terima kasih, Pak."

Maya berpamitan pergi. Satu dua langkah, ia berhenti menatap halaman rerumputan dan pohon rindang didepannya. Banyak mahasiswa duduk dibawah pohon, berkumpul mengerjakan tugas sambil bercerita. Maya akan merindukan hal ini dan masih banyak lagi, yang akan ia rindukan nanti.

Tanpa permisi, air matanya sudah jatuh. Bersamaan rasa sesak dalam hatinya. Ia memang tidak rela, tapi mau di apa, saat ia tidak memiliki pilihan lain.

Kenapa aku harus bertemu denganmu? Mungkin, aku akan baik-baik saja, jika kita tidak pernah bertemu.

Maya kini, menuju panti menggunakan ojek online. Sepanjang jalan, ia terus menatap pemandangan sekitarnya. Mungkin, ia tidak akan pernah melewati jalan ini lagi, nantinya.

"Assalamu'alaikum, bu," dalam Maya, didepan pintu.

"Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dalam, yang kemudian membuka pintu. "Cari siapa?"

Maya memperhatikan wanita didepannya. Tampak asing. "Ibu Lisa, ada?"

"Ibuku sedang berobat diluar negeri. Kamu siapa?"

Ternyata, anak ibu Lisa. Tapi, sepengetahuan Maya, gadis ini sudah menikah dan mengikuti suaminya, pindah keluar kota. Dan satu lagi, ibu Lisa, berobat diluar negeri. Padahal, kondisi keuangan keluarga mereka, tidak memungkinkan. Apa yang sudah terjadi tiga tahun ini?

"Saya Maya. Saya dulu, pernah tinggal disini."

"Maya? Kamu calon istri pemilik Nine Group?"

Maya hanya tersenyum canggung. Bahkan wanita ini pun, tahu statusnya.

"Masuklah."

Maya duduk diatas sofa, dengan mengedarkan pandangan. Tidak ada yang berubah dari tempat ini, semua masih sama tiga tahun yang lalu.

"Saya hanya ingin menjenguk ibu, karena selama tiga tahun lebih, saya tidak pernah pulang."

"Ibu sudah lama sakit, jadi saya menggantikannya sementara waktu. Beliau pernah berpesan, agar kamu berhenti mengirim uang. Sudah ada donatur, yang memberikan biaya setiap tahun."

"Syukurlah, kalau begitu." Sebenarnya, Maya punya tujuan lain. Yaitu, mencari tahu tentang Riko. Tapi, karena ibu Lisa tidak ada. Ia pun mengurungkan niatnya, karena wanita didepannya, pasti tidak tahu apa-apa.

Keluar dari panti asuhan, Maya menuju makam orang tuanya, dengan ojek online. Kendaraan dengan harga terjangkau dan bisa mempersingkat waktu perjalanan.

Matahari masih sangat terik, padahal waktu sudah pukul dua sore. Suasana perkuburan, juga sangat sepi. Maya menutup kepalanya, dengan selendang berwarna hitam, yang ia bawa. Langkah kakinya berhenti, menatap dua gundukan tanah, yang dipenuhi taburan bunga.

Siapa? Gumamnya, lalu berlari kecil, menghampiri.

Dua makam orang tuanya, ditutupi taburan bunga. Sepertinya, sudah agak lama, terlihat dari kelopak bunga yang kering dan layu.

"Assalamu'alaikum, bu." Maya menyentuh batu nisan sang ibu.

"Apa seseorang datang menjenguk ibu? Dia pasti orang baik, karena memberi banyak bunga." Maya mengambil segenggam bunga, lalu menaburkannya kembali.

"Ibu." Tenggorokan Maya sudah tercekat, dikalahkan oleh air mata yang sudah menetes lebih dulu. Ia tidak mampu melanjutkan kalimatnya, karena suara tangis yang keluar dari bibirnya.

"Ibu, aku harus bagaimana, bu? Hiks, hiks, hiks. Jika aku pergi, bagaimana dengan kalian? Aku lelah, bu."

Suara tangis Maya, yang begitu menyesakkan dan pilu. Siapapun yang melihatnya, pasti akan ikut menangis.

"Aku harus kemana, bu? Aku tidak punya siapa-siapa lagi." Lelehan air mata itu, kini jatuh diatas taburan bunga. "Ibu, tolong maafkan aku. Aku janji akan kembali, membawa cucu ibu. Aku berjanji akan baik-baik saja. Aku akan berusaha." Maya mengangkat kedua tangan, memanjatkan doa untuk sang ibu, yang sudah lama terbaring.

🍋 Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

hidup sendiri memang susah maya harus bersabar ihkalas menghadapin rintangan hidup dunia luas sendirian kasihan kamu nak/Sob//Sob//Sob//Sob/.....lanjut......

2024-04-20

0

sherly

sherly

seandainya kamu bisa jaga diri mungkin ngk sesakit ini diputusin Ama tunanganmu

2024-05-08

0

Kartini Kartini

Kartini Kartini

thoor aku boleh ikutan nagis gak/Sob//Sob//Sob/

2024-05-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kejutan
2 Bab 2. Cincin
3 Bab 3. Bukti
4 Bab 4. Pengakuan
5 Bab 5. Berakhir
6 Bab 6. Menyerah??
7 Bab 7. Mungkin lebih baik
8 Bab 8. Hadiah terakhir.
9 Bab 9. Pengantin pengganti
10 Bab 10. Musuh dalam selimut
11 Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12 Bab 12. Tempat yang aku tuju
13 Bab 13. Aku tidak bisa
14 Bab 14. Seperti ini.
15 Bab 15. Karena keadaan
16 Bab 16. Mindset
17 Bab 17. Teman??
18 Bab 18. Rindu
19 Bab 19. Untuk sang istri
20 Bab 20. Kembali
21 Bab 21. Suara Adzan
22 Bab 22. Salah paham
23 Bab 23. Belum sepenuhnya.
24 Bab 24. Mereka cucuku
25 Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26 Bab 26. Seperti ini keluarga
27 Bab 27. Laut, saksi kita.
28 Bab 28. Di mana ayah?
29 Bab 29. Ikatan
30 Bab 30. Pencarian Huan
31 Bab 31. Temukan, siapapun!
32 Bab 32. Frustasi
33 Bab 33. Luapan hati
34 Bab 34. Mari berpisah.
35 Bab 35. Fotokopi
36 Bab 36. Rencana Resti
37 Bab 37. Menuntut hak
38 Bab 38. Musabab
39 Bab 39. Hampir dekat
40 Bab 40. Namanya Rian
41 Bab 41. Dia
42 Bab 42. Sesal (1)
43 Bab 43. Sesal (2)
44 Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45 Bab 45. Kesempatan
46 Bab 46. Momen ulang tahun
47 Bab 47. Aku benci....
48 Bab 48. Papa?
49 Bab 49. Usaha Zamar (1)
50 Bab 50. Usaha Zamar (2)
51 Bab 51. Nasehat Papa
52 Bab 52. Ego
53 Bab 53. Mengambil Hak.
54 Bab 54. Sehari saja
55 Bab 55. Permohonan Zamar
56 Bab 56. Pilihan
57 Bab 57. Memori
58 Bab 58. Semua butuh proses
59 Bab 59. Keinginan Zamar
60 Bab 60. Terusir
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Mendadak
63 Bab 63. Drama malam
64 Bab 64. Masa lalu dan alasan
65 Bab 65. Waktu
66 Bab 66. Mantan
67 Bab 67. Yang terasing
68 Bab 68. Gelisah
69 Bab 69. Masalah hati
70 Bab 70. Curhat
71 Bab 71. Alasan.
72 Bab 72. Tidak lebih
73 Bab 73. Frustasi.
74 Bab 74. Shock
75 Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76 Bab 76. Dibelakang Zamar.
77 Bab 77. Restu yang terlambat
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80 Bab 80. Keputusan apa?
81 Bab 81. Tekad
82 Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83 Bab 83. Suram
84 Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85 Bab 85. Memeluk tanpa suara
86 Bab 86. Amarah
87 Bab 87. Tidak sabar
88 Bab 88. Caraku mencintaimu
89 Bab 89. Siapa Bryan?
90 Bab 90. Tujuan Ansel
91 Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92 Bab 92. Permintaan Maaf.
93 Bab 93. Provokasi Bryan.
94 Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95 Bab 95. Menghilang.
96 Bab 96. Hanya
97 Bab 97. Lembaran baru (1)
98 Bab 98. Lembaran baru (2)
99 Bab 99. Kegalauan Huan.
100 Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101 Bab 101. Maya yang aneh.
102 Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103 Bab 103. Final Episode
104 Pesan Author
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1. Kejutan
2
Bab 2. Cincin
3
Bab 3. Bukti
4
Bab 4. Pengakuan
5
Bab 5. Berakhir
6
Bab 6. Menyerah??
7
Bab 7. Mungkin lebih baik
8
Bab 8. Hadiah terakhir.
9
Bab 9. Pengantin pengganti
10
Bab 10. Musuh dalam selimut
11
Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12
Bab 12. Tempat yang aku tuju
13
Bab 13. Aku tidak bisa
14
Bab 14. Seperti ini.
15
Bab 15. Karena keadaan
16
Bab 16. Mindset
17
Bab 17. Teman??
18
Bab 18. Rindu
19
Bab 19. Untuk sang istri
20
Bab 20. Kembali
21
Bab 21. Suara Adzan
22
Bab 22. Salah paham
23
Bab 23. Belum sepenuhnya.
24
Bab 24. Mereka cucuku
25
Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26
Bab 26. Seperti ini keluarga
27
Bab 27. Laut, saksi kita.
28
Bab 28. Di mana ayah?
29
Bab 29. Ikatan
30
Bab 30. Pencarian Huan
31
Bab 31. Temukan, siapapun!
32
Bab 32. Frustasi
33
Bab 33. Luapan hati
34
Bab 34. Mari berpisah.
35
Bab 35. Fotokopi
36
Bab 36. Rencana Resti
37
Bab 37. Menuntut hak
38
Bab 38. Musabab
39
Bab 39. Hampir dekat
40
Bab 40. Namanya Rian
41
Bab 41. Dia
42
Bab 42. Sesal (1)
43
Bab 43. Sesal (2)
44
Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45
Bab 45. Kesempatan
46
Bab 46. Momen ulang tahun
47
Bab 47. Aku benci....
48
Bab 48. Papa?
49
Bab 49. Usaha Zamar (1)
50
Bab 50. Usaha Zamar (2)
51
Bab 51. Nasehat Papa
52
Bab 52. Ego
53
Bab 53. Mengambil Hak.
54
Bab 54. Sehari saja
55
Bab 55. Permohonan Zamar
56
Bab 56. Pilihan
57
Bab 57. Memori
58
Bab 58. Semua butuh proses
59
Bab 59. Keinginan Zamar
60
Bab 60. Terusir
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Mendadak
63
Bab 63. Drama malam
64
Bab 64. Masa lalu dan alasan
65
Bab 65. Waktu
66
Bab 66. Mantan
67
Bab 67. Yang terasing
68
Bab 68. Gelisah
69
Bab 69. Masalah hati
70
Bab 70. Curhat
71
Bab 71. Alasan.
72
Bab 72. Tidak lebih
73
Bab 73. Frustasi.
74
Bab 74. Shock
75
Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76
Bab 76. Dibelakang Zamar.
77
Bab 77. Restu yang terlambat
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80
Bab 80. Keputusan apa?
81
Bab 81. Tekad
82
Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83
Bab 83. Suram
84
Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85
Bab 85. Memeluk tanpa suara
86
Bab 86. Amarah
87
Bab 87. Tidak sabar
88
Bab 88. Caraku mencintaimu
89
Bab 89. Siapa Bryan?
90
Bab 90. Tujuan Ansel
91
Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92
Bab 92. Permintaan Maaf.
93
Bab 93. Provokasi Bryan.
94
Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95
Bab 95. Menghilang.
96
Bab 96. Hanya
97
Bab 97. Lembaran baru (1)
98
Bab 98. Lembaran baru (2)
99
Bab 99. Kegalauan Huan.
100
Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101
Bab 101. Maya yang aneh.
102
Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103
Bab 103. Final Episode
104
Pesan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!