Bab 18. Rindu

Kepulan asap, didepan kedai. Ansel mengipas, dengan bara api yang menyala. Diatas bara, ada ikan bawal, yang berwarna coklat kekuningan. Terpanggang dalam jepitan besi.

Maya sibuk membuat sambal dabu-dabu, dicampur daun kemangi. Ada lalapan timun, kol, kacang panjang dan terong bulat. Wangi khas ikan bakar, menarik perhatian pengunjung yang hendak pulang.

"Mas ikan bakar, dua."

"Mas, aku juga yah, dua porsi."

"Kami juga, tiga porsi. Tapi, satu porsinya dibungkus.

Mereka langsung memesan dan mengambil posisi duduk.

Ansel masih hah, hoh, belum sempat menjawab. Dia berlari masuk rumah.

"Bagaimana?"

"Tidak apa-apa. Rejeki, jangan ditolak."

Jadilah, Ansel si pembakar ikan, sore itu. Rencana, hanya mencicipi, berubah menjadi menu dadakan. Ikan segar yang sudah dibumbui, kembali mendarat diatas panggangan.

Maya menyajikan sepiring nasi hangat dan segelas es teh, sembari menunggu ikannya masak.

Ikan bakar berwarna kecoklatan tersaji bersama lalapan dan sambal dabu-dabu diatas piring. Maya menunggu respon, para pelanggan.

"Enak, Mbak. Apalagi, yang bakarnya orang ganteng," puji seorang gadis, dengan tatapan penuh harap pada Ansel.

"Terima kasih. Silahkan dinikmati."

Maya menghidangkan menu yang sama pada Ansel. Pria itu, kepanasan dengan mengipasi wajahnya.

"Ini, buatmu."

Glek, glek, glek, segelas es teh hampir tandas. Ansel kembali mengipasi wajahnya, yang penuh dengan keringat.

"Kau harus mencari karyawan, untuk memanggang ikan. Kau tidak bisa melakukannya seorang diri."

"Nanti saja. Aku baru buka dan pelanggan masih sedikit. Penghasilan ditempat ini tidak menetap. Kadang ada, kadang sedikit, tergantung pengunjung."

"Baiklah. aku mengerti. Tapi, bayaranku sangat mahal, untuk membakar ikan untukmu."

"Mbak," panggil pelanggan dan Maya segera menghampiri.

"40 ribu, Mbak."

Satu persatu, pelanggan pergi. Kedai Maya, kembali sepi. Matahari pun, juga sudah tenggelam. Seperti biasa, Ansel akan membantu untuk merapikan kursi dan meja plastik.

Segelas kopi mendarat diatas meja, untuk menghangatkan malam, yang dingin karena hempasan angin laut.

"Kau tidak ingin pindah tempat, May?" Ansel menyeruput kopi panasnya. "Kau bisa membuat bisnis rumah makan di kota. Disana banyak pelanggan, karena letaknya yang strategis.

"Aku tidak bisa. Tempat seperti ini, lebih baik untukku."

"Kenapa kau harus bersembunyi, May? Kalian putus, untuk apa kau pergi? Bukankah, kalian bisa hidup masing-masing?"

"Tidak sesederhana itu, El. Kami tidak putus, ia membuangku." Maya dengan tegas, menekan kalimatnya. "Maaf, aku belum bisa menceritakannya."

"Tidak apa. Kau bisa melakukannya nanti."

Langit benar-benar gelap dan kegelapan itu hingga ke bumi. Hanya terdengar suara deru ombak, tanpa bisa melihatnya.

Segelas kopi sudah habis, dan suasana semakin sunyi.

"Aku pulang. Ingat, untuk mencuci pintu."

"Ini untukmu." Maya meletakkan rantang susun diatas meja. "Aku membuatnya sore tadi dan kau belum sempat menikmatinya."

"Wah, Terima kasih. Aku bawa!"

Ansel melambaikan tangan, sebelum menghilang dikegelapan.

Dalam kamar yang sempit, Maya duduk bersila diatas lantai. Buku catatan dan pulpennya, sudah siap. Ia mulai menulis catatan keuangan hari ini. Mulai dari pengeluaran belanja ke pasar, lalu pemasukan dari kedai.

Hal kecil, yang membuatnya bersemangat. Sudah lama sekali, ia tidak menyentuh buku. Maya membongkar koper, ada banyak buku sewaktu kuliah. Ia juga melihat tumpukan kertas HVS, berisi proposal yang akan ia ajukan nanti.

Merasa tidak berguna lagi, saat ini. Maya membereskannya kembali dalam koper. Hal yang ia butuhkan saat ini, adalah uang. Ia perlu uang, untuk bertahan hidup dan juga untuk anak-anaknya kelak. Uang tidak jatuh dari langit, ia perlu berusaha untuk mendapatkannya.

Buku baru berisi catatan keuangan, ia simpan dengan rapi. Sekarang ia berpindah pada buku catatan lain, berisi rencananya kelak. Ada banyak tulisan didalam dan akan semakin banyak, karena ia terus menulis setiap hari.

🍋

🍋

Sebuah apartemen, yang dulunya terasa hangat dan penuh tawa. Kini hanya menyisakan kesunyian. Zamar menatap kosong, pada foto pertunangannya yang terpajang diruang tengah. Semua barang, milik Maya dan memiliki kenangan tentang Maya, tersimpan rapi di apartemen ini.

Sebelum datang, Zamar sudah mengirim pesan pada Sandra. Ia menggunakan pekerjaan sebagai alasan, untuk menghindarinya.

"Tuan. Bibi akan datang setiap pagi untuk membersihkan dan menyiapkan sarapan. Apa Anda perlu sesuatu?"

"Aku ingin membangun vila di pantai. Panggil Arsitek terbaik, untuk mendesainnya. Dan juga, minta mereka untuk melihat lokasi. Akhir pekan, aku ingin melihatnya."

"Baik, Tuan. Saya akan memintanya menemui Anda besok."

"Hmm."

"Saya permisi, Tuan."

Dulu, ia pernah berjanji pada Maya, akan membuat sebuah rumah dipinggir pantai untuk mereka. Maya menyukai laut, katanya disana membuatnya tenang.

Lalu, kenapa? Bukankah kau sudah membuangnya? Untuk apa, membangun sebuah kenangan, yang bahkan orangnya tidak akan melihatnya?

Aku hanya merindukannya. Sangat merindukannya.

Zamar berdiri diatas balkon kamar, menatap langit yang bertabur bintang. Memegang gelas kopi, yang masih hangat.

"Kalau aku hamil bagaimana?"

"Aku akan bertanggungjawab. Aku akan memberikan pernikahan termegah untukmu."

"Kau tidak akan membuangku, bukan?"

"Hahahaha.... kau lucu sekali."

Sekilas ingatan, percakapan mereka ditempat ini, setelah mereka menghabiskan malam bersama. Maya yang ragu-ragu dan takut, akhirnya rela memberikan apa yang menjadi kehormatannya selama ini.

"Ini anakmu, Za. Hanya kau yang pernah menyentuhku."

"Tolong percaya padaku, Za. Kau bisa tes DNA setelah dia lahir. Aku mohon."

"Apa kau sangat tidak keterlaluan? Kenapa kau lebih mempercayai orang asing, dari pada aku? Apa gunanya kau mencintaiku, jika kau tidak percaya padaku?"

"Za, aku mohon, percaya padaku!"

"DIAAAMM!!"

Prangg.

Gelas kopi kini mendarat diatas lantai menjadi serpihan kaca bercampur air berwarna hitam. Zamar meremas dadanya yang bergemuruh dan jantungnya berdegup kencang.

Sudah hampir sebulan, kenapa ia masih dihantui bayangan Maya? Wanita itu, menangis dan memohon menyentuh kakinya.

"Kau yang membuatku seperti ini, May! Kau yang mengkhianatiku lebih dulu." Zamar menendang serpihan kaca.

"Percaya? Bagaimana aku bisa percaya? KATAKAN, May! KATAKAN!" Serpihan kaca yang sudah berbentuk kecil, kini diinjak-injak lagi, menjadi sekecil pasir.

Amarah dan kerinduan, yang bercampur aduk, memeras hati dan pikiran Zamar. Ia seperti gila, dengan keadaan ini. Disatu sisi, ia merindukan Maya. Disisi lain, ia marah dan benci karena pengkhianatan, gadis itu.

Tubuh Zamar, perlahan mengurus karena termakan pikiran yang berkepanjangan. Ia sudah tidak merawat diri, seperti dulu. Setiap harinya, hanya ada bekerja dan bekerja. Jadwal makan, sering diingatkan oleh sang sekretaris. Begitu juga saat dirumah, Sandra dan sang ibu akan mengingatkannya.

Hidup, dengan hati dan pikiran berada ditempat lain. Layaknya, hidup tanpa alasan. Ia hanya hidup karena masih bernafas, namun terasa mati, karena tidak merasakan apa-apa lagi di sekitarnya.

Aku merindukanmu, May. Tolong, kembalilah!

Ucapan terakhir, sebelum Zamar memejamkan mata, untuk tidur. Setiap malam, ia akan mengatakan hal yang sama. Namun, paginya ia berkata sebaliknya.

🍋 Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

ternyata malam itu yg menbuat fitnah adalah ayah nya sandrah sendiri karena ingin anaknya menjadi istri dari zamar yg kaya raya ternyata llicik juga......lanjut......

2024-04-21

1

Alanna Th

Alanna Th

dirut plng bodoh sdunia; mmilih trsiksa drpd mnyelidiki kbnrnny.
tdk brbelas kshn pd mntnny dg mlontarkn fitnah yg blm trbukti kbnrnny.
smoga sakitny n hancurny masa dpn maya, dtebus lunas oleh pahitnya knyataan yg hrs dhadapi zamar kelak

2024-03-02

1

Rosemitha

Rosemitha

sama-sama tersakiti dengan kesalahan pahaman ini 🥲

2024-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kejutan
2 Bab 2. Cincin
3 Bab 3. Bukti
4 Bab 4. Pengakuan
5 Bab 5. Berakhir
6 Bab 6. Menyerah??
7 Bab 7. Mungkin lebih baik
8 Bab 8. Hadiah terakhir.
9 Bab 9. Pengantin pengganti
10 Bab 10. Musuh dalam selimut
11 Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12 Bab 12. Tempat yang aku tuju
13 Bab 13. Aku tidak bisa
14 Bab 14. Seperti ini.
15 Bab 15. Karena keadaan
16 Bab 16. Mindset
17 Bab 17. Teman??
18 Bab 18. Rindu
19 Bab 19. Untuk sang istri
20 Bab 20. Kembali
21 Bab 21. Suara Adzan
22 Bab 22. Salah paham
23 Bab 23. Belum sepenuhnya.
24 Bab 24. Mereka cucuku
25 Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26 Bab 26. Seperti ini keluarga
27 Bab 27. Laut, saksi kita.
28 Bab 28. Di mana ayah?
29 Bab 29. Ikatan
30 Bab 30. Pencarian Huan
31 Bab 31. Temukan, siapapun!
32 Bab 32. Frustasi
33 Bab 33. Luapan hati
34 Bab 34. Mari berpisah.
35 Bab 35. Fotokopi
36 Bab 36. Rencana Resti
37 Bab 37. Menuntut hak
38 Bab 38. Musabab
39 Bab 39. Hampir dekat
40 Bab 40. Namanya Rian
41 Bab 41. Dia
42 Bab 42. Sesal (1)
43 Bab 43. Sesal (2)
44 Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45 Bab 45. Kesempatan
46 Bab 46. Momen ulang tahun
47 Bab 47. Aku benci....
48 Bab 48. Papa?
49 Bab 49. Usaha Zamar (1)
50 Bab 50. Usaha Zamar (2)
51 Bab 51. Nasehat Papa
52 Bab 52. Ego
53 Bab 53. Mengambil Hak.
54 Bab 54. Sehari saja
55 Bab 55. Permohonan Zamar
56 Bab 56. Pilihan
57 Bab 57. Memori
58 Bab 58. Semua butuh proses
59 Bab 59. Keinginan Zamar
60 Bab 60. Terusir
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Mendadak
63 Bab 63. Drama malam
64 Bab 64. Masa lalu dan alasan
65 Bab 65. Waktu
66 Bab 66. Mantan
67 Bab 67. Yang terasing
68 Bab 68. Gelisah
69 Bab 69. Masalah hati
70 Bab 70. Curhat
71 Bab 71. Alasan.
72 Bab 72. Tidak lebih
73 Bab 73. Frustasi.
74 Bab 74. Shock
75 Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76 Bab 76. Dibelakang Zamar.
77 Bab 77. Restu yang terlambat
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80 Bab 80. Keputusan apa?
81 Bab 81. Tekad
82 Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83 Bab 83. Suram
84 Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85 Bab 85. Memeluk tanpa suara
86 Bab 86. Amarah
87 Bab 87. Tidak sabar
88 Bab 88. Caraku mencintaimu
89 Bab 89. Siapa Bryan?
90 Bab 90. Tujuan Ansel
91 Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92 Bab 92. Permintaan Maaf.
93 Bab 93. Provokasi Bryan.
94 Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95 Bab 95. Menghilang.
96 Bab 96. Hanya
97 Bab 97. Lembaran baru (1)
98 Bab 98. Lembaran baru (2)
99 Bab 99. Kegalauan Huan.
100 Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101 Bab 101. Maya yang aneh.
102 Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103 Bab 103. Final Episode
104 Pesan Author
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1. Kejutan
2
Bab 2. Cincin
3
Bab 3. Bukti
4
Bab 4. Pengakuan
5
Bab 5. Berakhir
6
Bab 6. Menyerah??
7
Bab 7. Mungkin lebih baik
8
Bab 8. Hadiah terakhir.
9
Bab 9. Pengantin pengganti
10
Bab 10. Musuh dalam selimut
11
Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12
Bab 12. Tempat yang aku tuju
13
Bab 13. Aku tidak bisa
14
Bab 14. Seperti ini.
15
Bab 15. Karena keadaan
16
Bab 16. Mindset
17
Bab 17. Teman??
18
Bab 18. Rindu
19
Bab 19. Untuk sang istri
20
Bab 20. Kembali
21
Bab 21. Suara Adzan
22
Bab 22. Salah paham
23
Bab 23. Belum sepenuhnya.
24
Bab 24. Mereka cucuku
25
Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26
Bab 26. Seperti ini keluarga
27
Bab 27. Laut, saksi kita.
28
Bab 28. Di mana ayah?
29
Bab 29. Ikatan
30
Bab 30. Pencarian Huan
31
Bab 31. Temukan, siapapun!
32
Bab 32. Frustasi
33
Bab 33. Luapan hati
34
Bab 34. Mari berpisah.
35
Bab 35. Fotokopi
36
Bab 36. Rencana Resti
37
Bab 37. Menuntut hak
38
Bab 38. Musabab
39
Bab 39. Hampir dekat
40
Bab 40. Namanya Rian
41
Bab 41. Dia
42
Bab 42. Sesal (1)
43
Bab 43. Sesal (2)
44
Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45
Bab 45. Kesempatan
46
Bab 46. Momen ulang tahun
47
Bab 47. Aku benci....
48
Bab 48. Papa?
49
Bab 49. Usaha Zamar (1)
50
Bab 50. Usaha Zamar (2)
51
Bab 51. Nasehat Papa
52
Bab 52. Ego
53
Bab 53. Mengambil Hak.
54
Bab 54. Sehari saja
55
Bab 55. Permohonan Zamar
56
Bab 56. Pilihan
57
Bab 57. Memori
58
Bab 58. Semua butuh proses
59
Bab 59. Keinginan Zamar
60
Bab 60. Terusir
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Mendadak
63
Bab 63. Drama malam
64
Bab 64. Masa lalu dan alasan
65
Bab 65. Waktu
66
Bab 66. Mantan
67
Bab 67. Yang terasing
68
Bab 68. Gelisah
69
Bab 69. Masalah hati
70
Bab 70. Curhat
71
Bab 71. Alasan.
72
Bab 72. Tidak lebih
73
Bab 73. Frustasi.
74
Bab 74. Shock
75
Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76
Bab 76. Dibelakang Zamar.
77
Bab 77. Restu yang terlambat
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80
Bab 80. Keputusan apa?
81
Bab 81. Tekad
82
Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83
Bab 83. Suram
84
Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85
Bab 85. Memeluk tanpa suara
86
Bab 86. Amarah
87
Bab 87. Tidak sabar
88
Bab 88. Caraku mencintaimu
89
Bab 89. Siapa Bryan?
90
Bab 90. Tujuan Ansel
91
Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92
Bab 92. Permintaan Maaf.
93
Bab 93. Provokasi Bryan.
94
Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95
Bab 95. Menghilang.
96
Bab 96. Hanya
97
Bab 97. Lembaran baru (1)
98
Bab 98. Lembaran baru (2)
99
Bab 99. Kegalauan Huan.
100
Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101
Bab 101. Maya yang aneh.
102
Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103
Bab 103. Final Episode
104
Pesan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!