Bab 2. Cincin

Didalam kamar, dengan suasana hening. Hanya ada, suara tangis yang memenuhi ruangan. Zamar memilih duduk, dengan mengambil jarak. Tapi, sorot matanya, masih menatap tajam sang kekasih.

Sungguh, ia bingung harus mengatakan apa, selain umpatan. Amarah yang tertahan, seakan merobek dadanya. Pemandangan yang membuatnya jijik, telah meruntuhkan kepercayaannya selama ini.

Pagi yang seharusnya indah dan romantis, menjadi pengkhianatan yang tidak akan ia lupakan seumur hidup. Ia baru tiba, tanpa beristirahat, hanya demi memberi kejutan pada sang tunangan. Tapi, justru ia yang mendapat kejutan, yang membuatnya ingin membunuh seseorang.

"Sudah berapa lama?" tanya Zamar dengan intonasi rendah.

"Za, kau tidak percaya padaku?" Maya mendongak. Terlihat jelas wajahnya yang sembab dan kedua maniknya yang basah.

"AKU BERTANYA, SUDAH BERAPA LAMA?" bentak Zamar, dengan napas naik turun. Bahkan, sudah bangkit dari posisinya.

Tubuh Maya gemetar, karena tersentak. Untuk pertama kalinya, ia melihat Zamar murka. Mata yang selalu menatapnya hangat, berubah menjadi dingin. Ada bom waktu, yang sebentar lagi akan meledak.

"Za. Aku harus bagaimana, agar kau percaya? Aku harus bilang apa lagi?" Suara tangis yang menyesakkan, tapi tidak membuat Zamar merasa iba.

"Bagaimana aku bisa percaya? Kau..... Haaaaaah!!" teriak Zamar frustasi. Bayangan Maya, bersama pria lain, membuatnya meledak. Ia menghancurkan semua perabotan yang ada didalam kamar.

Maya menutup kedua telinga dan matanya, dengan air mata yang meluncur deras. Jantungnya terpacu, dengan sikap Zamar yang meluapkan amarah. Suara kaca yang jatuh, gelas yang terlempar dan vas bunga. Semuanya, berserakan menjadi serpihan kecil diatas lantai.

"Dasar, sial!!" Prang, prang.

Maya tidak berani membuka mata. Ia hanya menangis dalam kegelapan. Suara barang, yang berjatuhan diatas lantai dan umpatan Zamar, membuatnya takut.

Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar menjauh dan bunyi pintu yang dibanting dengan keras.

Maya membuka mata. Semua berserakan diatas lantai, tanpa sisa. Termaksud, foto pertunangan mereka yang terpajang. Tangis Maya, semakin menyesakkan.

"Pakai bajumu!" Ternyata, Zamar belum pergi. Ia melemparkan pakaian, pada Maya. "Jangan pernah meninggalkan kamar ini."

"Za, dengarkan aku!"

"Cukup, May! Aku sedang menahan diri, sekarang. Apa kau tahu? Aku ingin melemparmu, dari gedung ini."

Deg.

Maya langsung bungkam. Ia bergidik ngeri, ketika menatap Wajah Zamar. Percuma, ia membela diri. Pria didepannya, sedang dikuasai amarah.

Brak.

Pintu kembali dibanting. Terdengar suara dari luar. Sepertinya, ada beberapa orang yang datang. Entah apa yang mereka lakukan diluar sana. Perlahan apartemen ini, mulai sepi, saat pintu luar tertutup.

Maya memberanikan diri, untuk turun. Ia masih terisak, memperhatikan keadaan kamarnya. Foto pertunangan mereka, sudah mendarat diatas lantai, bersama serpihan kaca. Maya berjongkok, menatapnya.

"Aku, harus bagaimana?" Tes, tes, bulir cairan bening, jatuh diatas bingkai foto yang hancur.

"Aaaa." Maya meringis, memegang perutnya yang tiba-tiba nyeri. "Za," panggilnya, namun tidak ada sahutan.

Ia terpaksa, menyeret langkahnya, naik keatas tempat tidur. Meringkuk, dengan kedua tangan yang tak lepas dari perutnya, yang masih rata.

"Za, Zamar," panggilnya berulang-ulang, dengan sesegukan. Namun, tak ada sahutan dari luar.

Maya menahan sakit, seorang diri. Suara tangis dan rintihan, keluar dari bibirnya. Hanya suara dentingan jam dinding, yang menjadi temannya. Ia mulai memikirkan banyak hal. Bagaimana jika pernikahan ini batal? Bagaimana Zamar yang tidak percaya, lalu memutuskan hubungan?

Maya semakin stress, ia terus menangis tanpa henti. Membiarkan rasa nyeri dan pikiran, yang datang bersamaan.

Entah berapa lama, ia menangis. Sakit yang ia alami semakin menjadi.

Brak.

Maya tersentak dan degup jantungnya tak beraturan. Zamar kembali dengan menatap nyalang kepadanya.

"Mana cincinmu?" tanya Zamar, yang perlahan mendekat.

Maya tidak menjawab. Ia lemah dan kepalanya berputar, ditambah nyeri dibagian perutnya. Ia hanya mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan jari manisnya, yang tersemat cincin pertunangan mereka.

Tapi,

"Kau membuang cincin pemberianku?" teriak Zamar, yang membuat Maya, menatap jari manisnya. Cincin yang berbeda, dari yang biasa ia gunakan. Cincin berwarna emas polos, melingkar disana.

"Za, aku tidak tahu. Sumpah. Aku tidak pernah melepas cincin pertunangan kita." Maya bangkit, dengan wajah meringis dan memegang perutnya. Dengan cepat, ia melepaskan cincin dari jari manisnya.

"Kau tahu, dimana aku menemukan ini?" Zamar memperlihatkan cincin pertunangan mereka, yang bertahtakan berlian. "Ditempat sampah."

"Ap-apa?" Maya terperanjat. Dadanya merasa sesak, beriringan air matanya yang semakin deras.

"Dia melamarmu semalam, bukan?" ujar Zamar, dengan rahang yang mengeras.

"Za. Aku mohon, tolong percaya padaku. Aku sama sekali, tidak tahu apa yang terjadi semalam." Kini Maya menjatuhkan lututnya diatas lantai. Memohon dengan linangan air mata, berharap ada setitik kepercayaan untuknya.

"Tidak tahu?" Smirk dengan tatapan dingin. "Sini, aku tunjukkan!" Zamar menarik dengan kasar, tangan Maya. Tidak peduli, dengan Maya yang meringis dan mengaduh kesakitan. "Lihat, apa yang kalian lakukan semalam?"

Maya melihat botol wine diatas meja, gelas yang masih tersisa, sedikit wine didalamnya. Lilin yang sudah padam dan buket bunga mawar merah. Menggambarkan, suasana romantis telah terjadi semalam.

Tapi, ingatan Maya, bukan seperti ini. Semalam, ia menemani Sandra, minum.

"Bukan seperti ini." Maya menggelengkan kepala. Siapa yang sudah menjebaknya, dengan skenario seperti ini?

"Kau masih mau menyangkal?" Zamar mencengkam dagu Maya. "Kau wanita licik dan penipu."

"Lepas!" Maya menghempaskan tangan Zamar, entah dari mana, ia mendapatkan kekuatan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Semalam aku bersama Sandra. Dia berada di apartemen, saat aku pulang dari rumah ibumu. Ia mabuk dan setelah itu, aku sungguh tidak tahu lagi," teriak Maya, yang mulai muak dengan segala tuduhan.

Plak.

Zamar mendaratkan telapak tangannya. Kedua matanya, menyiratkan kemarahan. Hidungnya kembang kempis, menahan gejolak amarah.

"Sampai, kapan kau akan membohongiku, May?Menyebut nama sahabatmu, sebagai perisai."

"Kenapa kau tidak percaya padaku?" isak Maya, dengan salah satu tangan, memegang pipinya yang perih.

"Sandra, di luar negeri, dari seminggu yang lalu. Dan, kau masih menyebut namanya. Kau membuatku muak dan jijik padamu."

Jantung Maya, seolah berhenti berdetak beberapa detik. Matanya membulat dan tenggorokannya tercekat.

Ada apa ini? Sandra mengatakan, dia akan pergi minggu depan. Lalu, siapa yang bersamaku semalam? Aku masih ingat, itu Sandra.

Maya menjambak rambutnya sendiri, karena kebingungan yang berperang dalam pikirannya. Ia ingat betul, apa yang terjadi semalam, sebelum ia tertidur.

Mengabaikan Zamar. Maya menggeledah isi rumahnya, termaksud tempat sampah. Seingatnya, Sandra membawa banyak minuman dan makanan ringan. Namun, semua terlihat bersih, seolah rumah ini tidak kedatangan tamu semalam. Hanya ada, sobekan kertas dalam tempat sampah.

"Sandra," ujar Maya dengan suara serak. Pikirannya, langsung memvonis tersangka, yang menyebabkan hidupnya seperti ini.

Pandangan Maya, semakin buram. Sakit dibagian perutnya, semakin menjadi. Kepalanya berdentam hebat. Hingga akhirnya, ia ambruk, tak sadarkan diri.

"MAYA," panik Zamar, yang berlari menangkap tubuh tunangannya. Matanya melebar, tatkala darah segar, mengalir turun, di kaki Maya.

🍋 Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bu ning Bengkel

Bu ning Bengkel

maya kasihan hidup mu mengapa harus terjadi di hianati teman sendiri dihancurkan masa hidup nya yg akan datang oleh sahabatnya seperti saudaranya teryata sandra meningkap dari belakang .......lanjut.....

2024-04-20

0

Kartini Kartini

Kartini Kartini

kejam emang sabar maya pasti ada setitik cahaya dan kebahagiaan akan datang maya

2024-05-01

0

Nur Dafa

Nur Dafa

pasti di jebak ni Ama sih sendrong

2024-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kejutan
2 Bab 2. Cincin
3 Bab 3. Bukti
4 Bab 4. Pengakuan
5 Bab 5. Berakhir
6 Bab 6. Menyerah??
7 Bab 7. Mungkin lebih baik
8 Bab 8. Hadiah terakhir.
9 Bab 9. Pengantin pengganti
10 Bab 10. Musuh dalam selimut
11 Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12 Bab 12. Tempat yang aku tuju
13 Bab 13. Aku tidak bisa
14 Bab 14. Seperti ini.
15 Bab 15. Karena keadaan
16 Bab 16. Mindset
17 Bab 17. Teman??
18 Bab 18. Rindu
19 Bab 19. Untuk sang istri
20 Bab 20. Kembali
21 Bab 21. Suara Adzan
22 Bab 22. Salah paham
23 Bab 23. Belum sepenuhnya.
24 Bab 24. Mereka cucuku
25 Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26 Bab 26. Seperti ini keluarga
27 Bab 27. Laut, saksi kita.
28 Bab 28. Di mana ayah?
29 Bab 29. Ikatan
30 Bab 30. Pencarian Huan
31 Bab 31. Temukan, siapapun!
32 Bab 32. Frustasi
33 Bab 33. Luapan hati
34 Bab 34. Mari berpisah.
35 Bab 35. Fotokopi
36 Bab 36. Rencana Resti
37 Bab 37. Menuntut hak
38 Bab 38. Musabab
39 Bab 39. Hampir dekat
40 Bab 40. Namanya Rian
41 Bab 41. Dia
42 Bab 42. Sesal (1)
43 Bab 43. Sesal (2)
44 Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45 Bab 45. Kesempatan
46 Bab 46. Momen ulang tahun
47 Bab 47. Aku benci....
48 Bab 48. Papa?
49 Bab 49. Usaha Zamar (1)
50 Bab 50. Usaha Zamar (2)
51 Bab 51. Nasehat Papa
52 Bab 52. Ego
53 Bab 53. Mengambil Hak.
54 Bab 54. Sehari saja
55 Bab 55. Permohonan Zamar
56 Bab 56. Pilihan
57 Bab 57. Memori
58 Bab 58. Semua butuh proses
59 Bab 59. Keinginan Zamar
60 Bab 60. Terusir
61 Bab 61. Karma
62 Bab 62. Mendadak
63 Bab 63. Drama malam
64 Bab 64. Masa lalu dan alasan
65 Bab 65. Waktu
66 Bab 66. Mantan
67 Bab 67. Yang terasing
68 Bab 68. Gelisah
69 Bab 69. Masalah hati
70 Bab 70. Curhat
71 Bab 71. Alasan.
72 Bab 72. Tidak lebih
73 Bab 73. Frustasi.
74 Bab 74. Shock
75 Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76 Bab 76. Dibelakang Zamar.
77 Bab 77. Restu yang terlambat
78 Bab 78. Terpuruk
79 Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80 Bab 80. Keputusan apa?
81 Bab 81. Tekad
82 Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83 Bab 83. Suram
84 Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85 Bab 85. Memeluk tanpa suara
86 Bab 86. Amarah
87 Bab 87. Tidak sabar
88 Bab 88. Caraku mencintaimu
89 Bab 89. Siapa Bryan?
90 Bab 90. Tujuan Ansel
91 Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92 Bab 92. Permintaan Maaf.
93 Bab 93. Provokasi Bryan.
94 Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95 Bab 95. Menghilang.
96 Bab 96. Hanya
97 Bab 97. Lembaran baru (1)
98 Bab 98. Lembaran baru (2)
99 Bab 99. Kegalauan Huan.
100 Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101 Bab 101. Maya yang aneh.
102 Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103 Bab 103. Final Episode
104 Pesan Author
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1. Kejutan
2
Bab 2. Cincin
3
Bab 3. Bukti
4
Bab 4. Pengakuan
5
Bab 5. Berakhir
6
Bab 6. Menyerah??
7
Bab 7. Mungkin lebih baik
8
Bab 8. Hadiah terakhir.
9
Bab 9. Pengantin pengganti
10
Bab 10. Musuh dalam selimut
11
Bab 11. Flashback. Ayo, menikah!
12
Bab 12. Tempat yang aku tuju
13
Bab 13. Aku tidak bisa
14
Bab 14. Seperti ini.
15
Bab 15. Karena keadaan
16
Bab 16. Mindset
17
Bab 17. Teman??
18
Bab 18. Rindu
19
Bab 19. Untuk sang istri
20
Bab 20. Kembali
21
Bab 21. Suara Adzan
22
Bab 22. Salah paham
23
Bab 23. Belum sepenuhnya.
24
Bab 24. Mereka cucuku
25
Bab 25. Khaira dan Khaysan.
26
Bab 26. Seperti ini keluarga
27
Bab 27. Laut, saksi kita.
28
Bab 28. Di mana ayah?
29
Bab 29. Ikatan
30
Bab 30. Pencarian Huan
31
Bab 31. Temukan, siapapun!
32
Bab 32. Frustasi
33
Bab 33. Luapan hati
34
Bab 34. Mari berpisah.
35
Bab 35. Fotokopi
36
Bab 36. Rencana Resti
37
Bab 37. Menuntut hak
38
Bab 38. Musabab
39
Bab 39. Hampir dekat
40
Bab 40. Namanya Rian
41
Bab 41. Dia
42
Bab 42. Sesal (1)
43
Bab 43. Sesal (2)
44
Bab 44. Yang aku dan mereka inginkan.
45
Bab 45. Kesempatan
46
Bab 46. Momen ulang tahun
47
Bab 47. Aku benci....
48
Bab 48. Papa?
49
Bab 49. Usaha Zamar (1)
50
Bab 50. Usaha Zamar (2)
51
Bab 51. Nasehat Papa
52
Bab 52. Ego
53
Bab 53. Mengambil Hak.
54
Bab 54. Sehari saja
55
Bab 55. Permohonan Zamar
56
Bab 56. Pilihan
57
Bab 57. Memori
58
Bab 58. Semua butuh proses
59
Bab 59. Keinginan Zamar
60
Bab 60. Terusir
61
Bab 61. Karma
62
Bab 62. Mendadak
63
Bab 63. Drama malam
64
Bab 64. Masa lalu dan alasan
65
Bab 65. Waktu
66
Bab 66. Mantan
67
Bab 67. Yang terasing
68
Bab 68. Gelisah
69
Bab 69. Masalah hati
70
Bab 70. Curhat
71
Bab 71. Alasan.
72
Bab 72. Tidak lebih
73
Bab 73. Frustasi.
74
Bab 74. Shock
75
Bab 75. Dia yang datang, padaku.
76
Bab 76. Dibelakang Zamar.
77
Bab 77. Restu yang terlambat
78
Bab 78. Terpuruk
79
Bab 79. Rindu yang menyakitkan
80
Bab 80. Keputusan apa?
81
Bab 81. Tekad
82
Bab 82. Harapan yang menjadi mimpi
83
Bab 83. Suram
84
Bab 84. Aila, Mau Daddy.
85
Bab 85. Memeluk tanpa suara
86
Bab 86. Amarah
87
Bab 87. Tidak sabar
88
Bab 88. Caraku mencintaimu
89
Bab 89. Siapa Bryan?
90
Bab 90. Tujuan Ansel
91
Bab 91. Jalani, seperti air mengalir
92
Bab 92. Permintaan Maaf.
93
Bab 93. Provokasi Bryan.
94
Bab 94. Pelajaran Untuknya.
95
Bab 95. Menghilang.
96
Bab 96. Hanya
97
Bab 97. Lembaran baru (1)
98
Bab 98. Lembaran baru (2)
99
Bab 99. Kegalauan Huan.
100
Bab 100. Hubungan yang tidak seperti dulu.
101
Bab 101. Maya yang aneh.
102
Bab 102. Ada apa dengan Maya?
103
Bab 103. Final Episode
104
Pesan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!