Diana sedang mengerjakan laporan yang kemarin disuruh kerjakan oleh pak Eddie. Seharusnya ia mengerjakan tugas tersebut di asrama, namun karena sibuk mencari tahu tentang Lorena, Diana lupa mengerjakannya.
Tadi pagi ketika baru saja sampai di lab, pak Eddie marah besar karena laporan tersebut belum juga diserahkan oleh Diana. Setelah mendapat omelan panjang lebar dan berakhir tambahan pekerjaan baru disinilah Diana berakhir sekarang, diruang analisis guna menyelesaikan laporan tentang rapat kemarin siang yang dibantu oleh Bian. kebetulan pria itu sedang tidak sibuk, dia dengan senang hati membantu Diana.
setelah selesai dengan laporannya Diana dan Bian pergi ke ruang praktikum, untuk tugas kedua yang diberikan oleh pak Eddie. Pekerjaan kedua yang menurut Diana tidak bermanfaat sama sekali, wakil kepala lab itu menyuruhnya untuk membedah katak, lalu meneliti katak tersebut, mengambil sampel darah, dan terakhir membuat laporan analisis.
"Sial. kenapa aku harus melakukan ini lagi? " umpat Diana, ia menatap horror pada katak yang akan dibedahnya. Entah untuk apa oleh pria tua itu.
"mau aku tolong nge-bedahnya gak?" tanya Bian memperhatikan wajah kesal Diana.
"Gak. aku juga sudah pernah dulu melakukannya sewaktu kuliah." tolak Diana lalu mulai melakukan pekerjaannya. Ia memakai sarung tangan juga masker, lalu meraih pisau bedah yang disodorkan Bian.
"Bian, kamu yakin Lorena sudah balik ke Prancis? " tanya Diana mulai membedah perut katak. Meneliti organ dalam perut katak, mengambil Darah katak lalu diteteskannya pada *objek glass*dan ditutup *cover glass*, kemudian diamati dibawah *mikroskop*.
"Iya. kenapa sih, Na, nanyain dia terus? kamu kenal? " Bian balik bertanya.
"penasaran aja, ada orang Prancis yang kerja di laboratorium negara kita, " ujar Diana, setelah selesai mengamati dan mengambil sampel darah katak, Diana langsung membuat laporan.
"dia cuma kerja di asrama. Selama aku kerja disini dia cuma dua kali datang ke-lab, itupun cuma mengantarkan makanan pak Eddie."
"Ngomong-ngomong soal pak Eddie, dia memang killer dari dulu atau cuma sama aku aja?" tanya Diana dengan wajah cemberut.
"memang killer, Na. Tenang saja, dia tidak dekat sama pemerintah. mungkin karena itu juga dia sekarang digantikan oleh prof. Adams sebagai kepala lab, "
" aku pikir selama ini dia termasuk tangan kanan pemerintah, "cibir Diana tak yakin.
" Enggak, Na, "Bian menggeleng yakin " dia masih tetap dipekerjakan karena otak jeniusnya masih dibutuhkan disini," lanjutnya.
"tahu darimana?" Diana sudah selesai dengan laporannya, ia melirik jam tangan biru yang melingkar pada pergelangan tangannya, tak terasa sudah sekitar dua jam Diana mengerjakan pekerjaan tersebut.
"wah, kamu pasti kaget kalau dulu pak Eddie dan Elise pernah bersiteru hebat disini. tau sendiri lah Elise kan anak jenderal besar, "ujar Bian,
"bersiteru soal apa? " tanya Diana cukup terkejut, Ia juga baru tahu kalau Elise ternyata anak jenderal. Perempuan yang menurut Diana aneh.
"Diana! dipanggil pak Eddie, " Kata Elise yang baru saja masuk.
Diana tersenyum canggung melihat orang yang baru saja mereka bicarakan berjalan dengan wajah datar kearah meja praktikum, khawatir Elise mendengar apa yang tadi mereka bicarakan.
"terimakasih sudah membantuku, Yan. Aku ke ruang pak Eddie dulu" pamit Diana.
"santai aja, Na. lain kali kalau butuh bantuan jangan sungkan bilang sama aku, " ucap Bian.
Diana segera pergi dari sana setelah mengangguk singkat pada Elise yang seperti biasanya hanya diam, mengabaikan nya.
*
Setelah tadi menyerahkan pekerjaannya pada pak Eddie, Diana langsung diperbolehkan pulang oleh wakil kepala lab itu. Dengan jadwal baru yang diberikan padanya. Mulai besok sampai seminggu kedepan Diana akan menjadi asisten pak Eddie melakukan seminar dikota.
Diana baru saja sampai di asrama,ia berhenti didepan kamar empat belas, menatap lamat pada pintu usang dengan cat cokelat tua itu. tangannya terulur untuk membuka, ia memutar kenop pintu yang ternyata terkunci.
'sebenarnya ada apa didalam sana? suara siapa yang tiap malam didengarnya dari kamar itu? aku harus mencuri kuncinya dari madam susan,' pikir Diana.
karena pintu tersebut dikunci Diana berjalan kearah tangga menuju lantai dua. Di dinding sekitar tangga berjejer beberapa foto, Orang-orang didalamnya sebagian besar menggunakan jas warna putih kebanggan mereka, sementara itu ada berberapa yang mengenakan baju kemeja bercorak hitam putih dengan bawahan yang senada.
Diana menatap lekat pada foto orang yang agak mirip dengan madam susan. Diana mencoba membaca tulisan dibagian bawah foto,
Asrama buana, 1998
Itu artinya foto tersebut diambil dua puluh lima tahun lalu. Sepertinya kepala asrama adalah orang dari keluarga yang sama dari dulu, pikir Diana.
Diana terus berjalan ke lantai dua. Sebagian besar peneliti berada di lab sampai malam, sebagian kecil ada yang pulang sore seperti Diana. sementara untuk beberapa orang ada yang sampai semalam-an berada di lab.
kamar dilantai dua tidak sebanyak lantai satu. di ujung lorong merupakan tempat tinggal madam susan, lalu disebelahnya ada gudang. Tujuan Diana adalah ke gudang.
Mungkin ada sesuatu yang bisa ia temukan di gudang untuk dijadikan petunjuk. Diana membuka pelan pintu gudang yang tidak dikunci, Udara didalam agak pengat dan agak gelap. Satu-satunya penerangan adalah cahaya matahari yang menembus melalui ventilasi.
Diana meneliti ruangan tersebut, ada banyak barang rongsokan yang diletakkan begitu saja, ada juga kardus-kardus yang disusun menumpuk disudut gudang, beberapa lemari usang juga disimpan disana, juga ada rak buku mini yang sudah kosong.
"seharusnya barang-barang tua itu dijual saja, kenapa masih disimpan disini, " dengus Diana berjalan ke sudut gudang untuk memeriksa kardus.
Setelah memeriksa sebagian besar kardus Diana tidak menemukan apapun, hanya buku tentang penelitian yang ada didalam kardus tersebut.
Diana berdiri, lantas membuka lemari. Kosong. juga tidak ada apapun didalamnya.
Diana menghembuskan nafas lelah, ia mendudukan bokongnya dilantai.
"apa itu? " monolog Diana ketika netranya menemukan sebuah kotak berukuran sedang tergeletak disudut gudang diantara tumpukan kardus. ia berdiri lalu membawa kotak itu ke tempat ia duduk.
Sebuah album agak kusam ia temukan didalam kotak tersebut. Diana membuka halaman pertama album,
kosong
Diana terus membalik album tersebut, berharap menemukan sesuatu. Hanya dihalaman terkahir album Diana menemukan foto juga beberapa bercak darah yang sudah mengering. Foto Lorena dan seorang pria, wajah pria itu digunting, hanya menyisakan Lorena dan setengah badan sang pria. Sepertinya foto itu sengaja digunting. Diana memasukan foto tersebut kedalam saku celananya. lalu mengembalikan kotak tersebut.
Setelah itu Diana segera keluar dari dalam gudang.
"kamu ngapain digudang? "
Diana terkejut mendapati madam susan sudah berdiri didepan pintu ketika ia baru saja keluar.
"aku meletakan beberapa barang yang tidak terpakai didalam, madam, " jawab Diana sedikit tersenyum.
"baiklah, lain kali kalau mau ke gudang bilang sama saya. takutnya nanti saya mengunci pintu gudang tanpa mengetahui kamu ada didalam, " ucap madam Susan.
" iya, madam. Maaf tadi gak bilang dulu sama madam,"ucap Diana meminta maaf meski agak heran. kenapa gudang harus dikunci juga? isinya juga barang-barang tua yang sudah tidak terpakai, kepala asrama itu tidak punya pemikiran kalau maling akan masuk kesana kan? Diana yakin tidak akan ada maling yang menjadikan gudang tersebut sebagai sasaran perampokan.
"kalau gitu saya permisi,madam, " kata Diana lalu dengan cepat pergi.
madam susan mengangguk, matanya menatap tajam punggung Diana yang semakin menjauh. setelah memastikan Diana turun ke lantai satu, wanita setengah abad itu masuk kedalam.
***BERSAMBUNG***....
...***...
**Jangan lupa like, komen dan rate ya 😄☺**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Kiki Rizkia Apriliani
lorena korban pembunuhan? knpa hrs lwr Diana dia menunjukkan jati dirinya..dan laki2 yg d gunting siapakah? prof killer atau sp
2023-10-16
2