Bab 3

Pagi ini setelah selesai presentasi Diana memilih berdiam diri diruang spektro, lingkaran bawah matanya sedikit menghitam karena kurang tidur.

Diana menatap lurus ke lantai, banyak hal yang tidak Diana mengerti perihal tadi malam. Tentang suara orang berbicara yang hampir seperti bisikan dari kamar empat belas, apalagi mereka berbicara menggunakan bahasa luar yang tidak Diana mengerti. Juga tentang waktu yang sangat cepat berlalu setelah ia datang ke dapur. Bukan hanya itu saat ingin mengobrol lebih jauh dengan Lorena, mata Diana tanpa sengaja melihat jam yang tertera dilayar ponsel yang masih menyala menunjukan pukul dua lewat lima belas menit. Diana dengan ragu menoleh kearah jam dinding, disana jelas jam setengah lima namun yang tidak ia sadari sebelumnya adalah jarum jam sama sekali tidak berputar, hanya stop di angka setengah lima. Jam tersebut mati. Lalu apakah Lorena tidak tahu kalau jam itu mati? Apa karena perempuan itu mengira hari sudah pagi makanya dia mulai memasak?

Saat Diana menoleh kearah Lorena ingin memberitahu hal tersebut, ia tidak melihat siapapun,

kosong,

Lorena yang tadi sedang memasak tidak ada lagi disana. Hanya ada meja dapur yang kosong tanpa apapun. Tidak ada bahan  masakan sama sekali, bahkan dapur terlihat seperti belum digunakan sama sekali.

Diana mengucek matanya berharap ia hanya sedang berhayal, tapi tetap saja tidak ada apapun.

Tidak ada Lorena yang sedang memasak,

Tidak ada bahan masakan,

Tidak ada kompor yang menyala,

Dan tidak ada daging yang ditumis.

Hanya ada Diana yang seakan baru terbangun dari mimpi.

"Lorenaaa!!" panggil Diana gemeteran, matanya penuh ketakutan menatap sekeliling.

Hening.

Tidak ada sahutan.

Karena ketakutan yang amat besar Diana pingsan di dapur. Diana beru sadar saat mencium aroma minyak kayu putih yang dioleskan pada hidungnya oleh Feby yang kebetulan pergi kedapur untuk sarapan.

"Hoii, mikiran apa sih? "

"Eum-Enggak, " Lamunan Diana tentang kejadian tadi malam buyar saat Feby duduk didepannya, perempuan yang katanya blasteran Indo-korea itu menatap penasaran pada Diana. Dua tangannya memegang masing-masing segelas kopi yang masih mengepul.

"Mau kopi gak? Kebetulan aku ambilnya dua, " kata Feby menawarkan segelas kopi yang ia bawa.

"Kamu emang sengaja ambilnya dua gelas buat dikasih sama aku kan? Pasti ada sesuatu nih mendadak jadi baik, " cibir Diana yang sudah hapal dengan tabiat sahabatnya itu, tangannya terulur mengambil gelas kopi yang Feby tawarkan.

" tau aja, " Feby tertawa renyah lalu meletakkan kopi miliknya diatas meja.

"Jadi, kali ini kamu butuh bantuan aku tentang apa?, "

"Bukan. Aku cuma penasaran kenapa Kamu bisa pingsan di dapur, Na? " Tanya Feby penasaran, sejak mengenal Diana beberapa tahun lalu, Feby belum pernah mendapati Sahabatnya itu pingsan. Bahkan perempuan yang tahun ini genap berusia dua puluh tujuh tahun itu tergolong kuat.

"Kalau aku cerita, kamu bakalan percaya gak? " Diana tahu Feby tidak percaya dengan hal-hal mistis. Baginya orang yang sudah mati bisa gentayangan lagi itu hanya omong kosong, dongeng yang digunakan untuk menakuti anak kecil.

" pake nanya, aku kan selalu percaya sama kamu, " Feby menoyor gemas kepala Diana.

" tapi yang ini beda, kamu gak akan percaya, " kata Diana tak yakin Feby akan percaya dengan apa yang akan dia ceritakan.

"Cerita aja dulu, "

Diana mengangguk lalu menceritakan kenapa dia bisa pingsan. Berawal dari Diana yang mendengar suara pelan dari kamar sebelah, lalu memutuskan untuk pergi kedapur mencari Lorena, kemudian sempat mengbrol dengan Lorena. Sampai akhirnya perempuan itu menghilang tanpa jejak seakan tidak pernah ada didapur sebelumnya.

" lorena? Asrama kita punya koki? " tanya Feby, wajahnya nampak bingung.

" kamu belum pernah bertemu koki asrama? Kamu kan lebih dulu tinggal disini? Astaga, apa pekerjaan disini memang se-sibuk itu sampai kamu tidak pernah bertemu dengan Lorena? " ujar Diana kaget menatap Feby tak percaya.

"Bukan gak pernah ketemu, Na, "Feby menatap serius, ia sedikit menggeser posisi duduknya lebih kedepan sambil menyesap kopi yang sudah mulai dingin.

"Di Asrama Buana kita masak sendiri, hanya bahan masakan yang diganti sekali tiga hari oleh madam Susan. Jadi enggak ada koki seperti yang kamu katakan, " lanjut Feby menggeleng pelan.

Pupil mata Diana membesar, lantas siapa yang kemaren menyiapkan makanan? Siapa yang mengantarkan makanan untuknya? Apa yang dia makan itu beneran makanan? Oh, tidak. Apa Lorena bukan manusia?

"Na, Dianaa!," panggil Feby mengibaskan tangannya didepan wajah Diana. Sahabatnya itu terlihat syok juga linglung.

Diana menatap nanar kopi yang sudah mulai dingin. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Lalu yang tadi malam siapa? " gumam Diana, menggigit bibir bawahnya cemas. Buluk kuduknya meremang memikirkan berbagai kemungkinan. Hatinya menjadi gelisah,

Feby diam, lalu otaknya mencoba mengingat apa ia pernah mengenal perempuan bernama Lorena di asrama? Atau setidaknya pernah mendengar nama itu sejak pindah ke asrama? Nihil. Tidak ada staf asrama ataupun peneliti yang bernama Lorena disini.

"Kamu mungkin cuma kelelahan, Na. Mungkin itu cuma ilusi karena efek capek setelah membersihkan kamar" kata Feby menenangkan sambil mengelus pelan tangan Diana.

" itu bukan ilusi, Feb, aku mendengarnya, aku juga berbicara dan berkenalan dengan Lorena. Semua itu nyata, aku masih ingat perkataan Lorena juga wajahnya" racau Diana, ia mengacak kasar rambutnya. Kenapa Feby tidak bisa mempercayainya?

"Jadi, menurut kamu beneran ada orang bernama Lorena tinggal di asrama tanpa se-pengetahuan madam Susan?"

"Bagaimana kalau bukan orang? " cicit Diana pelan, rasa takut membuat tubuh Diana gemetar.

"Maksud kamu hantu? "

Diana mengangguk ragu.

"Hantu itu gak ada, Na. Cuma perasaan kamu aja kali, " ejek Feby sambil menandaskan kopinya dalam sekali tegukan.

"Aku gak bohong, Feby. Aku beneran bertemu dan berkenalan dengan Lorena, "

"Oke. Mungkin memang ada orang bernama Lorena yang menyelinap masuk asrama lalu berpura-pura menjadi koki, " Feby mengangguk mengerti.

"Kamu beneran gak percaya? "

"Aku percaya sama kamu, Na. Lorena itu orang bukan hantu. Hantu itu gak ada, Jangan kebanyakan nonton horror. "

Diana mengatupkan mulutnya, ia menatap Feby kesal.

"Feby, Diana,  ke ruang rapat sekarang! Ada rapat bersama pak Eddie, " panggil Bian dari luar pintu, seorang ahli kimia yang kesehariannya berkutat dengan cairan kimia.

" terserah kalau kamu gak percaya, aku akan cari tahu tentang kamar empat belas. Aku yakin ada sesuatu disana. "tegas Diana sambil berdiri lalu berjalan keluar tanpa menyentuh kopi yang tadi dibawakan oleh Feby.

Feby menghela nafas panjang lalu menyusul Diana keluar.

"Naa, tunggu!," panggil Feby, ia berjalan cepat menyusul Diana.

Diana menoleh kebelakang tanpa menghentikan langkahnya.

" jangan ngambek dong. Nanti aku bantu kamu cari tahu siapa Lorena dan apakah dia yang tinggal di kamar empat belas, " celetuk Feby setelah berjalan sejajar dengan Diana.

"Siapa yang ngambek? Orang aku mau keruang analisis, " cibir Diana

Feby tertawa pelan lalu merangkul Diana. Mereka berjalan beriringan ke ruang rapat. Mereka tidak boleh telat, jangan sampai pak Eddie yang menunggu mereka. Pria itu adalah orang yang sensitif, dia tidak segan mendepak orang menyinggungnya dan bahkan bisa memusuhi orang tersebut seumur hidupnya.

Bersambung.....

...***...

Terpopuler

Comments

Nita Kalitengah

Nita Kalitengah

suka banget sama ceritanya kk

2023-09-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Pengumuman
111 Pengumuman 2
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Pengumuman
111
Pengumuman 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!