Feby mencoba membangunkan Diana dengan mengguncang pelan tubuhnya. wajah sahabatnya itu agak pucat, feby menduga kalau Diana pasti pingsan lagi. Ia mengambil minyak kayu putih yang tergeletak diatas nakas lalu mengoleskan di hidung Diana.
Beberapa saat Diana mulai membuka matanya, ia mengerjap pelan sambil memegang kepalanya yang agak pusing.
"kamu kenapa bisa pingsan? " tanya Feby setelah Diana bisa menguasai diri dan sepenuhnya sadar.
Diana mengingat apa yang terjadi. Ah, iya, dia ingat sekarang. pasti lagi-lagi ia pingsan didapur asrama.
"aku tadi bertemu Lorena," kata Diana pelan, ia mencoba duduk meski masih agak pusing.
"Lorena? dia belum pulang ke Prancis? " tanya Feby,
Diana menggeleng, " Dia menghilang lagi secara tiba-tiba,"
"serius? kamu gak tahu kemana dia menghilang? "
Diana menggeleng.
"arah dia menghilang kemana? ayo kita kesana!, " ajak Feby bersemangat, ia sekarang jadi penasaran dengan Lorena.
"Gak tau, Feb. dia sedang motong bahan-bahan yang akan dimasak,lalu tiba-tiba langsung hilang, seakan gak pernah ada disana sama sekali, " jelas Diana,
"aku kenapa bisa ada di kamar? " gumam Diana, seingatnya terakhir kali sebelum hilang kesadaran ia sedang didapur, lalu kenapa sekarang dia ada di kamar? apakah Feby yang memindahkan? tidak mungkin. Feby tidak akan kuat membopongnya.
"Tadi ada yang bawa kamu kesini, "
"siapa? "
Lantas Feby menceritakan tentang sesosok pria berpakaian serba hitam yang membawa Diana kedalam kamar. Bagaimana pria itu menatap intens wajah Diana, mengelus pelan rambutnya dan terakhir membelai wajah Diana.
"Apa?! " Diana berteriak kaget. benar! tadi Diana memang sempat mendengar langkah kaki yang berhenti teoat dipintu dapur.
"kamu lihat wajahnya? " tanya Diana dengan suara bergetar.
Feby menggeleng sambil berpikir mencoba menerka siapa pria itu. Ia rasanya pernah melihat seseorang dengan postur tubuh yang mirip dengan orang tersebut. Feby mencoba mengingat,
"aku harus cari tahu siapa Lorena dan siapa pria itu, " ujar Diana mengepalkan tangannya, semenjak pindah kesini ia terus mengalami beberapa kejadian yang sulit diterima akal sehat.
"jangan! "
"kenapa, feb? aku udah terlanjur melihat hal-hal janggal yang ada disini. semua itu membuat aku bingung dan terus bertanya-tanya. mereka siapa? kenapa suara itu terus berbisik pelan? kenapa Lorena terus muncul lalu menghilang tanpa jejak? sebenarnya apa yang disembunyikan asrama ini? " kata Diana frustasi mengacak kasar rambutnya.
"Lupain aja, Na. terlalu berbahaya kalau kamu cari tahu lagi, " larang Feby penuh kekhawatiran. Feby jelas tidak ingin Diana berada dalam bahaya. selama hampir dua puluh tujuh tahun hidup tidak ada yang membuat Feby takut, bahkan Feby masih setengah percaya tentang keberadaan makhluk kasat mata seperti Lorena. namun, pria berpakaian hitam yang Feby lihat tadi membuatnya bergidik ngeri, tatapan matanya entah kenapa membuat Feby merasa berbahaya. Feby tidak ingin Diana dalam bahaya karena mencari tahu tentang pria tersebut dan juga tentang Lorena.
"bagaimana kalau aku tidak mencari tahu tapi tetap dalam bahaya? " tanya Diana menunduk sambil menautkan jemarinya, tentu saja Diana takut. Tapi jika terus-menerus mendengar suara tersebut Diana juga tidak akan tenang.
Feby terdiam untuk beberapa saat.
"Bukankah itu sama saja, lebih baik mengetahui alasan kenapa hal tersebut berbahaya daripada tidak pernah tahu sama sekali tapi tetap menghancurkan kita, " Diana menghela nafas panjang, baru dua hari tinggal diasrama namun sudah mengalami banyak kejadian aneh.
"aku akan cari tahu sendiri, Feb. kamu gak perlu ikut" lanjut Diana pelan.
"aku akan membantu, " Feby tentu tidak akan membiarkan sahabatnya menghadapi bahaya sendirian. selama ini mereka berdua sering menjaga walaupun terkadang bersiteru.
Diana tersenyum, feby masih seperti dulu. seseorang yang paling peduli padanya.
Diana mengambil buku diatas meja lalu menulis beberapa hal yang akan mereka cari tahu.
pertama, mari cari tahu Siapa Lorena? kenapa Dia bisa tiba-tiba menghilang?
kedua, Apa yang disembunyikan dikamar empat belas? kenapa tiap malam Diana mendengar suara pelan dari sana?
Ketiga, siapa pria berpakaian hitam tersebut?
setidaknya tiga poin penting itulah yang akan mereka cari tahu terlebih dahulu, tidak sesederhana yang dipikirkan, karena dari satu pertanyaan mungkin bisa beranak menjadi sepuluh pertanyaan lagi dan mungkin juga lebih.
"mari cari tahu tentang Lorena terlebih dahulu, " usul Feby menunjuk poin nomor satu. Diana mengangguk setuju, ia berdiri lalu berjalan kearah meja yang ada didekat jendela untuk mengambil laptop.
"ayo cari di internet, " Diana membuka laptopnya lalu membuka media sosial yang dulu sering mereka gunakan, Facebook.
Diana mencoba mengetik kata kunci 'Lorena'. muncul beberapa nama Lorena di laman pencarian, Diana terus menggulir kebawah kala belum menemukan foto profil yang mirip dengan Lorena. sampai dipencarian terakhir tidak ada foto Lorena yang digunakan sebagai profil.
"huh.. apa Lorena tidak menggunakan Facebook? " monolog Diana cemberut, pasalnya hampir semua orang pada beberapa tahun lalu menggunakan media sosial karya mark zuckerberg tersebut.
"Ayo kita cek saja satu persatu, siapa tahu dia tidak menggunakan fotonya sebagai profil. aku juga bantu cari pakai HP biar cepat, " kata Feby mengusulkan.
"oke, mari perikasa akun yang tidak menggunakan fotonya sendiri sebagai profil" Diana Menganguk-anggukkan kepala.
mereka terus memeriksa akun yang bernama Lorena yang menggunakan berbagai macam picture sebagai profilnya.
hampir satu jam lebih berkutat dengan hal tersebut membuat Diana jenuh "ini tidak akan berhasil, "
"huh, kamu se-gaptek apa sih, Loren? kenapa tidak memiliki akun media sosial apapun?!, " teriak Feby kesal, ia telah memeriksa media sosial lainnya, mulai dari Facebook, instagram, dan terakhir twitter tapi masih belum juga menemukan akun Lorena.
Feby meletakan asal ponselnya lalu turun dari ranjang, ketika matanya menatap lantai, setetes darah yang tadi ada dilantai sudah tidak ada. aneh, pikir Feby. bukannya Diana belum membersihkan darah tersebut kenapa bisa hilang? kalau sudah kering pasti juga meninggalkan bekas?
"darahnya sudah tidak ada, " celetuk Feby,
"darah apa? " Diana menoleh sekilas,
"darah yang tadi ada di lantai, " jelas Feby.
"baguslah, jadi aku tidak perlu membersihkannya, "
tepat pada saat Diana mengatakan itu lampu kembali padam.
"setannya pasti marah sekarang, Na, " kata Feby setengah bercanda, ia tidak jadi turun dari ranjang.
Sedangakan Diana hanya diam, ia sama sekali tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan Feby. matanya menatap lurus kearah lemari, disana Lorena sedang berdiri dengan wajah pucatnya, ia masih mengenakan gaun merah selutut tanpa lengan, tangan kanan nya juga masih membawa lentera. suara Feby menghilang, Diana merasa sedang berada ditempat yang terisolasi bersama Lorena.
Suasana menjadi sangat hening dan mencekam. Diana terdiam kaku melihat Lorena berjalan mendekat kearah ranjang.
"feb!" Diana mencoba memanggil Feby, tapi suaranya tidak keluar sama sekali.
Lorena mendekat dengan langkah pelan dan anggun, tapi ternyata ia tidak berjalan ke ranjang, melainkan kearah jendela kamar. tangannya yang juga pucat terulur menyibak gorden,
sreett..
Diana dapat melihat kegelapan diluar asrama dari tempat tidur saat kain gorden tersibak lebar. Lorena berdiri disisi jendela, ia melihat kearah kejauhan.
Diana mengikuti arah pandang Lorena, Matanya membola saat melihat dikejauhan sana, ada mansion besar dengan lampu menyala seperti emas yang menerangi pekarangan mansion tersebut.
"Diana,"
"Naa, "
"Diana, woiii! " Feby mengguncang keras bahu Diana yang sedang terbengong dengan mata melotot menatap jendela.
"hah? " Diana mengedipkan matanya merasakan guncangan di bahunya, ia menoleh kesamping, Feby menatapnya khawatir.
"kamu kenapa sih? kamu lihat apaan?" tanya Feby, ketika lampu kembali menyala beberapa menit yang lalu ia mendapati Diana sedang menatap lurus kearah jendela dengan mata melotot.
"gak apa-apa, " Diana memilih untuk tidak memberi tahu Feby apa yang harus saja ia lihat. sepertinya Feby tidak bisa melihat Lorena, atau Lorena dengan sengaja hanya menampakkan diri pada Diana.
"sebaiknya kita tidur, besok pulang dari lab kita cari tahu lagi." Ajak Feby yang sudah beberapa kali menguap. Diana mengangguk setuju, sebelum berbaring ia melirik sekilas jendela, masih tertutup rapat. mungkinkah yang Diana lihat tadi hanya ilusi?
...BERSAMBUNG.......
...***...
jangan lupa like, komen dan subscribe ya☺🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mus
lanjuuuut
2023-11-06
1