Bab 7

Feby mencoba membangunkan Diana dengan mengguncang pelan tubuhnya. wajah sahabatnya itu agak pucat, feby menduga kalau Diana pasti pingsan lagi. Ia mengambil minyak kayu putih yang tergeletak diatas nakas lalu mengoleskan di hidung Diana.

Beberapa saat Diana mulai membuka matanya, ia mengerjap pelan sambil memegang kepalanya yang agak pusing.

"kamu kenapa bisa pingsan? " tanya Feby setelah Diana bisa menguasai diri dan sepenuhnya sadar.

Diana mengingat apa yang terjadi. Ah, iya, dia ingat sekarang. pasti lagi-lagi ia pingsan didapur asrama.

"aku tadi bertemu Lorena," kata Diana pelan, ia mencoba duduk meski masih agak pusing.

"Lorena? dia belum pulang ke Prancis? " tanya Feby,

Diana menggeleng, " Dia menghilang lagi secara tiba-tiba,"

"serius? kamu gak tahu kemana dia menghilang? "

Diana menggeleng.

"arah dia menghilang kemana? ayo kita kesana!, " ajak Feby bersemangat, ia sekarang jadi penasaran dengan Lorena.

"Gak tau, Feb. dia sedang motong bahan-bahan yang akan dimasak,lalu tiba-tiba langsung hilang, seakan gak pernah ada disana sama sekali, " jelas Diana,

"aku kenapa bisa ada di kamar? " gumam Diana, seingatnya terakhir kali sebelum hilang kesadaran ia sedang didapur, lalu kenapa sekarang dia ada di kamar? apakah Feby yang memindahkan? tidak mungkin. Feby tidak akan kuat membopongnya.

"Tadi ada yang bawa kamu kesini, "

"siapa? "

Lantas Feby menceritakan tentang sesosok pria berpakaian serba hitam yang membawa Diana kedalam kamar. Bagaimana pria itu menatap intens wajah Diana, mengelus pelan rambutnya dan terakhir membelai wajah Diana.

"Apa?! " Diana berteriak kaget. benar! tadi Diana memang sempat mendengar langkah kaki yang berhenti teoat dipintu dapur.

"kamu lihat wajahnya? " tanya Diana dengan suara bergetar.

Feby menggeleng sambil berpikir mencoba menerka siapa pria itu. Ia rasanya pernah melihat seseorang dengan postur tubuh yang mirip dengan orang tersebut. Feby mencoba mengingat,

"aku harus cari tahu siapa Lorena dan siapa pria itu, " ujar Diana mengepalkan tangannya, semenjak pindah kesini ia terus mengalami beberapa kejadian yang sulit diterima akal sehat.

"jangan! "

"kenapa, feb? aku udah terlanjur melihat hal-hal janggal yang ada disini. semua itu membuat aku bingung dan terus bertanya-tanya. mereka siapa? kenapa suara itu terus berbisik pelan? kenapa Lorena terus muncul lalu menghilang tanpa jejak? sebenarnya apa yang disembunyikan asrama ini? " kata Diana frustasi mengacak kasar rambutnya.

"Lupain aja, Na. terlalu berbahaya kalau kamu cari tahu lagi, " larang Feby penuh kekhawatiran. Feby jelas tidak ingin Diana berada dalam bahaya. selama hampir dua puluh tujuh tahun hidup tidak ada yang membuat Feby takut, bahkan Feby masih setengah percaya tentang keberadaan makhluk kasat mata seperti Lorena. namun, pria berpakaian hitam yang Feby lihat tadi membuatnya bergidik ngeri, tatapan matanya entah kenapa membuat Feby merasa berbahaya. Feby tidak ingin Diana dalam bahaya karena mencari tahu tentang pria tersebut dan juga tentang Lorena.

"bagaimana kalau aku tidak mencari tahu tapi tetap dalam bahaya? " tanya Diana menunduk sambil menautkan jemarinya, tentu saja Diana takut. Tapi jika terus-menerus mendengar suara tersebut Diana juga tidak akan tenang.

Feby terdiam untuk beberapa saat.

"Bukankah itu sama saja, lebih baik mengetahui alasan kenapa hal tersebut berbahaya daripada tidak pernah tahu sama sekali tapi tetap menghancurkan kita, " Diana menghela nafas panjang, baru dua hari tinggal diasrama namun sudah mengalami banyak kejadian aneh.

"aku akan cari tahu sendiri, Feb. kamu gak perlu ikut" lanjut Diana pelan.

"aku akan membantu, " Feby tentu tidak akan membiarkan sahabatnya menghadapi bahaya sendirian. selama ini mereka berdua sering menjaga walaupun terkadang bersiteru.

Diana tersenyum, feby masih seperti dulu. seseorang yang paling peduli padanya.

Diana mengambil buku diatas meja lalu menulis beberapa hal yang akan mereka cari tahu.

pertama, mari cari tahu Siapa Lorena? kenapa Dia bisa tiba-tiba menghilang?

kedua, Apa yang disembunyikan dikamar empat belas? kenapa tiap malam Diana mendengar suara pelan dari sana?

Ketiga, siapa pria berpakaian hitam tersebut?

setidaknya tiga poin penting itulah yang akan mereka cari tahu terlebih dahulu, tidak sesederhana yang dipikirkan, karena dari satu pertanyaan mungkin bisa beranak menjadi sepuluh pertanyaan lagi dan mungkin juga lebih.

"mari cari tahu tentang Lorena terlebih dahulu, " usul Feby menunjuk poin nomor satu. Diana mengangguk setuju, ia berdiri lalu berjalan kearah meja yang ada didekat jendela untuk mengambil laptop.

"ayo cari di internet, " Diana membuka laptopnya lalu membuka media sosial yang dulu sering mereka gunakan, Facebook.

Diana mencoba mengetik kata kunci 'Lorena'. muncul beberapa nama Lorena di laman pencarian, Diana terus menggulir kebawah kala belum menemukan foto profil yang mirip dengan Lorena. sampai dipencarian terakhir tidak ada foto Lorena yang digunakan sebagai profil.

"huh.. apa Lorena tidak menggunakan Facebook? " monolog Diana cemberut, pasalnya hampir semua orang pada beberapa tahun lalu menggunakan media sosial karya mark zuckerberg tersebut.

"Ayo kita cek saja satu persatu, siapa tahu dia tidak menggunakan fotonya sebagai profil. aku juga bantu cari pakai HP biar cepat, " kata Feby mengusulkan.

"oke, mari perikasa akun yang tidak menggunakan fotonya sendiri sebagai profil" Diana Menganguk-anggukkan kepala.

mereka terus memeriksa akun yang bernama Lorena yang menggunakan berbagai macam picture sebagai profilnya.

hampir satu jam lebih berkutat dengan hal tersebut membuat Diana jenuh "ini tidak akan berhasil, "

"huh, kamu se-gaptek apa sih, Loren? kenapa tidak memiliki akun media sosial apapun?!, " teriak Feby kesal, ia telah memeriksa media sosial lainnya, mulai dari Facebook, instagram, dan terakhir twitter tapi masih belum juga menemukan akun Lorena.

Feby meletakan asal ponselnya lalu turun dari ranjang, ketika matanya menatap lantai, setetes darah yang tadi ada dilantai sudah tidak ada. aneh, pikir Feby. bukannya Diana belum membersihkan darah tersebut kenapa bisa hilang? kalau sudah kering pasti juga meninggalkan bekas?

"darahnya sudah tidak ada, " celetuk Feby,

"darah apa? " Diana menoleh sekilas,

"darah yang tadi ada di lantai, " jelas Feby.

"baguslah, jadi aku tidak perlu membersihkannya, "

tepat pada saat Diana mengatakan itu lampu kembali padam.

"setannya pasti marah sekarang, Na, " kata Feby setengah bercanda, ia tidak jadi turun dari ranjang.

Sedangakan Diana hanya diam, ia sama sekali tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan Feby. matanya menatap lurus kearah lemari, disana Lorena sedang berdiri dengan wajah pucatnya, ia masih mengenakan gaun merah selutut tanpa lengan, tangan kanan nya juga masih membawa lentera. suara Feby menghilang, Diana merasa sedang berada ditempat yang terisolasi bersama Lorena.

Suasana menjadi sangat hening dan mencekam. Diana terdiam kaku melihat Lorena berjalan mendekat kearah ranjang.

"feb!" Diana mencoba memanggil Feby, tapi suaranya tidak keluar sama sekali.

Lorena mendekat dengan langkah pelan dan anggun, tapi ternyata ia tidak berjalan ke ranjang, melainkan kearah jendela kamar. tangannya yang juga pucat terulur menyibak gorden,

sreett..

Diana dapat melihat kegelapan diluar asrama dari tempat tidur saat kain gorden tersibak lebar. Lorena berdiri disisi jendela, ia melihat kearah kejauhan.

Diana mengikuti arah pandang Lorena, Matanya membola saat melihat dikejauhan sana, ada mansion besar dengan lampu menyala seperti emas yang menerangi pekarangan mansion tersebut.

"Diana,"

"Naa, "

"Diana, woiii! " Feby mengguncang keras bahu Diana yang sedang terbengong dengan mata melotot menatap jendela.

"hah? " Diana mengedipkan matanya merasakan guncangan di bahunya, ia menoleh kesamping, Feby menatapnya khawatir.

"kamu kenapa sih? kamu lihat apaan?" tanya Feby, ketika lampu kembali menyala beberapa menit yang lalu ia mendapati Diana sedang menatap lurus kearah jendela dengan mata melotot.

"gak apa-apa, " Diana memilih untuk tidak memberi tahu Feby apa yang harus saja ia lihat. sepertinya Feby tidak bisa melihat Lorena, atau Lorena dengan sengaja hanya menampakkan diri pada Diana.

"sebaiknya kita tidur, besok pulang dari lab kita cari tahu lagi." Ajak Feby yang sudah beberapa kali menguap. Diana mengangguk setuju, sebelum berbaring ia melirik sekilas jendela, masih tertutup rapat. mungkinkah yang Diana lihat tadi hanya ilusi?

...BERSAMBUNG.......

...***...

jangan lupa like, komen dan subscribe ya☺🤗

Terpopuler

Comments

Mus

Mus

lanjuuuut

2023-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Pengumuman
111 Pengumuman 2
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Pengumuman
111
Pengumuman 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!