Bab 4

Edgard herlambang atau yang biasa dipanggil Eddie adalah peneliti yang sudah bekerja di Lab Buana selama lebih dari sepuluh tahun, tahun lalu dia masih menjabat sebagai kepala Lab sebelum akhirnya digantikan oleh Adams blake. Sekarang dia menjabat sebagai wakil yang mendampingi Adams.

Siang ini Eddie bertanggungjawab memimpin rapat mingguan tentang bakteri yang sedang mereka teliti.

Diana menyimak rapat dalam diam, banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya. Siapa Lorena? kenapa hanya Diana yang bertemu dengannya? Pikiran Diana melayang pada saat Lorena mengantarkan makanan, ketika tanpa sengaja tangan Diana menyentuh tangan Lorena , ia dapat merasakan betapa dinginnya tangan itu. Bahkan untuk sesaat Diana seperti menyentuh balok es, juga wajah pucat perempuan cantik itu yang sempat Diana kira karena penyakit. lalu jika mengingat lagi tentang Lorena, bagaimana setiap ia tersenyum wajahnya tidak nampak hidup, tidak ada rona sama sesekali. Tadi malam yang ada dipikiran Diana hanyalah Lorena yang sedang sakit.

"Diana, "

jantung Diana berdegup kencang, tangannya gemetar, suara itu persis sama dengan suara yang memanggilnya tadi malam.

"Diana, "

Diana mencoba menebak dari mana arah datangnya suara itu, matanya meneliti sekitar ruangan. Suara lirih itu bisa didengar dengan jelas namun juga terdengar sangat jauh,

"Diana! "

Diana menunduk takut, suara itu berubah dari pelan menjadi keras, terasa sangat dekat padahal tadi Diana hanya mendengarnya sangat pelan hampir berbisik

"Diana!! "

Diana menutup rapat matanya sambil terus menunduk.

"Naa, dipanggil pak Eddie tuh," Feby menyikut gelisah lengan Diana.

"hah? " Diana langsung mengangkat kepalanya,

"kamu tidak menyimak penjelasan saya ? katanya kamu berbakat tapi apa yang saya lihat hari ini jauh dari kata berbakat, " sinis pak Eddie

"ma-maaf pak, " Diana meneguk kasar salivanya kasar,

"buat laporan tentang semua yang sampaikan tadi, besok pagi antarkan ke ruangan saya, " perintah pak Eddie mutlak.

Diana hanya mengangguk kaku.

"rapat selesai. kembali ke pekerjaan Masing-masing. " kata pak Eddie menutup rapat siang itu.

*

Diana mengaduk pelan kopi yang baru saja ia seduh, ia berdiri didekat kompor yang menempel ke dinding dapur. Mencuci sendok yang baru saja ia gunakan di wastafel lalu memilih duduk dikursi.

Diana sengaja datang ke dapur untuk menemui Lorena. Sudah hampir satu jam ia menunggu tetapi Lorena tidak datang, sebelum ke dapur Diana sudah mencari kesetiap sudut asrama. Lorena tidak ia temukan.

Diana duduk dengan tenang meski diselimuti rasa takut. Selain menunggu Lorena, ia juga sedang menunggu Feby yang masih belum kembali dari Lab karena masih ada pekerjaan. Udara malam hari cukup dingin, untung saja Diana mengenakan sweater tebal.

Krieetttt....

Diana menoleh cepat kearah pintu ketika seseorang masuk, Diana menghembuskan nafas kecewa karena yang datang bukan orang yang ia tunggu. Melainkan Bian yang masuk membawa nasi goreng instan.

"Nunggu siapa, Di? " tanya Bian berjalan kearah microwave untuk memanaskan nasi goreng.

" lagi nunggu Feby, "

"Kenapa gak nunggu dikamar aja? udah malam bukannya tidur malah nongkrong di dapur, " ujar Bian yang sudah mulai menyalakan microwave setelah terlebih dahulu menempatkan loyang berisi nasi goreng didalamnya.

" kami mau masak bareng, " jawab Diana tersenyum canggung.

Diana tidak begitu mengenal Bian, yang ia tahu pria itu sudah termasuk penelitian senior meski belum genap berusia tiga puluh tahun. Bian terkenal humble dengan siapa saja, mungkin karena itulah dia mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan.

Bian menarik sebuah kursi lalu duduk didepan Diana " Feby mungkin pulang tengah malam, Na. Dari yang aku dengar pekerjaan Feby masih banyak, "

Diana menyesap kopinya tanpa menyahuti ucapan Bian.

Untuk sejenak Diana menatap ragu pada Bian lalu berkata " kamu udah berapa lama tinggal disini? "

"Sekitar lima tahun, "

"Kamu tahu siapa yang dulu tinggal di kamar empat belas? "

Bian mengangguk singkat lalu berdiri untuk memeriksa microwave.

"Siapa? " tanya Diana mengikuti Bian.

"Kamu gak akan kenal, " sahut Bian

"Kasih tau aja dulu, "

"Ada syaratnya," Bian menatap Diana sambil tersenyum penuh arti

"Apa syaratnya? " gerutu Diana mengerucutkan bibirnya kesal, ternyata pria itu cukup menyebalkan.

Bian hanya tersenyum sambil mengeluarkan makanannya dari microwave, lalu membawanya ke meja makan.

"Aku penasaran, Bian. Siapa yang tinggal di sana? " Desak Diana mengekori Bian.

"Ayo menikah," ajak Bian tiba-tiba.

" apaan sih, " Diana melotot lalu memukul keras lengan pria itu.

Bian terkekeh pelan memberi isyarat agar Diana ikut duduk. Meski kesal Diana menurut, ia duduk dengan kasar didepan Bian.

" gak ada syarat kok, Na, senang aja liat kamu kesal. Lagian bukan informasi penting kok, " kata Bian sambil makan, ia juga menyodorkan piring berisi nasi goreng pada Diana setelah membagi dari piringnya. Bian hanya membawa sebungkus nasi goreng dan ia masih ingin membaginya dengan Diana.

" terus siapa yang tinggal di sana? "

" penghuni terakhir kamar itu dokter Ayla sama Lorena, "

Bola mata Diana melebar, jelas terkejut dengan informasi tersebut.

" terus sekarang mereka dimana? " Tanya Diana setelah mengatasi rasa kegetnya, lalu menyendokan nasi goreng ke mulutnya satu sendok penuh, ia tidak ingin Bian curiga. Walau bagaimanapun Diana tidak ingin terlalu dekat dengan Bian

" Dokter Ayla meninggal karena penyakit jantung, sedangkan Lorena kembali ke Prancis. Cuma itu aku tahu, aku cuma sebentar mengenal mereka, palingan baru satu bulan aku datang kesini dokter Ayla meninggal."

*

"Jadi, Lorena beneran ada? " tanya Feby kaget. Diana langsung menceritakan apa yang ia dengar dari Bian ketika sahabatnya itu baru saja pulang.

Tadi setelah mendapat jawaban atas pertanyaannya Diana dengan cepat pamit pada Bian.

Diana pergi ke kamar Feby dan kebetulan sahabatnya itu baru saja sampai di asrama.

"Masuk akal sih, Na, mungkin kemarin Lorena singgah disini. Mungkin dia nostalgia sama pekerjaannya dulu sebagai koki asrama makanya dia masak buat kamu, " kata Feby sambil membersihkan make up diwajahnya.

"Tapi, aneh gak sih?, "

"Aneh gimana? " Feby melirik Diana yang sedang rebahan diranjang dari kaca rias.

" lorena kan pernah kerja disini, kalau beneran dia kemarin memang kesini kenapa coba dia gak menemui kepala asrama? Maksudku, dia dulu pernah tinggal disini, masa iya nyelonong masuk terus pergi juga tanpa pamit," ujar Diana merubah posisinya menjadi duduk.

" bener juga sih, " Feby ikut duduk di samping Diana.

" apalagi wajahnya pucat banget, tangannya juga dingin, "

"Jangan bilang kalau kamu berpikir Lorena sudah meninggal terus gentayangan. Fantasimu liar amat, Na, " Feby geleng-geleng kepala, tidak lagi peduli dengan pembahasan yang tadi menarik minatnya.

" sekali ini aja percaya sama aku, "tatap Diana penuh harap.

" ya, anggaplah kalau yang kamu bilang bener. Lorena meninggal, terus sekarang arwahnya gentayangan. Terus kamu mau ngapain? Gak mungkin dong kamu mau idupin dia lagi cuma gara-gara dia pernah masakin kamu,"

Masakan? Diana baru ingat kalau kemarin malam Lorena mengantarkan makanan untuknya dan masih ia simpan di lemari es. Diana bangkit dari ranjang, ia harus memeriksa makanan tersebut.

" ayo ke kamarku sekarang! " ajak Diana menarik tangan Feby,

"Ish, mau ngapain sih? Aku ngantuk, Na, " protes Feby

"Udah. Ikut aja, " lalu Diana menyeret Feby .

Diana langsung memeriksa lemari es begitu sampai di kamarnya, matanya langsung tertuju pada nampan yang kemarin dibawa Lorena. Mata Diana hampir copot, makanan yang kemaren terlihat lezat dan mewah ala restoran bintang lima yang belum Diana sentuh sama sekali sekarang terlihat menjijikkan. Foie gras dan salmon tartare sudah berubah menjadi kumpulan belatung yang sebagian sudah keluar dari nampan.

" kamu kenapa sih? Ngajak aku kesini tapi ma... " Ucapan Feby terhenti saat melihat belatung yang sangat banyak didalam kulkas Diana.

"K-kamu gila. Untuk apa kamu nyimpan belatung? " Ucap Feby mengalihkan pandangannya dari belatung yang menjijikkan tersebut.

Diana diam, mulutnya terkunci rapat, dadanya naik turun. Tubuhnya gemetar, lalu..

Diana berlari kekamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Teringat kemarin dia sempat makan vol au vent buatan Lorena.

"Na, kamu gak apa-apa? " Feby bergegas menyusul Diana ke kamar mandi. Ia menatap khawatir, tangannya mengusap pelan tengkuk Diana. Stelah perutnya agak nyaman Diana keluar dari kamar mandi dipapah oleh Feby.

"Kenapa bisa ada belatung dikulkas kamu, Na?, " tanya Feby setelah keduanya duduk.

" itu masakan yang diberi Lorena, "lirih Diana, ia masih syok dan lemas. Rasanya tenaga Diana sudah terkuras habis.

Feby membelalak terkejut. Ia mulai sedikit ragu mengenai pendapatnya tentang hantu, sedikit takut ia menatap kearah dinding . Bagaimana kalau hantu itu benaranada?

Tok.... Tok....

Diana dan Feby saling bertatapan. Siapa yang mengetuk pintu?

Tok.... Tok.. Tok...

Ketukan dipintu semakin keras, kedua gadis itu saling bertatapan lalu keduanya bersembunyi dibalik selimut.

Tok... Tok... Tok.. Tok...

Sekarang pintu digendor dengan kencang dari luar.

Bersambung......

...***...

Terpopuler

Comments

Fye

Fye

asik banget ceritanyaa

2023-11-18

1

Eti Susilawati

Eti Susilawati

iiiiih seremmm

2023-11-12

0

Chuu

Chuu

seru juga

2023-10-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Pengumuman
111 Pengumuman 2
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Pengumuman
111
Pengumuman 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!