Lima Belas

Semenjak Almeera pulang dari rumah sakit, Narendra tidak pernah berkunjung ke rumah. Bahkan di kampus pun pria itu mulai kembali normal. Aku bahagia karena Narendra sudah mengikuti semua yang aku katakan. Tidak boleh ke rumah, tidak boleh terlalu lebay dan kekanak-kanakan, jaga jarak profesional. Bukan Narendra jika tidak mendapatkan solusi atas keinginan yang tidak terpenuhi, dia.. Narendra meminta untuk setiap hari bisa video call dengan putriku. Kapanpun dia mau. Dan terjadilah kesepakatan ini.

"Cek cok sama Mas Narendra, Mbak?" bisik Silvia sambil menyenggol tubuhku dengan lengannya. Belum lagi itu wajah kesannya kok gimana gitu sekali.

"Kenapa si itu muka? Iseng gitu ekspresinya."

"Hahaha, nahan tawa ih. Bukan iseng."

Suara Silvia tidak lagi berbisik seperti tadi, membuat beberapa teman temanku menoleh ke arah kami.

"Mbak ada something ya sama Mas Narendra?" tanya Silvia kepadaku.

Glek,

Aku menelan ludah gugup. Ini nih yang paling bikin aku malas, gosiiip.

"Gosip tentang mbak Ludira sama mas Narendra itu sudah terdengar sampai kampus sebrang, Looo." sahut Dewi menimpali.

"Gosip gimana???" tanyaku penasaran.

"Gosip kalau mbak sama mas Narendra ada sesuatu."

"Oooh, gitu."

"Mahasiswi pengagum Mas Narendra juga geger mbak, katanya di akun ignya mas Narendra ada fotonya mbak Ludira sama Dek Almeera."

Apaaa????

Kali ini aku terpengarah kaget. Menghentikan aktivitas ku dan menoleh ke arah mereka.

"Jangan pucat seperti itu, Dek." Ujar Mbak Susi penuh perhatian. Beliau memang lebih senior dari pada aku.

"Kita semua tahunya belakangan, makanya cuma bisa menjenguk dek Ludira di rumah. Jadi, saat foto itu naik ke permukaan dan ternyata sumbernya bukan dari akun mbak Dira, beberapa orang berbisik asyik." Jelas Silvia pelan.

Pikiranku mulai kacau, ini anak kenapa nekat sekali.

"Kolom komentarnya di non aktifkan sama Mas Narendra. Beberapa mahasiswa curiga kalian ada sesuatu karena kebetulan saat itu Mas Narendra memang tidak masuk kelas."

"Bukan hanya beberapa mahasiswa, kita sebenarnya juga sedikit membahas ini, Mbak." Lanjut Dewi pelan.

"Jadi?" Ucapku datar.

"Kami hanya khawatir kalau mbak Ludira sampai ambil cuti karena hal ini."

Ah, mereka memikirkan itu?

"Kok aku kaget gini ya, enggak nyangka aja kalau kalian yang notabenenya adalah pengagum Narendra bisa enggak gimana gimana." Kataku jujur yang hanya di balas senyum geli oleh mereka. Bahkan mbak Susi menggelengkan kepala.

"Kami heran aja, kenapa setelah dek Almeera sembuh kok kalian perang dingin."

"Bukan perang Dingin Dew, cuma saling menghindar begitu."

"Enggak sih, Sil. Mereka cuma kaya menjaga kemarin kemarin, dekat tapi profesional. enggak kaya dekat akrab gitu."

Aku mendengus. "Kalian mengghibah di depan orangnya langsung, Ih." ucapku pura pura kesal. Sebenarnya aku kagum, ternyata mereka tidak sesuai ekspetasi ku yang begitu menakutkan. Tidak se horor yang aku pikirkan.

"Hahahaha, bukan gibah deh. Kami kan berpendapat."

"Berpendapat apa?" tanya Narendra yang baru saja masuk ruangan. Memandang ke arah kami semua.

"Berpendapat kalau ternyata Pak Narendra Ludira Lovers. Hahahaha." sahut Dewi sambil tersenyum senang.

Aku menoleh ke arah Narendra, Marah. Sedangkan dirinya tersenyum malu seperti biasanya jika kami sedang menjadikannya sebagai bahan olok olokan.

"Pak Satria juga Ludira Lovers." jawab Narendra kalem.

"Saya mah sadar diri, Pak. Saingannya berat makanya banting setir jadi Dewi Lovers saja. Hahahaha."

"Cieee Cieeee."

Plak,

Dewi, temanku yang agak tomboi itu memukul Satria menggunakan buku tulis. Satria meringis,

"Bar bar banget deh, Bu Dewi. Jadi perawan kok bar bar gini, mana ada yang mau. Kalah sama Janda hahaha janda semakin terdepan."

Aku membeku, aku selalu membenci kalimat seperti ini. Suasana juga jadi hening, hanya ada gema tawa Satria.

"Eh, Salah ya. Aduh... ini mulut kebiasaan banget."

"Enggak kok, Sat." ucapku mencoba tersenyum.

Setelah mengucapkan itu, aku berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Menghindari kecanggungan yang aku yakin menjadi atmosfer ruangan ini.

"Muluuuuttttt minta di setrikaaaaaa." Teriak Silvia keras. Masih terdengar hingga aku keluar dari pintu ruangan.

"Selamat siang, Bu Ludira." Sapa mahasiswi di lorong kamar mandi.

Ya, aku menuju kamar mandi yang bukan kusus untuk karyawan. Berharap bisa mencuri dengar gosip yang bertebaran di antara mahasiswi.

"Selamat siang juga, mbak."

"Mari, Bu."

Aku mengangguk, ternyata kamar mandi sedang kosong. Hingga beberapa saat aku di dalam kamar mandi, terdengar beberapa langkah kaki. Aku menunggu beberapa saat. Jika memang gosip tentang aku dan Narendra sudah menjalar ke seluruh kampus, maka mengingat banyak sekali pengagum Narendra, pasti beberapa mahasiswi akan membicarakan ini.

"Dosen kita beneran sama Bu Ludira yang dosen Ekonomi itu?"

"Pernah lihat sih, Pak Narendra suka ramah banget sama Bu Ludira. Bu Ludira nya cuek Bebek gitu. aku kira karena memang sikapnya Pak Narendra ramah. Eh, kemarin Beliau posting foto Bu Ludira sama anak perempuan."

"Iya sih, hati aku pataaah baca captionnya."

"Hahaha, lumayan deh. Aku jadi baper banget."

"Kalau mereka jadian beneran, aku rela enggak rela gini yaaa."

"Kenapa? Bu Ludira katanya baik kok."

"Jandeeee punya anak lagi. Aduuuhhh calon suaminya akuuuh kepincut sama janda."

"Janda terhormat kalau Bu Ludira. Bu Ludira tuh keren banget tahu."

"Kamu kok bisa bela terus, emang kenal?"

"Enggaklaaaah. Aku udah stalking yee, kepoin tentang Bu Ludira. Beliau cinta banget sama Almarhum suaminya. Buka deh ignya, kamu bakalan merasakan betapa kesedihannya begitu nyata."

"Lebay dooong."

"Enggak. Enggak sok curhat ala kita kalau galau. Cuman yah begitulah. Berasa banget sedihnya."

"Janda tetap janda. Punya saya tarik tersendiri buat menggoda bujangan kaya pak Narendra."

"Jangan sembarangan kalau ngomong. Udah yuk."

Aku masih terpaku, bahkan hingga suara langkah kaki tidak lagi terdengar oleh telingaku. Pro Kontra selalu ada kan? kita tidak bisa memaksakan semua orang harus mengerti apa yang kita rasakan sesungguhnya.

"Sampai maut memisahkan, aku akan terus mencintaimu dengan kapasitas yang tidak bisa di gambarkan dengan kata kata ataupun di ukur dengan sebutan luas tinggi besar. Kamu pemilik mutlak hatiku, ragaku, jiwaku dan pikiranku."

Aku rindu, Mas. Sangat sangat rindu.

Terpopuler

Comments

Oka Luthfia

Oka Luthfia

jane salahe janda ki opo to ,kok di rendahkan bgt

2022-08-25

0

Isti Komah

Isti Komah

aku rindu mas uluh uluh sedihnya🥺🥺

2020-12-01

1

Anna EL Djati

Anna EL Djati

nyesek bngeet ya jadi ludira,bukan salahnya Dira juga mau janda😥

2020-10-11

2

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuan Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Puluh Satu
22 Dua Puluh Dua
23 Dua Puluh Tiga
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 DUA PULUH DELAPAN
29 Dua Puluh Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Puluh Satu
32 Tiga Puluh Dua
33 Tiga Puluh Tiga
34 Tiga Puluh Empat
35 Tiga Puluh Lima
36 Tiga Puluh Enam
37 Tiga Puluh Tujuh
38 Tiga Puluh Delapan
39 Tiga Puluh Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Puluh Satu
42 Empat Puluh Dua
43 Empat Puluh Tiga
44 Empat Puluh Empat
45 Empat Puluh Lima
46 Empat Puluh Enam
47 Empat Puluh Tujuh
48 Empat Puluh Delapan
49 Empat Puluh Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Puluh Satu
52 Lima Puluh Dua
53 Lima Puluh Tiga
54 Lima Puluh Empat
55 Lima Puluh Lima
56 Lima Puluh Enam
57 Lima Puluh Tujuh
58 Lima Puluh Delapan
59 Lima Puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Puluh Satu
62 Enam Puluh Dua
63 Enam Puluh Tiga
64 Enam Puluh Empat
65 Enam Puluh Lima
66 Enam Puluh Enam
67 Enam Puluh Tujuh
68 Enam Puluh Delapan
69 Enam Puluh Sembilan
70 tujuh puluh
71 Tujuh Puluh Satu
72 Tujuh Puluh Dua
73 Tujuh Puluh Tiga
74 Tujuh Puluh Empat
75 Tujuh Puluh Lima
76 Tujuh Puluh Enam
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuan Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Puluh Satu
22
Dua Puluh Dua
23
Dua Puluh Tiga
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
DUA PULUH DELAPAN
29
Dua Puluh Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Puluh Satu
32
Tiga Puluh Dua
33
Tiga Puluh Tiga
34
Tiga Puluh Empat
35
Tiga Puluh Lima
36
Tiga Puluh Enam
37
Tiga Puluh Tujuh
38
Tiga Puluh Delapan
39
Tiga Puluh Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Puluh Satu
42
Empat Puluh Dua
43
Empat Puluh Tiga
44
Empat Puluh Empat
45
Empat Puluh Lima
46
Empat Puluh Enam
47
Empat Puluh Tujuh
48
Empat Puluh Delapan
49
Empat Puluh Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Puluh Satu
52
Lima Puluh Dua
53
Lima Puluh Tiga
54
Lima Puluh Empat
55
Lima Puluh Lima
56
Lima Puluh Enam
57
Lima Puluh Tujuh
58
Lima Puluh Delapan
59
Lima Puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Puluh Satu
62
Enam Puluh Dua
63
Enam Puluh Tiga
64
Enam Puluh Empat
65
Enam Puluh Lima
66
Enam Puluh Enam
67
Enam Puluh Tujuh
68
Enam Puluh Delapan
69
Enam Puluh Sembilan
70
tujuh puluh
71
Tujuh Puluh Satu
72
Tujuh Puluh Dua
73
Tujuh Puluh Tiga
74
Tujuh Puluh Empat
75
Tujuh Puluh Lima
76
Tujuh Puluh Enam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!