Empat

"Mas? Kenapa aku jadi galau gini ya? Soal Narendra, pria itu sungguh membuatku kesal. Semakin hari semakin menjadi tingkah lakunya. Padahal dulu, Narendra itu pria yang baik kan mas? Mas beberapa kali bertemu dengan dia aja bilang gitu, padahal mas bukan tipe orang yang bisa dengan mudah memuji orang lain. Mas? Aku rindu."

Malam ini, mataku terpejam dengan sendirinya. Aku menangis hingga tertidur. Terbiasa dengan kondisi seperti ini membuatku tidak lagi panik saat terbangun dengan mata yang pegal serta kelopak mata yang sulit sekali di buka.

Setelah memastikan kepalaku tidak lagi pusing, aku bangun dan berjalan menuju penyimpanan air hangat serta mengambil handuk muka. Mengompres kedua mataku. Hasilnya wajahku tidak begitu menyeramkan karena bengkak.

Dulu, awal nikah dengan mas Dodi. Aku selalu bercerita tentang semua keinginanku, alhamdulillah satu persatu di jadikan nyata sesuai ekspektasi oleh suamiku itu. Salah satunya, kamar tidur luas dengan kamar mandi di dalam.

Android ku bergetar saat aku selesai sholat tahajud. Meskipun sudah selesai, aku suka berlama lama memakai mukenah. Jadi tidak langsung mencopotnya.

Ah, ternyata pesan WhatsApp dari nomor yang asing.

[Assalamu'alaikum, Mbak. Mohon maaf sekali. Sungguh, Mbak. Tidak sedikitpun niat untuk membuat Mbak Ludira marah atau kesal bahkan ketakutan sampai pucat begitu. Soal Almeera, jujur mbak. Saya sayang banget sama Rara, sejak pertama kali bertemu Rara, saya sudah jatuh hati dalam artian yang berbeda. Andaikan Rara itu satu jenis kelamin dengan saya, mungkin akan lebih mudah dan tidak membuat mbak Ludira ketakutan begini. Mbak, Demi Alloh saya tidak memiliki ketertarikan secara fisik atau cinta sebagai pasangan terhadap Almeera. Saya sayang, saya cinta, saya perduli, layaknya seorang saudara laki-laki jika mbak akan semakin tidak enak jika saya bilang kalau lebih nyaman menganggap Almeera adalah putri saya. Mbak, jangan tambah marah. Jujur, banyak hal yang ingin saya sampaikan ke mbak. Mungkin mbak bisa tanya Almeera, bilang saya mengizinkan Almeera bercerita tentang apa yang saya katakan kepada Almeera saat saya pertama kali bertemu dengan Almeera.]

Aku menghela nafas, bimbang bingung juga pingin nangis. Aduh, kenapa usia emak emak kaya gini masih aja bisa galau. Mataku menatap lanjutan pesan Narendra.

[Semoga mbak Ludira bisa memahami maksud saya. Selamat malam, mbak. Selamat beribadah di sepertiga malam.]

Setelah selesai membaca pesan dari Narendra. Aku memutuskan untuk ke kamar Almeera. Menanyakan kebenaran yang sesungguhnya. Sebelum itu, aku mengirim pesan singkat ke Almeera saat membuka story WhatsApp Almeera.

[Sayang? ]

[Iya, Ma? Mama butuh sesuatu? ]

Setelah memastikan putri kesayanganku itu tidak tidur lagi setelah sholat tahajud, aku melangkah menuju kamar Rara yang berada di ujung ruangan lantai dua.

"Assalamu'alaikum, sayang."

"Waalaikumsalam, Ma. Masuk Mamaa."

Ternyata putriku sedang merapikan mukena yang sepertinya baju saja ia lepas.

"Mama mau ngomong penting, Ra."

"Iya, Ma."

Kami berdua duduk di atas tempat tidur Almeera. Entah karena wajahku yang terlalu tegang jadinya dia ikut tegang atau karena kalimat yang aku ucapkan.

"Ra, tadi on Narendra sudah kasih izin mama untuk dengar cerita tentang on Narendra dari Almeera." sahutku pelan.

"Ini aib on Narendra, Ma. Tapi kalau memang mama sudah dapat izin dari on Narendra, Rara bakalan cerita kok. Sebelumnya maaf ya, Ma. Jangan potong cerita Rara."

Aku mengangguk, sedangkan perasaanku semakin galau.

"Jadi, saat Rara ketemu sama beliau, Ma. Rara tuh heran gitu, Ma. Beliau itu ngelihatin Rara sambil menangis, terus Rara dekatin. Ternyata kata beliau, beliau seperti melihat putri beliau yang dulu meninggal. Anehnya, tanggal lahir kita emang samaan, Ma. Jadi baper sedih gitu kan Rara."

Aku tercengang kaget. Hah? Narendra?

"Jadi dulu Om Narendra pernah nikah siri, karena usia Om Narendra masih sangat muda. Sekitar dua puluh tahun. Nah, kebetulan istri beliau melahirkan anak perempuan, tapi sayangnya hanya bertahan sepuluh hari. Adek bayinya meninggal. Gitu ceritanya, Ma."

Ah, terlalu mengejutkan sekali berita ini.

"Masa sih, Dek? Adek yakin? Om Narendra lagi enggak isengin kamu?"

"Serius, Ma. Adek aja dikasih lihat foto bayi nya on Narendra. Cantik banget si, Ma. Terus om juga bilang gini. Kalau besar, mungkin dia bakalan mirip banget sama kamu. Lesungnya juga sama sama di pipi kiri. Matanya juga besar. Ngomong gitu, Ma. Sambil tersendat-sendat gitu, Ma."

Tapi, apa iya? Selama ini aku enggak pernah dengar berita jelek soal Narendra.

"Sejak saat itu, Ma. Almeera jadi kasihan gitu ya sama si Om. Makanya kenapa Almeera dekat banget sama beliau walaupun pertama kali bertemu. Mama sempat heran kan? Dulu kan Almeera masih suka jaga jarak gitu kalau ketemu orang. Almeera tahu betul rasanya kehilangan."

Ah, sayangku.

"Eh, jangan sedih ya anak mama."

"Iya, Ma. Bapak enggak akan suka kalau Almeera sedih. Tapi di sini sakit, Ma." sahut putriku sambil memegang dadanya.

Ah, sayang. Mama justru lebih rapuh dari pada kamu.

"Makanya Almeera enggak pernah keberatan kalau si Om anggap Almeera putrinya. Bukan niat Almeera ingin menggantikan dedek bayi itu, cuma Almeera ingin melihat senyum bahagia si Om."

"Kamu baik banget deh. Anak mama memang luar biasa."

"Jadi mama jangan takut lagi ya."

"Iya. Nanti siang mungkin mama perlu ngobrol sama si Om itu. Bagi mama ini masih agak gimana gitu. Om Narendra itu sosok yang luar biasa sempurna bagi sebagian orang. Aneh gitu ternyata punya masa lalu yang uuh sekali."

"Iya sih, Ma. Besok mama ada jam pagi?"

"Enggak, mama masuk jam sebelas."

"Buatin Almeera donat isi pelangi dong, Maa. Buat bekal."

Aku mengangguk setuju. Mungkin, aku perlu membuatkan beberapa untuk Narendra sebagai permintaan maafku. Bagaimanapun, rasa takut yang tanpa alasan kuat ini benar-benar kurang tepat.

"Almeera mau tidur lagi, sayang?"

"Iya, Ma. Ini udah pasang alarm buat bangun sholat subuh. Tapi, keinget soal on Narendra jadi sedih gini, Ma. Boleh nggak, Ma? Almeera ngobrol sama Om pakai Android nya Mama?"

"Em, sebaiknya besok aja deh, Ra. Maaf ya."

"Iya, Ma. Enggak papa kok. Nanti Almeera kirim Fatihah aja buat Om sama dedek bayinya om."

"Duh, Kesayangan Mama baik banget. Istirahat ya, maaf mama ganggu Rara."

"Enggak, enggak pernah ganggu Rara. Rara sayang mama."

"Mama sayang Rara juga, tolong jangan cepat dewasa gini ya."

"Hehehe, Mama bisa aja."

Aku tersenyum, mencium kening putriku terus pamit kembali ke kamarku.

"Putri kita terlalu cepat dewasa, Mas. Kamu bisa lihat dari atas sana, Mas?"

Terpopuler

Comments

Intan Lpg

Intan Lpg

baca dialog'y Rara mirip sma anakku,klo meluk ibu'y smbil bilang "shofa saaayang ibu" dan doaku pun sma,semoga anak kecil ku jgn cepat tumbuh dewasa 😔😔

2021-04-02

0

Michelle Avantica

Michelle Avantica

ooh berarti Narendra duda dong..but anak sekecil Almeera dewasa banget ya terharu gw 😢😢

2021-01-14

1

💐d@€ng🌸

💐d@€ng🌸

Donat isi Pelangi🤔🤔🤔
jadi penisirin mo liat itu Si Donad

2020-09-20

3

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuan Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Puluh Satu
22 Dua Puluh Dua
23 Dua Puluh Tiga
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 DUA PULUH DELAPAN
29 Dua Puluh Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Puluh Satu
32 Tiga Puluh Dua
33 Tiga Puluh Tiga
34 Tiga Puluh Empat
35 Tiga Puluh Lima
36 Tiga Puluh Enam
37 Tiga Puluh Tujuh
38 Tiga Puluh Delapan
39 Tiga Puluh Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Puluh Satu
42 Empat Puluh Dua
43 Empat Puluh Tiga
44 Empat Puluh Empat
45 Empat Puluh Lima
46 Empat Puluh Enam
47 Empat Puluh Tujuh
48 Empat Puluh Delapan
49 Empat Puluh Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Puluh Satu
52 Lima Puluh Dua
53 Lima Puluh Tiga
54 Lima Puluh Empat
55 Lima Puluh Lima
56 Lima Puluh Enam
57 Lima Puluh Tujuh
58 Lima Puluh Delapan
59 Lima Puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Puluh Satu
62 Enam Puluh Dua
63 Enam Puluh Tiga
64 Enam Puluh Empat
65 Enam Puluh Lima
66 Enam Puluh Enam
67 Enam Puluh Tujuh
68 Enam Puluh Delapan
69 Enam Puluh Sembilan
70 tujuh puluh
71 Tujuh Puluh Satu
72 Tujuh Puluh Dua
73 Tujuh Puluh Tiga
74 Tujuh Puluh Empat
75 Tujuh Puluh Lima
76 Tujuh Puluh Enam
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuan Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Puluh Satu
22
Dua Puluh Dua
23
Dua Puluh Tiga
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
DUA PULUH DELAPAN
29
Dua Puluh Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Puluh Satu
32
Tiga Puluh Dua
33
Tiga Puluh Tiga
34
Tiga Puluh Empat
35
Tiga Puluh Lima
36
Tiga Puluh Enam
37
Tiga Puluh Tujuh
38
Tiga Puluh Delapan
39
Tiga Puluh Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Puluh Satu
42
Empat Puluh Dua
43
Empat Puluh Tiga
44
Empat Puluh Empat
45
Empat Puluh Lima
46
Empat Puluh Enam
47
Empat Puluh Tujuh
48
Empat Puluh Delapan
49
Empat Puluh Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Puluh Satu
52
Lima Puluh Dua
53
Lima Puluh Tiga
54
Lima Puluh Empat
55
Lima Puluh Lima
56
Lima Puluh Enam
57
Lima Puluh Tujuh
58
Lima Puluh Delapan
59
Lima Puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Puluh Satu
62
Enam Puluh Dua
63
Enam Puluh Tiga
64
Enam Puluh Empat
65
Enam Puluh Lima
66
Enam Puluh Enam
67
Enam Puluh Tujuh
68
Enam Puluh Delapan
69
Enam Puluh Sembilan
70
tujuh puluh
71
Tujuh Puluh Satu
72
Tujuh Puluh Dua
73
Tujuh Puluh Tiga
74
Tujuh Puluh Empat
75
Tujuh Puluh Lima
76
Tujuh Puluh Enam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!