Pergumulan pun terjadi di ranjang yang begitu lembut dan empuk, wanita yang sejak tadi menahan gejolak dalam tubuh nya kini terpuas kan dengan baik
Al mencium kening Aurora dengan begitu lembut. Tidak ada amarah di sana meski pun wanita itu sudah secara langsung memutus kan hubungan mereka.
Al pergi menuju kamar mandi dan segera ke luar dari kamar. Di tengah aktivitas panas nya tadi, Al mendapat laporan bahwa ada perusuh di luar mansion.
Di ke luar dengan tubuh yang bugar namun wajah nya terlihat lesu dan seperti menahan frustasi.
"Ada apa Tuan Affinis datang ke mansion sederhana saya?" tanya Al dengan suara datar nya sambil berjalan menuruni satu persatu anak tangga.
Affinis menatap tajam ke arah Al yang sedang menuruni tangga.
"Di mana Aurora sialan!" umpat Fin dengan tidak sabaran. Wajah nya siap meledak dan benar-benar ingin menghabisi orang-orang termasuk Al.
"Dia bersama ku, dia aman bersama ku," jawab Al dengan santai dan berdiri tepat di hadapan Affinis.
"Aman kau bilang sialan? Kau memaksa nya datang ke tempat mu ini sialan," marah Affinis.
Al tak kalah tajam nya menatap Affinis.
"Tidak ada paksaan sama sekali!"
"Apa kau pikir aku bodoh, Cctv sudah menjelas kan semua nya!"
"Tapi dia sendiri yang mendatangi ku pada akhir nya."
"Dia dalam pengaruh alkohol."
"Terserah, di akan aman di sini."
"Beri kan pada ku Aurora sialan, aku meminta izin pada orang tua nya, maka aku yang berhak," Affinis mulai menahan kepala tangan nya.
"Siapa kau memaksa ku hah?"
"Aku tunangan nya, dan akh berhak atas nya. Jauh dia tas mu yang ternyata adalah mantan pembunuh keponakan nya," ucap Fin tersenyum tipis
Bug
"Kau tidak tau apa-apa sialan!" Satu Bogeman mentah mengenai wajah Affinis. Bukan nya membalas balik, Affinis malah tersenyum sinis ke arah Al
"Apa aku perlu membawa Tante Rosaline ke mansion mu dan menjemput putri nya? Aku penasaran apa yang akan kau laku kan," ucap Affinis tersenyum meremeh kan.
Al membeku mendengar nama ibu Aurora di sebut. Apa yang harus di laku kan nya ketika wanita itu mengetahui bahwa dia telah menjamah putri nya. Jika ayah Aurora dan adik nya yang datang mungkin hanya bank belur yang di terima nya, namun jika ibu Aurora yang datang maka di pasti kan dia tidak akan di perboleh kan selama nya bertemu Aurora.
"Dia ada di kamar sedang tidur!" ucap Al pada akhir nya mengalah membuat Affinis menghela napas lega.
"Tidur? Kau tidak melaku kan sesuatu pada nya bukan? Dia adalah putri satu-satu nya yang di miliki keluarga Browns, jika kau merusak nya kau tau apa arti nya itu bukan?"
Al yang tadi nya merasa tegang kini jauh lebih santai. Dia tidak boleh terkecoh oleh pria di depan nya.
"Apa kau berharap seperti itu?"
"Apa maksud mu?"
Mendengar ucapan Affinis Al tersenyum miring.
"Aurora paling tidak suka jika di ganggu saat tidur. Atau kau sebagai tunangan nya tidak tau itu?" Al kini memojok kan Affinis
Affinis terdiam sejenak dan memikir kan perkataan Al. Yah benar, Aurora paling tidak suka jika di ganggu tidur nya, Fin tau itu.
"Benar, aku akan pergi. Mungkin aku tidak bisa membawa nya, tapi Daddy nya bisa," ucap Fin. Setelah itu dia ke luar dari sana, tangan nya mengepal dengan kuat, seberapa jauh mantan Aurora mengetahui seluk beluk kehidupan Aurora.
Setelah melihat rombongan Affinis ke luar dari mansion nya, Al pergi mengepal kan tangan nya dengan kuat.
Mengingat ucapan Fin yang mengata kan orang tua Aurora akan datang menjemput jantung nya berdetak dengan cepat. Apa pria itu akan memberitahu nya? Apa benar-benar Fin akan mengadu kan nya?
"Tuan, kita akan mengada kan pertemuan dengan Ax Company besok," lapor Dextrosa, dia tau ini sangat sensitif bagi tuan nya. Saat ini ke dua pria itu sudah ada di ruang kerja yang Al biasa tempati di mansion ini
"Kenapa secepat itu?"
"Ini adalah proyek besar Tuan, pihak Ax Company meminta pertemuan sesering mungkin di laku kan," jelas Dextrosa dengan sabar.
Pria itu melangkah ke arah balkon di ikuti dengan asisten nya. Dextrosa juga ikut melangkah dan mengikuti tuan nya karena tuan nya tidak merespon penjelasan nya
"Jika anda tidak bisa saya bisa..."
"Apa aku sudah menjawab nya?" Al menatap tajam ke arah Dextrosa.
"Tapi Tuan, adik Nona Aurora, Tuan Shine akan ikut serta di rapat itu."
Al menghenti kan hisapan cerutu nya.
"Kenapa?"
"Tuan Shine tidak setuju anda bekerja sama dengan Nona Aurora Tuan. Tapi Nona Aurora bersikeras karena ini adalah proyek besar," jelas Dextrosa.
"Cih, bocah ingusan sialan itu selalu merusak semu nya."
"Jadi Tuan, apakah anda..."
"Atur jadwal ku besok, aku akan menghadapi Shine sialan itu," kesal Al membuang cerutu nya.
Dia meninggal kan Dextrosa di sana dan kembali ke dalam kamar. Melihat Aurora tertidur dengan lelap, hati nya begitu tersentuh melihat wajah damai wanita nya. Tapi sangat di sayang kan, apakah dia bisa menikmati ini di hari-hari berikut nya? Tentu saja tidak.
Bah kan besok saja Al tidak tau apa yang terjadi. Akan sebenci apa Aurora pada nya. "Sudah lah, besok saja di pikir kan," batin Al masuk ke dalam selimut yang sama dengan Aurora.
Dia sudah sangat menantikan hal ini sejak beberapa tahun belakangan ini.
****
Affinis memukul setir mobil nya dengan keras.
"Breng sek," maki pria itu dengan marah. Kenapa dia bisa kecolongan tadi, bah kan Aurora bertemu kembali dengan mantan kekasih nya
TRING TRING TRING
Suara ponsel yang berdering menghenti kan pelampiasan nya. Fin mengambil ponsel yang ada di saku nya dan melihat siapa yang menelepon nya.
"Holy Sh it," umpat pria itu ketika melihat nama Shine tertera di sana.
"Di mana?" tanya Shine singkat tanpa basa-basi.
"Kami akan segera pulang, Aurora ingin menginap di mansion ku."
"Menginap?"
"Yah, dia merasa lelah dan...segera ingin tidur, bah kan dia sudah tertidur di mobil, jarak rumah ku dengan tempat kami bermain sangat dekat, so kami ke rumah ku," ucap Affinis dengan telaten.
Tidak ada suara yang menjawab dai sana membuat Affinis khawatir. Dia harap-harap berhasil membohongi mantan ketua mafia itu.
"Jaga kakak ku, bertanggung jawab lah," ucap Shine lalu memutus kan telepon nya.
Affinis menghela napas lega namun sekaligus kesal, kenapa lidah nya sangat berat untuk mengata kan Alaska membawa Aurora ke mansion pria itu.
Fin tidak tau sadar dengan melaku kan hal itu diri nya menunjuk kan bahwa dia adalah seorang gentleman yang benar-benar ingin bersaing secara fair.
Dia akhir nya memilih kembali ke mansion nya dan akan menjemput Aurora besok saja. Dia akan datang lebih awal agar bisa membawa Aurora segera, dia tidak mau Aurora kembali mengingat masa-masa kebersamaan ke dua nya.
***
Pagi hari menyapa dunia yang penuh dengan drama kehidupan, di sini lah seorang wanita yang baru saja merasa kan sakit kepal yang lumayan.
"Kenapa kepala ku sakit sekali?" ucap wanita itu sambil memukul-mukul kecil kepala nya.
"Kau mabuk semalam!" ucap seorang pria secara tiba-tiba.
"Al?" Aurora sangat kaget melihat Alaska satu tempat tidur dengan nya. Pria itu juga sedang bertelanjang dada.
"A...apa yang terjadi semalam?" tanya Aurora dengan gugup. Dia menyibak kan selimut yang membungkus tubuh nya, hanya sebuah kameja besar yang kedodoran untuk nya, tidak ada pakaian dalam dan bra, Aurora bisa merasa kan nya. Dia alih kan nya lagi perhatian nya ke sekitar ruangan itu, sepatu dan baju bersera kan di mana-mana
"Tenang lah!" ucap Al dengan datar melihat Aurora yang panik.
"Tenang? Tangan kata mu breng sek, tenang setelah melihat Ini semua?" ucap Aurora dengan Menaik kan satu oktaf suara nya.
Al terlihat menatap dingin ke arah Aurora. Tapi dia sama sekali tidak buka suara. Al malah bangkit dengan bertelanjang dada dan menjauh dari ranjang.
"Berhenti di situ prai baji Ngan," maki Aurora lalu menarik kasar pria itu agar menghadap ke arah nya. Tak di sengaja, kameja yang di guna kan oleh Aurora terbuka dan menampak kan baju wanita itu yang di penuhi memar ungu.
"Apa yang kamu ingin kan?" tanya Al dengan tatapan datar dan dingin nya. Aurora baru sadar sikap hangat yang selalu di tunjuk kan oleh Al tidak terlihat lagi.
Aurora gugup sejenak namun kembali berhasil mengalih kan ekspresi nya.
"Apa yang kau laku kan pada ku?" tanya Aurora tak kalah dingin nya
"Kau menggoda ku saat akan pergi dari bar, dan sebagai seorang CEO yang cerdas dan wanita dewasa, aku yakin kau mengerti situasi ini,' ucap Al tanpa berbasa basi sambil melihat ke arah bahu Aurora yang terbuka.
Aurora tersentak mendengar jawaban Al.
"Maksud mu, aku menggoda mu dan kita berakhir melaku kan itu?"
"Yah benar, bukti nya!" ucap Al mengarah kan dahi nya ke arah bahu Aurora.
Wanita itu mengikuti arah panah dahi Al dan melihat dada nya yang penuh memar ungu. Wanita itu tersentak kaget.
"Tidak...tidak mungkin," ucap Aurora tak percaya. Dia terjatuh di lantai dan merarapi nasih dalam diam.
"Apa...apa aku aku menghianati janji ku pada mom untuk tidak bersama dia? Apa yang akan terjadi jika mom tau?" batin wanita itu
Sedang kan Al dia memilih pergi dari sana tanpa rasa iba dan ekspresi sedikit pun. Tidak ada rasa bersalah atau semacam nya dan tidak ada wajah khwatir jika melihat Aurora syok seperti itu
Jangan lupa like nya 😊👍👍👍👍👍
Agar author nya semangat up nya 🙂👍👍👍👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments
As Lamiah
bakal jd perang babak barunih
2023-08-17
0
As Lamiah
??????? piye tour kok datar dan dingin sebagai perempuan kan punya sisi lemah dan takut apa emang Aurora tak mempunyai sedikitpun perasaan itu dan gimana jikalau rora depresi ???? mungkin jd PR keluarga brons dan Alaska 🤔 penasaran banget nih tour lanjut tour 💪 semangat tour semoga sehat selalu dan terimakasih up mu 😘
2023-08-17
0