Hayabusa vs Hanzo in Real Life

Shaka memandangi Rana yang sejak tadi tampak sibuk menyemili batagornya. Gadis itu tak banyak omong, tapi sedari tadi tersenyum. Lagi banyak rejeki kah? 

"Heh, Rana." Shaka menyapa. Sebenarnya, Shaka sudah duduk di depan Rana sedari tadi tapi entah kenapa Rana tak menoleh sama sekali padanya. Memang salah Shaka apa? 

"Hmm," Rana hanya menjawab sekenanya. Batagornya sudah habis, kini Ia beralih pada sempol yang sejak tadi menganggur. 

Lapar apa doyan nih? 

"Lo makan nggak bagi-bagi gue?" 

Rana menoleh sejenak, memandang Shaka yang juga memandangnya. Lalu, perlahan menyodorkan sempolnya itu hingga ke tengah meja. 

"Ya ini ambil, kamu kayak ke siapa aja pake nunggu ditawarin." Gadis itu santai sekali. 

Shaka mencibir. Tapi tetap mengambil sempol itu. Matanya menyipit memandang Rana. "Lo lagi seneng ye?"

"Biasa aja."

"Senyam senyum mulu kayak orang gila lo."

Enteng sekali mulutnya Mas Shaka. Rana segera melayangkan tatapan membunuh. "Komentar mulu, aku ambil sempol nya lagi kalo berisik terus."

"Galak amat nyai. Pantes jomblo."

Wah. Cari gara-gara sepertinya pemuda tampan satu ini ya. 

"Dih, yang baru punya cewek, sombongnya. Awas aja kalo bentar lagi aku punya pacar." Rana mencibir. Kini Ia beralih meneguk air minumnya di botol. Debat mulu, haus. 

Shaka tak membalas. Tumben sekali. Pemuda itu malah kembali diam memperhatikan Rana. Seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan. 

"Eh, btw lo kemarin maen ya? Sama siapa?" Tanyanya akhirnya. 

Rana menoleh. Terdiam sejenak. Lalu dirinya kembali sibuk dengan laptopnya. "Kepo bener."

Shaka tak menjawab. Ingin sekali dia mengatakan sesuatu tapi diurungkan nya lagi. Sebenarnya, ada yang mengganjal hatinya semenjak sahabatnya ini jadi semakin aktif di mobile legend. Ada sesuatu yang dia curigai. Tapi rasanya tidak mungkin juga. Akhirnya, Ia urung membicarakan ini. 

Sedangkan di ujung jalan sana, tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua. Seseorang itu sebenarnya ingin menemui Shaka, namun diurungkan nya. Kini, Ia hanya memandang keduanya, dengan pandangan yang sulit diartikan. 

Aksara akhirnya pulang ke rumah. Sebenarnya, rumahnya juga masih satu kota dengan kampusnya. Hanya saja, dia malah memilih tinggal di apartemen sendirian. 

Di rumah, dia lebih sering bertengkar dengan papa juga adiknya. Tapi kalau sama adik juga kadang rukun kadang berantem sih. Tapi kalau sama papanya, tak pernah ada yang namanya rukun sama sekali. Aksa rasa, dia seperti tak pernah benar di mata papanya. Itulah yang mendasari dia untuk tidak tinggal disitu. 

Padahal Shofia - mamanya sudah sering kali membujuknya untuk pulang. Tapi memang dasar Aksara keras kepala, Ia tidak pernah menuruti permintaan mamanya ini. 

Kini pemuda itu sedang bersantai di ruang tengah. Hari ini, informasi dari mamanya, Aditya - papanya sedang dinas ke luar kota. Jadi kalaupun Aksa pulang, seharusnya mereka tak akan bertemu. 

Jadi, ini kesempatan Aksa. Selain Ia rindu pada mamanya, Aksa juga ingin menemui Shaka -  adiknya. 

Sebenarnya, kemarin Ia ingin menemui Shaka di fakultasnya. Hanya saja, dari kejauhan, dia melihat seseorang bersama Shaka, yang entah kenapa seseorang itu sangat tak asing bagi Aksa. Aksa mengamati seseorang itu lamat-lamat. Barulah Ia menyadari bahwa orang itu adalah Kirana, seseorang yang selama ini Ia cari dan ingin Ia temui segera. 

Aksa terpaku, tentu saja. Kalau saja gadis itu sedang tak bersama Shaka, mungkin Aksa langsung menemuinya. Tapi karena gadis itu sedang bersama Shaka, malah Aksa yang jadi syok. 

Ada hubungan apa Shaka dengan Kirana? 

Seharusnya Kirana jomblo. Sepertinya memang begitu. Tapi kenapa keduanya tampak akrab? Bahkan berbagi makanan. Untuk sebagian orang, cewek mau membagi makanannya dengan cowok, pasti mereka dekat. Sedekat apa mereka? 

Aksa berusaha untuk tidak cemburu, tapi jujur saja dia terganggu. Gadis yang akan didekati nya malah dekat dengan adiknya. Tentu ini mengganggu pikiran nya. Dia juga tak ingin ada perang saudara hanya karena satu wanita.

"Ma, ada yang pingin ketemu nih." Suara teriakan Shaka terdengar hingga ke telinga Aksa. Aksa menoleh, mendapati Shaka yang perlahan masuk bersama seorang gadis. Tapi gadis itu bukan Kirana. 

Aksa mengamati keduanya. Shaka menggandeng tangan gadis itu. Bertemu dengan mamanya, gadis itu menyalami Shofia. 

Siapa lagi ini? 

Tapi lalu Aksa ingat. Kalau Kirana pernah bilang bahwa nasibnya seperti Hanabi, apa itu artinya cinta gadis itu bertepuk sebelah tangan? Kirana menyukai Shaka, begitu? 

Kalau itu terjadi, maka Aksa berjanji untuk membuat gadis itu mencintainya saja, jangan adik sialannya itu yang justru tidak menerima cintanya. 

Eh gimana?

Salah ngomong Aksa sepertinya. 

Aksa kembali mengamati mereka. Shaka yang merasa seperti mereka sedang diamati, menoleh ke arah Aksa. Mendapati Aksa yang malah berada disini, pemuda itu mencibir. Lalu Ia meminta Arisha, kekasihnya ini untuk mengikuti mamanya, sedangkan Ia menemui Aksa. 

"Ngapain lo, Bang?" tanyanya pada Aksa. 

"Pulang lah. Ini rumah gue." Memang dasar Aksara si tukang cari gara-gara, adik bertanya baik-baik malah dia jawab sebegitunya. "Btw siapa tuh? Cewek lo?"

"Kalau iya memang kenapa?"

"Lalu Kirana? Bukan cewek lo?" Gatal sekali Aksara jika tidak menanyakan ini. 

Lihatlah Arshaka yang kini berkerut. "Lo tau Kirana dari mana? Jangan macam-macam lo."

"Gue nggak macam-macam. Gue tanya serius. Kirana bukan cewek lo kan?"

"Ada urusan apa Bang lo tanya soal Rana?" Shaka mulai emosi. Aksa memang kakaknya. Tapi dia tetap tak bisa memberikan Kirana pada kakak seperti Aksa. 

"Gue berencana mau deketin Kirana, gue harap kita nggak bakal saingan." Enteng sekali Aksa mengatakan ini. Berbeda dengan Shaka yang seperti berniat baku hantam. Aksa mengatakan ini masih sambil memainkan gitarnya. 

"Hah? Cari cewek lain, Bang. Jangan ganggu orang-orang sekitar gue."

"Tapi gue maunya sama Kirana."

"Gue nggak ijinin. Lagian Rana pasti nurut sama gue."

Alis Aksa tertaut. Tiba-tiba, darahnya serasa mendidih mendengar ini. "Gue nggak perlu ijin lo. Lagian… lo siapa ngatur-ngatur hidup Kirana. Lo nya sendiri aja punya pacar, pake ngelarang-ngelarang Kirana."

"Jauhin dia, Bang. Gue nggak bakal biarin lo nyakitin Rana ya. Sekali lo sentuh dia, urusan lo sama gue."

Hah, kamu yang menyakiti dia, anak muda. 

Aksa menjawab dalam hatinya. Tapi dia tak bisa mengatakan ini. Takkan dia biarkan Shaka merasa di atas angin karena tau Kirana malah menyukainya. 

Ia mendekat. Pemuda yang sama-sama tampan dan tinggi ini sama-sama melayangkan tatapan membunuh, tidak ada yang berniat mengalah sama sekali. 

"Urusin aja cewek lo. Gue yang bakal mengurus dan menjaga Kirana. Gak usah serakah." Lalu pemuda itu pun beranjak meninggalkan Shaka sendirian. Bahkan Ia pun tak pamit pada mamanya. 

Kini sepertinya, benar-benar akan ada konfrontasi antara mereka berdua. 

Aksa sebenarnya tak ingin begini. Serius, seperti di awal, dia tak ingin bermasalah dengan adiknya hanya karena satu wanita. Tapi, jujur saja, hatinya mendidih karena kesombongan Shaka ini. Aksa akan buktikan, Kirana lebih memilihnya dibanding Shaka sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!