Kirana keluar dari kamar mandi saat Aksa sudah tak ada di kamarnya. Gadis itu celingukan. Mendengarkan suara berisik di dapur, Ia pun keluar kamar mencari sumber suara.
Aksa tampak sibuk mencari sesuatu saat Rana tiba disana.
"Ngapain, Kak?" Rana mengamati Aksa yang mengacak isi kulkas. Padahal kulkas itu juga tak seberapa ada isinya. Paling hanya botol minuman yang berjejer rapi dan… kaleng bir?
Aksa minum ya?
Aksa menoleh. "Aku lagi cari sesuatu yang bisa dimasak nih. Maaf banget berantakan. Aku hampir nggak pernah masak jadi kayaknya nggak ada bahan, ya?"
"Katanya mau bikin mie, Kak?"
Kirana membantu pemuda itu merapikan isi kulkasnya kembali. Benar, disitu paling banyak cemilan semacam wafer, coklat, dan semacamnya, juga minuman itu tadi.
Rana ingin bertanya tapi diurungkan nya kembali. Belum saatnya Ia menanyakan hal seprivasi itu.
"Nah itu. Mie doang adanya, Kirana. Pelengkapnya nggak ada." Aksa menatap Rana sejenak. Seketika fokusnya terpecah baru menyadari dress yang Ia berikan. Sangat cantik hanya dengan dress sederhana begitu. Malah terkesan seksi membuat Aksa tak karuan.
Dress itu sebenarnya Ia beli, jaga-jaga jika suatu saat Ia bermain brutal, bahkan hingga merusak pakaian partner tidurnya. Tak menyangka malah Kirana yang memakainya. Malah pas sekali. Ditambah lagi dengan model potongan bahu terbuka begitu, gadis itu seperti dewi yang selama ini menari-nari dalam ingatannya.
Pemuda itu menelan ludah. "Kirana kamu duduk aja mendingan. Nanti capek." Ia tak ingin dirinya semakin hilang fokus.
Kirana malah makin berjongkok di sebelah Aksara. Gadis itu membaca beberapa bungkus, membuang beberapa yang terlihat sudah rusak. "Kak Aksa jarang nyemil? Ini udah rusak kak makanannya." Ia memandang Aksa yang sedang memandangnya lamat-lamat. Buru-buru Aksa mengalihkan pandangan.
"Iya, nggak sempat. Eh mau gofood nggak?"
Aksa berdiri. Mengulurkan tangannya mengajak Rana ikut berdiri.
"Boleh," Gadis itu menerima uluran tangan Aksa. "Aku pesan ya, Kak. Kak Aksa mau apa?" Ia kini beralih membuka kunci layar handphonenya.
"Kirana mau apa?" Aksa masih memandangi gadis itu. Memandangnya langsung dari dekat begini, astaga cantik sekali. Bagaimana Shaka bisa menyia-nyiakan gadis secantik ini?
Rana berpikir sejenak. Mendadak, ada satu bayangan makanan yang lewat di otaknya. "Bakso gimana? Enak kayaknya dingin-dingin."
Dingin-dingin mah enaknya pelukan, Kirana.
"Boleh."
Sebenarnya, Aksa tak begitu fokus dengan pertanyaan Kirana, Ia masih fokus memandangi gadis ini yang masih sibuk scroll menu makanan.
"Sudah, Kak." Rana antusias. Membayangkan bakso yang panas dan pedas, wah mantap sekali di cuaca dingin begini.
Ia menoleh pada Aksa yang masih tak henti memandangnya, membuatnya jadi grogi sendiri.
"Eh, emm, mau aku bikinin teh nggak? Ada teh kan, Kak?"
Sebenarnya, Rana hanya mencari kesibukan.
Aksa menggeleng. "Nggak ada teh, Kirana. Aku nggak minum teh."
Dahi Kirana berkerut. Ada ya orang yang nggak minum teh?
"Kalau gitu apa, Kak, yang anget gitu?"
Diam sesaat. Aksa kembali menelan ludah.
"Aku bisa."
"Hah?"
Belum sempat Rana mengerti apa yang dimaksud Aksa, pemuda itu telah menciumnya. Bibirnya menekan lembut bibir Rana yang kenyal. Sejenak. Ia hanya menempelkan nya.
Rana tak bereaksi. Gadis itu mematung. Tak membalas, tak juga menjauh.
Lalu perlahan, Aksa mulai menggerakkan bibirnya membuat Rana gelagapan. Ingin rasanya Ia menolak atau bahkan menampar pemuda ini. Tapi yang Ia lakukan hanya diam tak bergerak.
Tangan Aksa menarik tengkuk gadis itu agar semakin dekat. Bibirnya mencecap dan menghisap bibir Kirana, membuat gadis itu sedikit oleng.
Perlahan, Kirana mulai rileks. Ia mengalungkan lengannya pada Aksara, karena merasakan dirinya yang hilang akal. Sepertinya rayuan pemuda ini memang benar-benar dahsyat. Ia bisa membuat Kirana tak karuan hanya melalui ciuman.
Dada Kirana bergemuruh. Ada sesuatu yang aneh, tak karuan rasanya tengah melingkupinya. Ia memang tak pernah berciuman. Gadis itu memang pernah berpacaran, tapi paling banter juga cuma pegangan tangan. Bahkan gadis itu risih ketika akan dipeluk.
Tapi ini, Ia mau dicium pemuda yang baru pertama ditemuinya? Apa-apaan?
Aksa bergelorah. Ia tak menyangka hanya dengan ciuman bisa membuatnya sekacau ini. Tapi Ia berusaha tak meminta lebih. Tidak untuk saat ini. Jangan sampai Kirana kecewa karenanya.
"Kak Aksa." Kirana menghentikan ciuman mereka. Ia menghirup udara sebanyak mungkin.
Tapi tak lama, pemuda itu kembali menciumnya.
Rana merasakan seluruh tubuhnya menjadi panas. Ia tak menyangka, berciuman saja bisa menjadi sepanas ini. Tangannya bergerak bebas menelusuri punggung Aksa membuat pemuda itu menggeram.
Beberapa menit berlalu hanya untuk keduanya saling mengecap rasa.
Handphone Rana berdering. Tapi Aksa sepertinya tak peduli. Pemuda itu malah turun menjelajahi leher Kirana.
"Kak…" Rana berbisik. Malah terdengar sangat seksi di telinga Aksa. Pemuda itu menggigit bahu Rana membuat gadis itu memekik.
Sejenak, kesadarannya kembali. Ia menarik dirinya. Menatap Aksa yang sayu. "Eh, makanannya dateng sepertinya, Kak."
Ia beranjak meskipun Aksa tampak berat melepasnya. Bahkan pemuda itu mengikutinya hingga ke pintu.
Belum sampai Rana membuka pintu, pemuda itu menahannya. Melihat baju Rana yang lumayan seksi begitu, Aksa sepertinya tak rela jika kecantikan gadis itu harus dilihat oleh pria lain selain dirinya.
Aksa membuka pintu. Benar saja, sudah ada kurir ojek online yang mengantar pesanannya. Setelah menerima dan mengucapkan terima kasih, Ia menutup pintunya kembali. Aksa lalu bersandar di balik pintu. Masih menatapnya sayu, begitu menginginkan gadis ini.
Rana harus bagaimana?
Gadis itu menelan ludah. "Kak, baksonya." Ia meraih bungkusan itu. Malah jadi Ia yang grogi.
Aksa berdehem. Ia kembali menahan dirinya. "Ya udah, ayo makan." Mengelus pipi gadis itu yang selembut bayi. "Maafkan aku kelewatan." Lalu Ia beranjak terlebih dahulu.
Anehnya, sikap lembut Aksara membuat Kirana sedikit merasa nyaman. Ia meletakkan makanannya pada nakas sejenak, lalu memeluk Aksara dari belakang.
"Pelan-pelan, Kak, jangan bikin Rana takut."
Ia menyampaikan kekhawatirannya. Rana memang tertarik pada Aksa, tapi Ia tidak bisa di-gas sebegininya, Ia masih minim pengalaman.
Aksa melepaskan tubuhnya, berbalik, menatap Rana dengan begitu lembut. Mengelus rambut gadis itu perlahan. "Sorry, aku kesulitan menahan diri kalau berkaitan sama kamu, Kirana. Tapi aku berjanji nggak bakal memaksa kamu." Ia mencium kening Rana sejenak.
"Aku ingin mengenal Kak Aksa pelan-pelan, nggak buru-buru." Rana berkata sekali lagi.
"I know, Princess." Aksa tersenyum sembari menyentuh pipi Rana kembali. "Aku suka kamu selalu jujur dengan apa yang kamu rasakan."
Ia menoleh pada bakso yang sejak tadi diletakkan Rana di atas nakas. "Yaudah yuk makan, keburu dingin." Mengambil bungkusan itu, lalu menggenggam jemari Rana dengan tangan satunya.
Rana hanya mengikuti pemuda ini sembari mengeratkan genggaman tangan Aksa.
Baiklah. Rana akan mencoba hubungan yang tak pasti ini.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments